Bonobo. Bonobo, DOK Martin SURBECK/Kokolopori Bonobo Research Project/AFP.
Bonobo. Bonobo, DOK Martin SURBECK/Kokolopori Bonobo Research Project/AFP.

Penelitian Terbaru, Kera Bonobo Dapat Berbahasa Seperti Manusia

Renatha Swasty • 21 April 2025 13:48
Jakarta: Studi terbaru menemukan bahasa tidak hanya digunakan oleh manusia, tetapi juga oleh kerabat primata kita, Bonobo. Bonobo adalah kera yang berasal dari bagian selatan sungai Kongo, Benua Afrika dan memiliki 98 persen DNA yang sama dengan manusia.
 
Dilansir dari laman sciencealert.com, selama bertahun-tahun, Ilmuwan percaya hanya manusia yang secara ekstensif menggunakan komposisionalitas; suatu prinsip kebahasaan yang berarti kemampuan untuk menggabungkan unit-unit kata bermakna ke dalam struktur lebih besar yang maknanya berasal dari makna unit-unit kata tersebut dan cara menggabungkannya.
 
Selama ini, komunikasi hewan sebagian besar hanya dianggap sebagai kumpulan panggilan acak dan cukup langka untuk menemukan hewan menggunakan prinsip komposisionalitas. Dalam menyelidiki komposisionalitas pada hewan membutuhkan banyak usaha, karena mengakses pikiran hewan dan menguraikan makna suara mereka secara akurat adalah hal sulit.

Namun, penelitian dari University of Zurich mengungkapkan sebaliknya. Melissa Berthet dan timnya meneliti komunikasi vokal Bonobo secara ekstensif di Cagar Alam Kokolopori, Republik Demokratik Kongo dan ditemukan komunikasi vokal di antara hewan Bonobo sangat bergantung pada komposisionalitas yang selaras seperti manusia.
 
Pada langkah pertama, para peneliti dapat membuat daftar lengkap suara Bonobo beserta artinya dan menghasilkan semacam Kamus Bonobo. Mereka meneliti makna untuk setiap unit suara tunggal dan unit suara yang dikombinasikan yang dihasilkan oleh Bonobo.
 
Para peneliti berasumsi suara Bonobo dapat memiliki berbagai jenis makna.  Untuk memahami makna setiap vokalisasi secara akurat sekaligus menghindari bias manusia, konteks emisi setiap vokalisasi dijelaskan oleh para peneliti dengan sangat rinci menggunakan lebih dari 300 parameter kontekstual.
 
Sebagai contoh, para peneliti mencatat keberadaan peristiwa eksternal, seperti kehadiran kelompok Bonobo atau monyet lain di dekatnya, dan perilaku Bonobo yang mengeluarkan suara, seperti apakah ia sedang mencari makan, bepergian, beristirahat, dan sebagainya.
 
Para peneliti juga membuat kode, untuk selama dua menit setelah Bonobo mengeluarkan suara, apa yang mulai dilakukan oleh Bonobo yang berbicara dan Bonobo yang mendengarkan, lalu aksi apa yang terus dilakukan, dan apa yang berhenti dilakukan.
 
Penelitian menggunakan deskripsi konteks sangat rinci ini untuk mengaitkan makna pada panggilan, dengan makna sebagai parameter kontekstual yang terkait dengan emisi vokalisasi ini. Contohnya, Bonobo selalu mulai melakukan perjalanan setelah ia mengeluarkan suara tertentu, maka suara tersebut kemungkinan berarti “Saya akan melakukan perjalanan”.
 
Kamus ini merupakan langkah penting dalam memahami komunikasi hewan, karena ini adalah pertama kalinya para peneliti secara sistematis menentukan arti dari semua panggilan hewan.
 
Pada langkah kedua, para peneliti mempelajari apakah kombinasi suara Bonobo memenuhi syarat komposisionalitas atau tidak. Untuk menentukan apakah panggilan Bonobo merupakan komposisionalitas, para peneliti meminjam pendekatan dari ilmu bahasa yang menyatakan bahwa, untuk dapat dianggap sebagai komposisionalitas, sebuah kombinasi harus memenuhi tiga kriteria:
 
 
  1. Setiap elemen unitnya memiliki makna berbeda
  2. Makna kombinasi berbeda dari makna masing-masing unit penyusunnya
  3. Makna kombinasi berasal dari makna unit-unit penyusunnya
Hasilnya, peneliti mengidentifikasi empat kombinasi suara yang maknanya berkaitan dengan makna masing-masing unit suaranya, yang merupakan ciri utama dari komposisionalitas. Menariknya, setiap jenis suara muncul dalam setidaknya satu kombinasi komposisionalitas, mirip dengan bagaimana setiap kata dapat muncul dalam frasa dalam bahasa manusia. Hal ini menunjukkan, seperti dalam bahasa manusia, komposisionalitas merupakan ciri mendasar komunikasi Bonobo.
 
Selain itu peneliti juga menilai apakah suatu kombinasi komposisionalitas yang ditemukan bersifat kompleks dengan menentukan apakah maknanya lebih dari jumlah makna bagian-bagiannya. Dalam bahasa manusia, komposisionalitas memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan kompleks.
 
Penelitian sebelumnya pada burung dan primata telah menunjukkan hewan dapat membentuk struktur komposisionalitas bentuk sederhana, namun hanya ada sedikit bukti jelas tentang komposisionalitas bentuk kompleks pada hewan.
 
Bentuk sederhana, yaitu setiap elemen kombinasi berkontribusi pada makna keseluruhan secara independen, dan kombinasi ditafsirkan oleh jumlah bagian-bagiannya. Misalnya, “penari berambut pirang” mengacu pada seseorang yang berambut pirang dan seorang penari. Jika orang ini juga seorang dokter, kita dapat menyimpulkan bahwa dia juga seorang dokter berambut pirang.
 
Bentuk kompleks, yaitu unit-unit dalam suatu kombinasi tidak menyumbangkan makna yang berdiri sendiri, melainkan berinteraksi sehingga satu bagian dari kombinasi tersebut memodifikasi bagian lainnya.
 
Sebagai contoh, “penari yang buruk,” di sini, “buruk” hanya terkait dengan “penari.” Sehingga makna buruk hanya merujuk pada tariannya dan tidak merujuk pada orang yang bersifat buruk yang juga seorang penari. Dan jika orang ini juga seorang dokter, kita tidak dapat menyimpulkan bahwa dia adalah dokter yang buruk.
 
Untuk melakukan tahap ini, para peneliti menggunakan metode pendekatan linguistik. Mereka membuat representasi multidimensi dari makna suara Bonobo, yang memungkinkan peneliti mengukur hubungan antara makna suara tunggal dan kombinasi. Hasilnya, tiga kombinasi suara memiliki kemiripan yang mencolok dengan struktur komposisionalitas kompleks yang tingkat kompleksitasnya mirip seperti pada bahasa manusia.
 
Hal ini menunjukkan kemampuan untuk mengkombinasikan jenis suara atau kata dengan cara yang kompleks tidak hanya terbatas dimiliki oleh manusia, mengisyaratkan kemampuan ini mungkin memiliki akar evolusi yang lebih dalam dari yang diasumsikan sebelumnya.
 
“Seekor Bonobo mengeluarkan suara ‘peep’ halus, yang berarti ‘Saya ingin...’, sebelum suara siulan, yang berarti ‘Ayo tetap bersama’. Dalam situasi sosial yang tegang, kombinasi ini berarti sesuatu seperti 'Mari tenang.'” jelas si peneliti.
 
Implikasi penting dari penelitian ini adalah wawasan yang diberikan mengenai akar evolusi dari sifat komposisionalitas bahasa. Apabila kerabat primata kita, Bonobo, sangat bergantung pada komposisionalitas, seperti halnya kita, maka nenek moyang kita yang terakhir kemungkinan besar juga demikian.
 
Hal ini menunjukkan kemampuan membangun makna kompleks dari unit-unit vokal yang lebih kecil sudah ada pada nenek moyang kita setidaknya 7 juta tahun yang lalu atau bahkan lebih awal. Temuan baru ini menunjukkan jauh dari keunikan bahasa manusia, komposisionalitas kemungkinan sudah ada jauh sebelum manusia ada. Sangat menarik bukan? (Alfi Loya Zirga)
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan