Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Wilayah Bali (APTISI) I Made Sukamerta. DOK SEVIMA
Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Wilayah Bali (APTISI) I Made Sukamerta. DOK SEVIMA

Ketua APTISI Bali Dorong Kampus Cetak Lulusan yang Berani Memimpin

Renatha Swasty • 27 Maret 2023 21:13
Jakarta: Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Wilayah Bali (APTISI) I Made Sukamerta mengatakan Indonesia tak pernah kekurangan mahasiswa dan lulusan cerdas. Sayangnya, tak sedikit lulusan kampus sibuk dengan dunia keilmuan dan bidang studinya sendiri.
 
Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar itu mengatakan kampus yang ia pimpin selama hampir 30 tahun telah melahirkan 100 doktor. Belum lagi, 52 kampus swasta dan 8 kampus negeri di Bali, maupun 4.500 lebih kampus yang tersebar di seluruh Indonesia.
 
Made mengatakan Indonesia bisa merdeka karena intelektual mudanya, seperti Soekarno dan Hatta berani memimpin revolusi dan tidak terjebak zona keilmuannya masing-masing.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Saya bicara ini kepada Bapak Ibu pimpinan kampus untuk memberitahukan sebenarnya pada mahasiswa perlu kita didik agar ketika lulus, berani menjadi pemimpin bangsa ke depan. Harus visioner, mengambil sikap kebijaksanaan, inovatif, punya jiwa entrepneurship, kalau Indonesia mau maju!" kata Made dalam Workshop Komunitas SEVIMA dalam keterangan pers, Senin, 27 Maret 2023.
 
Made membagikan tiga tips sukses bagi kampus dalam mencetak generasi bangsa yang berani memimpin demi mewujudkan Indonesia Maju:

1. Kolaborasi dan manfaatkan program Kampus Merdeka

Dia mengatakan sudah tidak saatnya lagi antar kampus berkompetisi. Made menyebut 2023 merupakan tahun yang tepat untuk berkolaborasi.
 
Made mengatakan antar mahasiswa perlu saling bertukar gagasan dan pemikiran. Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang memberikan kebebasan mahasiswa untuk memilih mata kuliah menjadi salah satu peluang berkolaborasi.
 
"Dengan kolaborasi dan Kampus Merdeka, tidak hanya ilmu pengetahuan kita yang maju karena multidisiplin. Tapi bayangkan juga dari sekian mereka berinteraksi, juga mengenal budaya Indonesia yang lebih luas. Merawat NKRI dan Pancasila karena mereka mahasiswa sudah merasakan sendiri indah dan beragamnya Indonesia dan betapa mereka sangat dibutuhkan sebagai pemimpin negeri kelak," kata Made.

2. Tingkatkan kualitas kampus

Kualitas kampus di Indonesia dinilai berdasarkan akreditasi. Akreditasi tersebut, yakni Unggul, Baik Sekali, dan Baik. Dulunya akreditasi ini biasa dikenal dengan urutan nilai A-B-C.
 
Made mendorong kampus di Bali dan seluruh Indonesia perlu berpredikat unggul untuk mencetak pemimpin unggul. Dia mengajak bersama-sama mempersiapkan diri menjadi kampus unggul dan mencetak lulusan unggul.
 
"Universitas Mahasaraswati Denpasar sendiri program studinya ada empat yang berpredikat unggul dan kami semua di Bali terus berharap agar lebih banyak lagi program studi atau bahkan akreditasi institusi yang berpredikat unggul," tutur Made.

3. Rampingkan birokrasi dan gunakan sistem akademik

Made menyebut birokrasi kerap menjadi tantangan di Indonesia. Dia mencontohkan ketika mahasiswa memiliki gagasan brilian, ia harus memperoleh persetujuan dari Program Studi, Fakultas, hingga Rektorat.
 
Made mengatakan ini berakibat fatal karena ide dan jiwa kepemimpinan mahasiswa bisa terhambat. Dia menegaskan birokrasi perlu dirampingkan.
 
Dia menyebut sistem akademik yang bagus mestinya dapat membantu kampus beradaptasi dan mengimplementasikan regulasi di Indonesia. Perizinan mestinya dapat dilakukan mahasiswa secara online lewat sistem, ketimbang manual yang melelahkan baik mahasiswa maupun pimpinan kampus.
 
"Struktur perlu sangat ramping dan manfaatkan sistem, sehingga kampus dan mahasiswa bisa lebih lincah dalam berinovasi. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita sudah tiba di era digital kalau kita mau meningkatkan literasi dan kualitas pendidikan tinggi kita," ujar Made.
 
Melalui workshop ini, SEVIMA juga meluncurkan modul Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di dalam Sistem Akademik SEVIMA Platform yang telah digunakan lebih dari 800 kampus se-Indonesia. Chief Marketing Officer SEVIMA Andry Huzain mengungkapkan modul MBKM mengintegrasikan aktivitas mahasiswa di kampus maupun di luar kampus dengan sistem pelaporan di Kementerian Pendidikan maupun dengan pencatatan nilai yang ada di kampus.
 
"SEVIMA saat ini telah menginjak usia ke-20, dan selama 20 tahun selalu konsisten mengatasi permasalahan dosen yang agendanya sudah padat untuk mengajar, meneliti, dan mengabdi kepada masyarakat. Modul MBKM akan mempermudah Bapak Ibu dosen karena urusan birokrasi telah tuntas secara digital, sehingga dosen dapat lebih fokus dalam mengajar," ujar Andry Huzain.
 
Baca juga: Ketua APTISI Pertanyakan RUU Sisdiknas Tak Atur Soal Perguruan Tinggi Asing

 
(REN)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif