Fenomena ini dikenal dengan istilah Aura Farming, sebuah istilah yang merujuk pada gerakan percaya diri, ekspresif, dan penuh semangat yang ditampilkan anak pacu saat berlaga di atas jalur.
Aura Farming bukan istilah resmi, namun muncul dari warganet yang menganggap gerakan para bocah di atas perahu itu penuh ‘aura’ seolah sedang memancarkan kharisma dan kepercayaan diri tinggi. Tarian ini dilakukan dengan penuh irama dan gaya khas, biasanya oleh satu orang yang berdiri di ujung perahu untuk memberi semangat kepada tim pendayung.
Uniknya, tren ini tak hanya viral di Indonesia. Beberapa klub sepak bola besar Eropa seperti Paris Saint-Germain (PSG) hingga AC Milan ikut tertarik dan mencoba menirukan gaya tarian ini.
Bahkan, akun TikTok resmi PSG sempat mengunggah video kompilasi selebrasi gol pemain mereka seperti Bradley Barcola dan mantan bintang klub, Neymar, yang disebut-sebut bergaya seperti anak Pacu Jalur.
Keunikan gerakan ini membuatnya instagenic dan mudah diadaptasi oleh pengguna media sosial di seluruh dunia. Banyak yang menjadikannya inspirasi konten atau bahan meme. Aura Farming kini tidak hanya menjadi gaya viral, tetapi juga simbol kepercayaan diri dan kekuatan budaya lokal yang dibungkus dalam bentuk hiburan kreatif.
Baca juga: 6 Sport Tourism Khas Ini Asli Indonesia, Cocok untuk Penyuka Tantangan |
Di balik viralnya tarian ini, terdapat sejarah panjang yang menjadi akar budaya masyarakat Kuantan Singingi, Riau. Dikutip dari laman kotajalur.kuansing.go.id, Pacu Jalur merupakan tradisi perlombaan perahu panjang sejak abad ke-17.
Kala itu, jalur digunakan sebagai alat transportasi utama di sepanjang Sungai Kuantan untuk mengangkut hasil bumi seperti pisang dan tebu, sekaligus membawa puluhan orang dalam satu perahu.
Seiring waktu, jalur dihiasi dengan ukiran kepala hewan seperti ular, buaya, atau harimau. Hiasan ini tidak hanya menunjukkan keindahan seni, tetapi juga menandakan status sosial karena awalnya hanya digunakan oleh bangsawan dan tokoh adat. Sekitar satu abad kemudian, masyarakat mulai menggelar perlombaan adu kecepatan antar jalur yang kini dikenal luas sebagai Pacu Jalur.
Tradisi ini semula diadakan untuk memperingati hari besar Islam, namun kini menjadi bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang rutin digelar setiap bulan Agustus. Pada momen ini, Kota Jalur dipenuhi ribuan penonton dari berbagai daerah.
Suasana meriah tercipta, dengan dentuman meriam, sorak-sorai penonton, dan lautan manusia yang menyaksikan lebih dari seratus perahu berlaga di sungai. Setiap perahu dapat memuat antara 45 hingga 60 pendayung, yang disebut anak pacu.
Perlombaan yang dipercaya telah berlangsung sejak tahun 1903 ini kini menjadi agenda budaya resmi Pemerintah Provinsi Riau untuk menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Pada masa penjajahan Belanda, Pacu Jalur juga dijadikan ajang memeriahkan ulang tahun Ratu Belanda Wilhelmina setiap 31 Agustus.
Kini, Pacu Jalur bukan hanya simbol kebersamaan dan identitas masyarakat Kuantan Singingi, tetapi juga bukti budaya lokal mampu menembus batas dan dikenal dunia. Semangat yang ditunjukkan anak-anak pacu, ditambah gerakan ikonik Aura Farming, menjadikan tradisi ini bukan sekadar perlombaan, tetapi juga pertunjukan budaya yang layak dibanggakan. (Antariska)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id