WISATA
Grebeg Syawal di Solo Safari: Ketika Tradisi dan Pariwisata Bertemu
A. Firdaus
Rabu 09 April 2025 / 10:10
Jakarta: Solo Safari menjadi saksi meriahnya acara Grebeg Syawal tahun 2025. Acara ini merupakan Grebeg Syawal ketiga kalinya, sejak tahun 2023, yang terwujud atas adanya kolaborasi antara Karaton Kasunanan Surakarta dengan Solo Safari.
Grebeg Syawal yang digelar dengan penuh kemeriahan ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, antara lain Wakil Walikota Kota Surakarta, Ibu Astrid Widayani, Pengageng Parentah Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPH Dipokusumo beserta keluarga Karaton Kasunanan Surakarta, Direktur Taman Ssatwa Taru Jurug Bapak Achmad Syukri Prihanto, Dewan Pengawas Perumda TSTJ Bapak Tulus Widajat, Kapolsek Jebres dan Danramil Jebres, serta tokoh masyarakat lain.
Grebeg Syawal merupakan bagian dari tradisi yang telah dilestarikan selama bertahun-tahun dan merupakan wujud syukur atas Hari Kemenangan atau Hari Idulfitri yang dikemas dalam Atraksi Budaya. Sehingga masyarakat luas dapat mengenal dan menikmati budaya Karaton Kasunanan Surakarta lebih dekat.
Acara Grebeg Syawal ini dimulai pukul 10.30 dari Lobby dengan arak-arakan atau iring-iringan sosok Joko Tingkir yang akan menyeberangi danau Solo Safari hingga Panggung Terbuka dan diakhiri dengan puncak acara dengan berbagi Gunungan Ketupat yang memiliki makna mendalam. Sosok Joko Tingkir dalam Grebeg Syawal 2025 ini diperankan oleh BRM. Yudhistira Rachmat Saputro, Cucu dari Pakubuwono XIII.
Salah satu momen yang sangat dinantikan adalah arak-arakan atau iring-iringan Joko Tingkir, yang merupakan sosok simbol pemimpin masa depan. Joko Tingkir mengendarai kuda, didampingi oleh enam pasukan Bregada atau Prajurit Karaton, yang terdiri dari Tamtama, Soro Geni, Prawiro Anom, Jayeng Astra, Doropati, dan Joyosuro. Arak-arakan ini diawali di Lobby dan menyusuri jalur Solo Safari hingga tibalah sosok Joko Tingkir di pinggir danau Solo Safari.
Legenda Joko Tingkir sering mengarungi Sungai Bengawan Solo bersama sahabat-sahabatnya dan menerjang rintangan saat menyusuri Sungai Bengawan Solo diceritakan kembali dengan sosok Joko Tingkir yang mengarungi danau di Solo Safari, di mana danau di Solo Safari ini merupakan tempat muara dari aliran Sungai Bengawan Solo.

Joko Tingkir menyusuri danau Solo Safari menggunakan gethek. Dok. Ist
'Gethek' bambu rakit yang menjadi alat transportasi Joko Tingkir, melambangkan kemampuan untuk mengatasi segala rintangan dan bahaya dalam mengarungi kehidupan. Hal ini tercermin dalam tembang Mijil 'Sigra Milir Sang Gethek Sinangga Bajul,' yang berarti Joko Tingkir yang naik Gethek mampu mengatasi segala rintangan.
Tarian penyambut Joko Tingkir, yang melambangkan penyambutan dan rasa syukur setelah perjuangan panjang Joko Tingkir mengarungi Sungai Bengawan Solo dengan menggunakan 'Gethek' (perahu tradisional).
Filosofi Ketupat yang memiliki makna 'Ngaku Lepat' atau 'Mengakui Kesalahan'. Filosofi ini mengingatkan bahwa dalam kehidupan manusia, tidak ada yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Ketupat yang dibagikan kepada pengunjung Solo Safari memiliki makna kesadaran diri atas kesalahan dan kekurangan selama kehidupan serta kemudian mengakui hingga memperbaiki kesalahan tersebut, mengingatkan untuk selalu intropeksi diri.
Masyarakat Jawa percaya bahwa berbagi ketupat melambangkan keberhasilan dalam meraih kemenangan dan kebaikan setelah berpuasa, serta memperoleh kebaikan dan mempererat tali silaturahmi antar sesama di Hari Raya.
"Kami merasa terhormat dapat kembali menggelar Grebeg Syawal bersama Karaton Kasunanan Surakarta. Acara ini bukan hanya sekadar tradisi yang turun-temurun, namun juga bentuk kolaborasi antara tradisi dan pariwisata, serta sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal kepada masyarakat khususnya pengunjung Solo Safari." ujar Bapak Yustinus Sutrisno selaku General Manager di Solo Safari.
KGPH Dipokusumo menambahkan, Grebeg Syawal adalah ungkapan syukur dan kegembiraan setelah menjalankan ibadah puasa dan merayakan Hari Kemenangan Idulfitri yang dikemas dalam unsur tradisi dan budaya.
"Kami berharap melalui acara ini, masyarakat dapat lebih memahami filosofi di balik tradisi ini dan menikmati serta semakin mencintai budaya Karaton Kasunanan Surakarta lebih dekat," ucap Dipokusumo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(FIR)
Grebeg Syawal yang digelar dengan penuh kemeriahan ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, antara lain Wakil Walikota Kota Surakarta, Ibu Astrid Widayani, Pengageng Parentah Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPH Dipokusumo beserta keluarga Karaton Kasunanan Surakarta, Direktur Taman Ssatwa Taru Jurug Bapak Achmad Syukri Prihanto, Dewan Pengawas Perumda TSTJ Bapak Tulus Widajat, Kapolsek Jebres dan Danramil Jebres, serta tokoh masyarakat lain.
Grebeg Syawal merupakan bagian dari tradisi yang telah dilestarikan selama bertahun-tahun dan merupakan wujud syukur atas Hari Kemenangan atau Hari Idulfitri yang dikemas dalam Atraksi Budaya. Sehingga masyarakat luas dapat mengenal dan menikmati budaya Karaton Kasunanan Surakarta lebih dekat.
Acara Grebeg Syawal ini dimulai pukul 10.30 dari Lobby dengan arak-arakan atau iring-iringan sosok Joko Tingkir yang akan menyeberangi danau Solo Safari hingga Panggung Terbuka dan diakhiri dengan puncak acara dengan berbagi Gunungan Ketupat yang memiliki makna mendalam. Sosok Joko Tingkir dalam Grebeg Syawal 2025 ini diperankan oleh BRM. Yudhistira Rachmat Saputro, Cucu dari Pakubuwono XIII.
Arak-arakan Joko Tingkir
Salah satu momen yang sangat dinantikan adalah arak-arakan atau iring-iringan Joko Tingkir, yang merupakan sosok simbol pemimpin masa depan. Joko Tingkir mengendarai kuda, didampingi oleh enam pasukan Bregada atau Prajurit Karaton, yang terdiri dari Tamtama, Soro Geni, Prawiro Anom, Jayeng Astra, Doropati, dan Joyosuro. Arak-arakan ini diawali di Lobby dan menyusuri jalur Solo Safari hingga tibalah sosok Joko Tingkir di pinggir danau Solo Safari.
Joko Tingkir Menyusuri Danau Solo Safari dengan 'Gethek'
Legenda Joko Tingkir sering mengarungi Sungai Bengawan Solo bersama sahabat-sahabatnya dan menerjang rintangan saat menyusuri Sungai Bengawan Solo diceritakan kembali dengan sosok Joko Tingkir yang mengarungi danau di Solo Safari, di mana danau di Solo Safari ini merupakan tempat muara dari aliran Sungai Bengawan Solo.

Joko Tingkir menyusuri danau Solo Safari menggunakan gethek. Dok. Ist
'Gethek' bambu rakit yang menjadi alat transportasi Joko Tingkir, melambangkan kemampuan untuk mengatasi segala rintangan dan bahaya dalam mengarungi kehidupan. Hal ini tercermin dalam tembang Mijil 'Sigra Milir Sang Gethek Sinangga Bajul,' yang berarti Joko Tingkir yang naik Gethek mampu mengatasi segala rintangan.
Tarian Penyambut Joko Tingkir
Tarian penyambut Joko Tingkir, yang melambangkan penyambutan dan rasa syukur setelah perjuangan panjang Joko Tingkir mengarungi Sungai Bengawan Solo dengan menggunakan 'Gethek' (perahu tradisional).
Berbagi Ketupat 'Ngaku Lepat'
Filosofi Ketupat yang memiliki makna 'Ngaku Lepat' atau 'Mengakui Kesalahan'. Filosofi ini mengingatkan bahwa dalam kehidupan manusia, tidak ada yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Ketupat yang dibagikan kepada pengunjung Solo Safari memiliki makna kesadaran diri atas kesalahan dan kekurangan selama kehidupan serta kemudian mengakui hingga memperbaiki kesalahan tersebut, mengingatkan untuk selalu intropeksi diri.
Masyarakat Jawa percaya bahwa berbagi ketupat melambangkan keberhasilan dalam meraih kemenangan dan kebaikan setelah berpuasa, serta memperoleh kebaikan dan mempererat tali silaturahmi antar sesama di Hari Raya.
"Kami merasa terhormat dapat kembali menggelar Grebeg Syawal bersama Karaton Kasunanan Surakarta. Acara ini bukan hanya sekadar tradisi yang turun-temurun, namun juga bentuk kolaborasi antara tradisi dan pariwisata, serta sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal kepada masyarakat khususnya pengunjung Solo Safari." ujar Bapak Yustinus Sutrisno selaku General Manager di Solo Safari.
KGPH Dipokusumo menambahkan, Grebeg Syawal adalah ungkapan syukur dan kegembiraan setelah menjalankan ibadah puasa dan merayakan Hari Kemenangan Idulfitri yang dikemas dalam unsur tradisi dan budaya.
"Kami berharap melalui acara ini, masyarakat dapat lebih memahami filosofi di balik tradisi ini dan menikmati serta semakin mencintai budaya Karaton Kasunanan Surakarta lebih dekat," ucap Dipokusumo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FIR)