Guru yang kini menjadi pengawas sekolah di Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) itu menceritakan, menjadi Guru Penggerak, bukan hanya masalah mendaftar program tersebut. Melainkan, dimulai saat memutuskan diri menjadi guru.
"Saat itu, saya diterima sebagai guru di daerah kepulauan. Dan saya harus meninggalkan keluarga. Karena tidak mudah untuk bolak balik terus setiap hari dari pulau ke daratan. Ada cuaca buruk, ombak, dan sebagainya," cerita Rismawati di Kantor Bupati Pangkep, Sulawesi Selatan, Selasa, 20 Februari 2024.
Bahkan, saat sudah memiliki keluarga sendiri dan mempunyai momongan, ia rela terpisah beberapa waktu dengan anaknya. "Jadi, begitu sering anak saya titipkan ke ibu saya. Ini karena keyakinan saya sebagai guru dan saya lalui ini selama 14 tahun," ungkap dia.
Rismawati menyebut hadirnya Guru Penggerak membuka harapan baru. Lewat Guru Penggerak, dia dapat meningkatkan kapasitas diri sebagai pemimpin pemebelajaran dan memiliki dampak bagi guru lainnya.
"Dan saat itu mohon maaf Pak, saya bersemangat sekali, tapi sedih melihat guru-guru yang mager begitu. Tapi saya ajak saja terus, walaupun banyak dapat penolakan, saya dibilang sok tahu lah dan lain-lain," kenang dia.
Semangat untuk berubah dan niat baik memajukan pendidikan serta ingin menjadi contoh bagi rekan sejawat, Rismawati akhirnya maju mendaftar Guru Penggerak. Ia langsung lolos di angkatan pertama.
"Setelah masuk ke Guru Penggerak akhirnya saya bisa benar-benar menggerakkan guru-guru. Saat ini, sudah lima yang saya ajak dan berhasil jadi Guru Penggerak. Bahkan saalah satunya menjadi contoh dia bisa lanjut S2 di Universitas Negeri Makassar. Ini buah dari saya yang tertarik dengan hal baru, yang menantang," ungkap dia.
| Baca juga: Jalan Mulus Dewi, dari Guru Penggerak Jadi Kepala Sekolah |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
