Haji Agus Salim. DOK YouTube
Haji Agus Salim. DOK YouTube

Pendidikan di Rumah ala Haji Agus Salim, Membangun Generasi Kritis dan Berbudi Pekerti

Renatha Swasty • 14 April 2025 16:50
Jakarta: Haji Agus Salim dikenal sebagai salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia yang memiliki peran penting dalam sejarah bangsa. Selain perjuangannya di bidang diplomasi dan pemerintahan, ada hal menarik dari kehidupannya yang jarang diketahui, yaitu cara Agus Salim mendidik anak-anaknya.
 
Pejuang kelahiran Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat, 8 Oktober 1884 ini memutuskan untuk membesarkan dan mendidik tujuh dari delapan anaknya melalui homeschooling atau pendidikan di rumah. Dikutip dari buku Menyingkap Tirai Sejarah karya Asvi Marwan Adam (Gramedia, 2012), Haji Agus Salim tidak pernah menentukan jam belajar maupun jam bermain untuk anak-anaknya.
 
Setiap waktu yang ada dimanfaatkan untuk mendidik mereka. Ia memahami betul pentingnya menumbuhkan rasa ingin tahu anak-anaknya dan mengarahkan mereka untuk menemukan jawaban lewat buku.

Dalam laman kesbangpol.sumbarprov.go.id, disebutkan Haji Agus Salim, yang dijuluki The Grand Olde Man, sudah aktif dalam perjuangan kemerdekaan sejak zaman Hindia Belanda. Dia menguasai tujuh bahasa asing dan turut terlibat dalam diplomasi pengakuan kedaulatan Indonesia di awal kemerdekaan, baik sebagai Menteri Luar Negeri maupun diplomat.
 
Haji Agus Salim wafat pada 4 November 1954 dan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soekarno pada 27 Desember 1961 melalui Kepres Nomor 657 Tahun 1961.
 
Dikutip dari akun Instagram resmi @ditjen.gtk.kemdikbud, keputusan Agus Salim mendidik anak-anaknya di rumah dilatarbelakangi oleh pengalaman pahit saat menempuh pendidikan formal di sekolah Belanda. Pada masa itu, pendidikan belum memberi keadilan bagi pelajar pribumi. Karena itulah, bersama sang istri, Zaenatun Nahar, Agus Salim memilih mendidik anak-anaknya secara mandiri sejak mereka lahir.
 
Baca juga: Diplomasi Agus Salim 

Peran penting dalam pendidikan keluarga ini juga dipegang oleh sang istri. Atas dorongan Agus Salim, Zaenatun Nahar banyak membaca dan menjadi madrasah pertama bagi anak-anak mereka. Ia mempelajari berbagai bahan ajar dan menyampaikannya langsung kepada anak-anak di rumah.
 
Prinsip utama yang dipegang Agus Salim dalam mendidik anak adalah fleksibilitas. Tidak ada jadwal belajar yang kaku. Anak-anak belajar membaca, menulis, berhitung, dan agama sambil bermain.
 
Agus Salim memberikan ruang bagi anak-anaknya untuk bertanya, mengkritik, bahkan membantah pendapatnya, selama disertai alasan yang kuat. Pendekatan ini membentuk anak-anaknya menjadi pribadi kritis dan tidak mudah menerima sesuatu tanpa dipahami.
 
Tak hanya soal kecerdasan intelektual, Agus Salim juga menekankan pendidikan karakter. Nilai-nilai budi pekerti, pelajaran sejarah, dan ilmu sosial diajarkan lewat cerita dan percakapan sehari-hari. Semuanya dilakukan dalam suasana menyenangkan dan penuh kasih sayang.
 
Di rumahnya, Agus Salim menyediakan banyak buku berbahasa asing dan mendorong anak-anaknya membaca sejak dini. Kebiasaan membaca ini membantu anak-anaknya lancar membaca dan menulis dalam berbagai bahasa sejak usia balita.
 
Pelajaran diberikan dengan cara santai dan menarik, seperti menggunakan lagu-lagu karya sastrawan dunia untuk mengajarkan nilai-nilai moral. Metode pendidikan ini membuktikan suasana belajar nyaman, terbuka, dan penuh perhatian orang tua dapat melahirkan anak-anak yang cerdas, kritis, serta berkarakter kuat. (Antariska)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan