Tindakan pemerintah juga dinilai tidak netral dalam pemilu. Isnur juga menilai tindakan pemerintah telah merendahkan rektor dengan menganggap sebagai orang yang pantas dijadikan buzzer atau pendengung bagi pemerintah.
"Istilahnya bahasa kami ini dibuat bazzer, ini kan kontra narasi, dan sayangnya aparat kok membuat rektor sebagai buzzer, ini kan merendahkan sekali," kata Isnur dalam program Kontroversi melalui YouTube Metro TV dikutip Jumat, 9 Februari 2024.
Isnur menuturkan buzzer biasanya datang dari akun anonim ataupun sosok dengan jumlah pengikut besar di sosial media. Dia menilai menjadikan rektor sebagai buzzer telah menghina dunia pendidikan, apalagi dengan tujuan membalas petisi dan kritik guru besar terhadap Jokowi.
"Sekarang rektor pejabat kampus dijadikan buzzer untuk mengcounter guru besar ini, ini menghinakan akademisi dengan cara sedikit ancaman. Karena kalau Anda enggak ikut, kami punya cara hukum dan lain-lain bisa dikriminalisasi," tutur dia.
Isnur mengungkapkan saat ini banyak akademisi yang mendapatkan ancaman dalam berbagai bentuk. "Ada yang dibuat merasa diikuti, dibuntuti di Sumatera Utara, malam ini terakhir ada yang cucunya didoxing, diancam di sosial media," beber dia.
| Baca juga: Guru Besar Diintervensi, Koalisi Masyarakat Desak Kapolri Bergerak |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
