Surat yang disampaikan Yayasan Tujuhbelasribu Pulau Imaji melalui Kantor Staf Kepresidenan RI pada 15 April 2020 tersebut memuat enam poin usulan. Pertama, agar pemerintah memberikan dukungan dana bagi pelaku industri perbukuan.
"Dana tersebut untuk membuka akses membaca gratis secara online dan bergiat untuk mengonversi buku terbitan mereka ke dalam bentuk digital, audio, video, dan program online agar mudah diakses selama masa #dirumahaja," kata Ketua Komite Buku Nasional 2016-2019, Laura Bangun Prinsloo dalam keterangannya, Selasa, 28 April 2020.
Laura dalam poin kedua meminta Pemerintah memberikan dukungan dana bagi Perpustakaan, lembaga pendidikan, dan komunitas masyarakat untuk membeli buku, buku digital, buku audio dari para penerbit. "Untuk mendorong agar masyarakat membaca di rumah," imbuh Laura.
Baca juga: Komisi X: Pemerintah Perlu 'Bailout' PTS Terdampak Covid-19
Ia juga berharap Pemerintah memberikan dukungan dana bagi pelaku industri perbukuan untuk menerbitkan buku bertema kesehatan dan hidup higienis. Dengan sasaran pembaca mulai dari balita hingga lansia, untuk meningkatkan gaya hidup sehat di masyarakat.
Juga meminta Pemerintah menyiapkan kampanye bersama dengan membentuk jejaring komunikasi yang lebih intensif untuk mensosialisasikan budaya baca melalui media sosial dan platform-platform komunikasi massa lainnya. Ia berharap Pemerintah memberikan dukungan dana bagi pelaku industri perbukuan untuk pengiriman gratis buku-buku fisik kepada taman baca, perpustakaan daerah, dan komunitas-komunitas literasi yang memerlukan.
"Supaya setiap lapisan masyarakat tetap bisa mendapatkan akses pada buku," terangnya.
Terakhir, Pemerintah diminta memberikan dukungan dana, baik bagi industri penerbitan untuk terus melanjutkan kegiatan produksi dan promosi perbukuan. Selain itu juga bagi kegiatan kerja sama lintas sektor untuk menghidupkan kembali industri perbukuan dan juga industri kreatif secara umum.
Usulan-usulan kepada pemerintah ini disampaikan pihak Yayasan setelah melihat memburuknya kondisi industri perbukuan di Indonesia. Sebagai contoh, dengan ditutupnya 61 toko buku Gramedia, maka rata-rata para penerbit mengalami penurunan penjualan dari 40-70 persen sejak Maret 2020.
“Jika kondisi ini tidak segera mendapat perhatian pemerintah, maka sejumlah penerbit tingkat kecil dan menengah tak lagi bisa melanjutkan hidupnya,” ujar Laura Bangun Prinsloo.
Bahkan jika para penerbit harus mulai menyesuaikan bisnisnya dengan situasi social distancing saat ini, tetap saja memerlukan biaya yang tidak sedikit. “Mengubah buku menjadi buku elektronik (e-book) atau buku audio (audio-book) pun tidak secepat itu dan semudah itu dari segi biaya. Belum lagi tidak semua penerbit siap dengan cara penjualan e-commerce,” kata Laura.
Melihat situasi inilah, Yayasan Tujuhbelasribu Pulau Imaji telah menjalin kerja sama dengan sejumlah platform industri kreatif dan jejaring industri perbukuan di kawasan Asia maupun internasional. Mereka diharapkan terlibat dalam acara Jakarta Content Week pada November 2020 yang diselenggarakan Yayasan bersama Frankfurt Book Fair.
"Acara ini diharapkan bisa membangkitkan sekaligus mempertemukan para pelaku industri perbukuan dan konten yang terdampak oleh pandemi Covid-19," terang Laura
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News