Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Aminudin Aziz. Medcom.id/Ilham Pratama Putra
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Aminudin Aziz. Medcom.id/Ilham Pratama Putra

Kepala Badan Bahasa Ungkap 4 Tantangan Majukan Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Akademik

Renatha Swasty • 14 Maret 2023 10:51
Jakarta: Tuntutan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di kalangan sivitas akademika merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi. Sayangnya, implementasi bahasa Indonesia dalam dunia akademik masih jauh dari kata sempurna.
 
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Aminuddin Aziz menjelaskan ada empat faktor utama yang menjadi permasalahan berbahasa di kalangan akademik. Pertama, masalah implementasi kurikulum struktural pembelajaran bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan regulasi.
 
Dia mengatakan fenomena ini menyebabkan proses penyampaian bahasa Indonesia sebagai materi akademik menjadi kaku, terbatas, dan tidak menarik. Kedua, rendahnya sikap bahasa penutur asli yang salah satunya diakibatkan oleh xenomania atau ketertarikan berlebih pada hal-hal asing dalam konteks ini bahasa asing.

Ketiga, budaya tinjauan (review) tulisan akademik yang cenderung lebih memperhatikan aspek substansial ketimbang tata bahasa. Keempat, rendahnya kebiasaan membaca di lingkungan akademik terutama untuk bacaan-bacaan akademik sekalipun.
 
Amin menyebut masifnya perkembangan teknologi digital akibat globalisasi turut menjadi faktor yang mendorong kemerosotan minat baca di kalangan akademik.
 
“Mungkin sekarang ini kita sepertinya akan kembali ke tingkat literasi zaman batu. Karena kita lebih mengandalkan mendengar kemudian kita berbicara. Kita tidak membaca, kita tidak menulis. Itu kebiasaan membaca kita, ada kemunduran yang signifikan,” ujar Amin dalam webinar “Tantangan dalam Memajukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Akademik” yang digelar Forum Guru Besar ITB dikutip dari laman itb.ac.id, Selasa, 14 Maret 2023.
 
Amin juga menampilkan data pemetaan kemahiran berbahasa mahasiswa ITB yang dimiliki oleh Kemendikbudristek. Data merupakan hasil Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) mahasiswa ITB dalam sampel acak.
 
Hasil UKBI mencerminkan kemampuan mahasiswa pada lima parameter kemahiran bahasa, yaitu membaca, menulis, mendengarkan, berbicara, dan merespons kaidah. Hasilnya, secara umum mahasiswa ITB sudah memiliki kemampuan berbahasa yang baik.
 
Namun, untuk parameter penilaian lisan (berbicara), mahasiswa ITB masih dinilai kurang. Bahkan, nilai terendah untuk parameter ini adalah 100 yang termasuk dalam kategori kemahiran terbatas.
 
Amin menyebut hadirnya UKBI diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berbahasa semua kalangan, terlebih lagi akademisi dan profesi ahli. Dalam lingkup akademik, UKBI mencoba diarahkan sebagai instrumen evaluasi standar kemampuan berbahasa Indonesia di kalangan mahasiswa dan pengajar.
 
Sehingga, pengayaan akan disesuaikan sesuai komponen yang kurang untuk masing-masing individu. Sedangkan, di kalangan profesional, UKBI dapat digunakan sebagai standar dalam memetakan dan meningkatkan kompetensi pegawai.
 
Amin menuturkan untuk mencapai tujuan ini peran institusi akademik sangat krusial sebagai garda terdepan pencanangan kemahiran berbahasa Indonesia. Beberapa upaya yang dapat dilakukan, antara lain melalui reformasi pola pembelajaran bahasa Indonesia, memanfaatan UKBI dalam peningkatan kemampuan berbahasa, serta meningkatkan kesadaran dosen sebagai penelaah sejawat (peer review) guna mendorong literasi akademik.
 
“Kita memahami betul bahwa bahasa Indonesia ini sudah menjadi penghela ilmu pengetahuan. Bahasa Indonesia bukan hanya sekadar bahasa pengantar pendidikan, tetapi juga sebagai sarana penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi,” pesan  Amin.
 
FGB ITB memberikan rekomendasi terkait memajukan bahasa Indonesia sebagai bahasa akademik. Pertama, ITB diharapkan dapat memainkan peran sentral secara nasional dalam mengatasi tantangan memajukan bahasa Indonesia sebagai bahasa akademik melalui integrasi inovasi teknologi dan pemikiran-pemikiran sosial dan budaya terkait bahasa.
 
Kedua, ITB dapat menjadi pelopor dalam politik bahasa untuk mempromosikan bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan dalam mengungkapkan ide, konsep, dan argumen yang kompleks secara jelas, akurat, dan kreatif. Di tingkat nasional, diperlukan pengembangan sumber daya, materi, dan standar untuk pengajaran dan pembelajaran bahasa Indonesia di semua tingkat pendidikan.
 
Selain itu, ITB harus mendorong lebih banyak penggunaan bahasa Indonesia dalam penelitian, publikasi, dan komunikasi sehari-hari. Diperlukan reformasi budaya dan semacam politik bahasa dengan semangat menghargai dan mengentaskan bahasa Indonesia sebagai bahasa akademik dan memperjuangkannya sebagai bahasa resmi PBB.
 
FGB ITB menilai hanya dengan cara-cara tersebut terutama dengan meninggalkan ego-bahasa dapat mengembangkan bahasa akademik yang berpihak pada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional untuk memperkaya budaya intelektual, memperkuat identitas nasional, dan meneguhkan kepercayaan diri sebagai bangsa.
 
Baca juga: Lulus UKBI, Mahasiswa Tak Perlu Lagi Ikut Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan