Banyak pertanyaan yang muncul, bolehkah menjawab ekspektasi gaji berdasarkan lifestyle saat ditanya oleh HR? Human Resource Professional, Vina Muliana, membagikan tips menjawab ekspektasi gaji saat wawancara kerja.
Vina menjelaskan menjawab ekspektasi gaji berdasarkan lifestyle atau kebutuhan hidup bukan hal yang salah, asalkan cara penyampaiannya tepat. Dia mengatakan ekspektasi gaji memang seharusnya dihitung dari kebutuhan hidup, namun tidak boleh disampaikan secara gamblang.
"Boleh, justru emang harusnya gitu. Kalau ditanya mau gaji berapa, nominal yang kamu ajuin itu sebaiknya yang ngitung lifestyle atau kebutuhan hidup. Ya tapi gimana jawabnya? Masa bilang, sesuaiin aja sama lifestyle saya, Bu," kata Vina dikutip dari akun Instagram @vinamuliana, Rabu, 3 Desember 2025.
Vina mengingatkan para pencari kerja mempertimbangkan faktor lain dalam menentukan nominal gaji. Menurutnya, jika hanya menyebutkan kebutuhan lifestyle tanpa pertimbangan lain, jawaban tersebut kurang diplomatik dan bisa merugikan kandidat.
"Ya, enggak gitu. Karena ada dua faktor lain yang kamu harus pertimbangin, jawaban kamu bisa jadi lebih diplomatik," ujar Vina.
Vina memberikan contoh perhitungan yang melibatkan tiga faktor penting. Contohnya, UMR di tempat kerja sebesar Rp5 juta, hasil riset pasar gaji untuk posisi tersebut berada di angka Rp7,5 juta, dan kebutuhan lifestyle sebesar Rp7 juta rupiah.
"Jadi, kalau ditanya mau gaji berapa, kamu bisa jawab. Berdasarkan nilai pasar, saya mengajukan gaji di angka Rp6-8 juta per bulan. Semoga Bapak Ibu berkenan mempertimbangkan," jelas dia.
Semoga jawab itu dapat membantu para pencari kerja memberikan jawaban ekspektasi gaji yang profesional dan sesuai dengan etika dunia kerja. Jawaban sebaiknya mempertimbangkan UMR, riset pasar gaji, dan kebutuhan lifestyle agar terkesan realistis sekaligus diplomatik di mata rekruter. (Bramcov Stivens Situmeang)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
