Mahasiswa penerima Beasiswa unggulan Faqih Baihaqi (kanan). DOK Kemendikbud
Mahasiswa penerima Beasiswa unggulan Faqih Baihaqi (kanan). DOK Kemendikbud

Kecintaan pada Ikan dan Laut Mengantarkan Faqih Baihaqi Meraih Beasiswa Unggulan

Renatha Swasty • 19 Oktober 2022 19:43
Jakarta: Kecintaan Faqih Baihaqi pada ikan dan ketekunannya dalam belajar membuat dia memperoleh Beasiswa Unggulan jenjang S2 pada Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB pada awal 2020. Faqih berhasil menyelesaikan S2 nya dalam waktu setahun dengan lulus cumlaude pada Juli 2021. 
 
Dia lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sangat mengesankan, 3.96. Cumlaude. Prestasi itu mengalami peningkatan dari jenjang S1 sebelumnya di prodi dan kampus yang sama dengan IPK 3.85 pada 2019 sehingga meraih predikat lulusan terbaik tingkat Program Studi.
 
“Kecintaan saya pada ikan dan laut membuat saya semangat dan tekun kuliah, mungkin itu kunci keberhasilan saya dalam studi,“ kata Faqih dikutip dari laman Puslapdik Kemendikbud, Rabu, 19 Oktober 2022. 

Lelaki kelahiran 1997 ini menuturkan kecintaannya pada ikan, pantai, dan laut sudah tumbuh sejak kecil walaupun tinggal di Depok, Jawa Barat, yang jauh dari pantai.
 
“Kalau saat liburan, ayah bertanya, mau liburan ke gunung atau ke pantai, saya jawab, ke pantai. Saya memang sejak kecil suka pantai dan laut,“ kata Faqih yang ayahnya berwiraswasta di bidang percetakan sablon kecil-kecilan sedang ibunya merupakan ibu rumah tangga.
 
Semasa kuliah S1, Faqih tak mau jadi mahasiswa “kupu-kupu” alias kuliah pulang- kuliah pulang. Dia aktif di Himpunan Mahasiswa. 
 
Melalui himpunan mahasiswa itu, Faqih terlibat dalam penanaman 1.000 mangrove di Kepulauan Seribu. Atas rekomendasi dosen pembimbingnya waktu itu, Charles PH Simanjuntak, saat menyusun skripsi, Faqih melakukan riset mengenai plankton di Kepulauan Seribu. 
 
Hasil riset yang menjadi tema skripsinya itu lantas dipresentasikan pada sebuah seminar internasional dan dituliskan di sebuah Jurnal Internasional terindeks Scopus. “Meraih predikat lulusan terbaik dan berhasil menulis di jurnal internasional itu mungkin yang jadi faktor saya bisa memperoleh BU,“ kata anak tunggal ini.

Memutuskan jadi dosen dan peneliti

Lulus terbaik di jenjang S1, Faqih memantapkan diri menekuni bidang perikanan dan kelautan dan memutuskan untuk berkarier sebagai dosen dan sekaligus peneliti. Karena tuntutan harus meraih S2, Faqih lantas mendaftarkan diri di jenjang pascasarjana. Sebelumnya, Faqih sempat menjajal potensi diri di bidang properti sebelum akhirnya daftar S2 dan memperoleh BU.
 
“Kerja di properti itu hanya untuk mengumpulkan modal awal kuliah S2 sebab kan waktu itu belum daftar BU,“ beber Faqih.
 
Tahun 2020, saat kuliah jenjang S2, Faqih Kembali terlibat dalam seminar internasional bertajuk International Seminar on Fish and Fisheries Sciences (ISFFS) yang diselenggarakan masyarakat Iktiologi Indonesia dengan hostnya Universitas Udayana, Bali. Hasil seminar itu, yakni berupa paper ilmiah sebanyak 85 paper lantas dipublikasikan pada 2021 dalam prosiding internasional terindeks Scopus Q3.
 
Tahun 2022, Faqih lagi-lagi diajak mentornya, Charles, untuk terlibat dalam sebuah seminar internasional yang diselenggarakan Embrio atau Enhancing Marine Biodiversity Research in Indonesia IPB di mana Charles jadi direkturnya.
 
“Target seminar yang dilaksanakan para dosen dan mahasiswa IPB ini adalah memproduksi lebih dari 100 paper ilmiah dalam upaya meningkatkan produksi ilmiah IPB,“ papar dia.

Meneliti Impun atau Amfidromus

Saat menyusun tesis, Faqih memilih topik mengenai ikan sejenis impun yang masuk kelompok ikan amfidromus. Ikan yang mirip ikan ikan teri ini sejatinya merupakan ikan air tawar yang biasa hidup di muara-muara sungai atau estuari, telur impun ini lantas menempel di batu-batu sungai yang setelah menetas, larvanya terbawa arus ke laut. 
 
Menariknya, setiap tanggal 25 bulan hijriyah, impun-impun ini secara berkelompok kembali ke habitat awalnya di estuari. Nah, saat kembali ke estuari itulah masyarakat yang berada di pesisir pantai dekat estuari menangkapnya secara massal.
 
“Di Teluk Sukabumi, tempat saya melakukan riset, ada lima esutari. Setiap tanggal 25 bulan hijriah, puluhan masyarakat terjun di kasuari melakukan penangkapan ikan impun ini. Dulu, sekali musim penangkapan, setiap orang mampu menangkap sebanyak satu karung impun, yang bisa dikonsumsi sendiri atau dijual,“ jelas Faqih.
 
Persoalannya, kata Faqih, masyarakat hanya menangkap tetapi tidak mengabaikan keberlangsungan kerberadaan ikan impun. Dia khawatir ikan impun akan semakin berkurang. 
 
Hal ini terbukti dalam beberapa tahun terakhir masyarakat yang sebelumnya sanggup menangkap satu karung, kini hanya bisa mengumpulkan satu ember saja setiap orangnya.
 
‘Kasusnya mirip ikan sidat yang karena terus ditangkap dan bahkan diekspor ke Jepang, China, dan negara lainnya, populasinya kian berkurang dan baru 2019 lalu dilakukan riset untuk kemudian dilakukan pengelolaan agar populasinya tidak berkurang,“ papar Faqih.
 
Riset ini penting agar bisa diketahui diversitas dan kelimpahan ikan impun sehingga populasi ikan diharapkan terjamin. Selain bisa berdampak pada ekonomi rakyat juga menjaga keberlangsungan ekosistem kelautan.
 
Faqih mengatakan riset yang dilakukannya baru riset awal, yakni melakukan pendataan terkait diversitas ikan impun tersebut. Hasilnya, dari lima estuari di Teluk Pelabuhan Ratu, Sukabumi itu, yakni estuari Cisolok, Cimaja, Citepus, Cimandiri, dan cikaso, berhasil teridentifikasi lebih dari 20 spesies ikan jenis impun ini.
 
“Ini baru riset awal, sebelum nantinya riset lanjutan terkait pakan, pemijahan yang akhirnya pengelolaan ikan impun ini,“ ujar Faqih.
 
Pada 22 Juni 2022, hasil risetnya yang bertajuk “Diversitas dan kelimpahan anak ikan sebagai dasar pengelolaan perikanan amfidromus di lima estuari Sukabumi” itu dipresentasikan di sidang tesis yang mengantarkan Faqih meraih gelar S2.
 
Faqih berniat melanjutkan studi jenjang doktoral di Jepang. Selain karena rekomendasi dosen pembimbingnya, Charles, yang juga lulusan doktoral Jepang, juga karena untuk wilayah Asia, Jepang merupakan negara termaju dalam teknologi kelautan.
 
“Insyaallah April 2023 mendatang ada pembukaan program studi di Jepang, Pak Charles akan merekomendasikannya dan saat ini saya sedang mempersiapkan sertifikat ELS," kata dia. 
 
Charles mengakui Faqih termasuk salah satu dari mahasiswa yang berada di bawah bimbingannya yang punya prestasi di atas rata-rata walaupun bukan yang terbaik. Keterlibatan Faqih dalam riset yang digawangi Charles merupakan bagian dari proyek hibah untuk dosen muda IPB di mana ia lantas melibatkan mahasiswa-mahasiswanya, baik jenjang S1 maupun S2. Faqih lantas menjadikan riset itu sebagai topik tesisnya.
 
Baca juga: Mengulum Minyak Kayu Putih, Hangatkan IKU Perguruan Tinggi 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan