Guru besar IPB C Hanny Wijaya. Medcom.id/Ilham Pratama Putra
Guru besar IPB C Hanny Wijaya. Medcom.id/Ilham Pratama Putra

Mengulum Minyak Kayu Putih, Hangatkan IKU Perguruan Tinggi

Ilham Pratama Putra • 17 Oktober 2022 15:30
Jakarta: Anak pedagang pasar itu kini telah menjadi ilmuan besar. Masa kecilnya sebagai penjual mainan anak-anak dan menjajakan agar-agar kini tinggal bayang-bayang.
 
Ditinggal seorang ayah ketika berumur satu tahun, tak mematahkan asanya menjadi peneliti. Pendidikan di bangku sekolah yang terseok-seok, berubah mulus, hingga akhirnya, predikat Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) disematkan dalam nama C Hanny Wijaya.
 
Era 70 hingga 80-an menjadi masa perjuangan bagi Hanny. Utang, tidak makan, maki-makian, jatuh, dan bangun memenuhi gendang telinganya.

"Itu masa kelam saya. Jujur. Yang saya pahami waktui itu, Saya seorang keturunan (Tionghoa) yang tidak punya mimpi untuk sekolah tinggi, saya cuma tahu nanti saya akan jadi pedagang lagi," kata Hanny kepada Medcom.id, Senin, 17 Oktober 2022.
 
Di dalam pelik itu, Hanny dipeluk sejuta kebetulan dan keberuntungan. Setelah menyelesaikan bangku Sekolah Dasar di Semarang, ia mesti melanjutkan SMP di Bogor, Jawa Barat karena ikut dengan ayah tirinya.
 
Namun, pendidikan SMP itu tak bisa ia selesaikan. Hanny mesti menuntaskannya lewat paket C agar boleh lanjut ke SMA. Beruntung, kendala bersekolah tak lagi ditemui saat SMA. Jenjang akhir persekolahan itu usai dan disinilah titik balik perjalanan, batu loncatan bagi Hanny dimulai.
 
"Waktu itu saat mau lulus SMA, disuruh guru Kimia saya untuk tes di IPB. Saya juga mendapat dukungan keluarga di Bogor. Kalau nilai bagus, saya bisa masuk dan kebetulan waktu itu biayanya tidak mahal, jadi saya coba dan ternyata bisa masuk dan survive lagi dengan jualan agar-agar," kenang dia.
 
Di IPB, Hanny menekuni bidang teknologi hasil pertanian. Ia fokus pada teknologi pangan. Hanny lulus dari IPB pada 1982 sebagai mahasiswa teladan dan mendapatkan kesempatan menjadi dosen IPB.
 
"Sampai akhirnya ada beasiswa untuk menyambung S2 ke Hokaido University Jepang. S3 pun di sana sampai Tahun 90 di Hokaido juga," sebut dia.
 
Hanny terus menggeluti ketertarikannya pada senyawa aktif dalam pangan. Pada tahun-tahun itu, isu foshu atau cikal bakal pangan fungsional tengah menjadi pembicaraan.
 
Pengembangan teknologi pangan fungsional sangat menarik hatinya. Baginya, pangan merupakan satu komponen yang mesti utuh. Filosofi pangan fungsional mengubah mindset makanan bukan sekadar memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dicerna dalam perut, dan berujung di toilet.
 
"Orang hanya tahu makan untuk bisa gerak, hidup, dan tumbuh. Tapi pangan itu punya fungsi berikutnya. Kita bilang, pangan harus bisa memberikan kepuasan, kenikmatan yang kaitannya dengan cita rasa, sekaligus pangan yang memberikan dampak bagi kebugaran tubuh," papar dia.
 
Mengulum Minyak Kayu Putih, Hangatkan IKU Perguruan Tinggi
Guru Besar IPB C Hanny Wijaya menjadi pembicara di sejumlah forum penelitian. DOK Pribadi
 
Dari situlah, ia menelurkan Cajuputs Candy atau permen minyak kayu putih. Minyak kayu putih dikembangkan menjadi pangan yang memilki fungsi luar biasa di tangan Hanny.
 
"Itu saya mulai Tahun 1996 dengan mahasiswa S1 saya. Walaupun semua orang bilang, gila kali ya, karena yang saya pakai minyak kayu putih yang lebih dikenal sebagai obat gosok. Tapi inilah keunikan fungsional pangan," ujar dia.
 
Minyak kayu putih disulap menjadi pangan dalam bentuk permen dengan fungsi luar biasa. Cajuputs Candy, lebih dari cita-rasa unik, tapi juga mengandung gizi serta kemampuan nioaktif sebagai pelega tenggorokan.
 
Belakangan, seiring dengan penelitian yang terus dikembangkan, ada yang melabeli Cajuputs Candy sebagai permen covid-19. Namun, ia tetap menegaskan permen ini memilki fungsi utama sebagai penjaga kesehatan mulut.
 
"Permen ini punya kemampuan untuk mencegah plak gigi, menghilangkan bau mulut, mencegah sariawan, jadi benar-benar oral care," sebut dia.
 
Hanny tak ingin berdiam di menara gading dalam penelitiannya. Untuk itu, selain mitra peneliti ia juga melibatkan mahasiswanya dalam penelitian tersebut, hingga mahasiswanya kecipratan pengalaman di luar kampus.
 
Kini dengan penelitian Cajuputs Candy di IPB, Hanny telah mengantarkan mahasiswanya memenuhi forum-forum penelitian di luar negeri. Ini menjadi bagian dari Indikator Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi, di mana mahasiswa mendapat pengalaman di luar kampus, sekaligus Hanny sendiri yang turut berkiprah di luar kampus.
 
Hanny telah mengharumkan nama IPB dan Indonesia lewat permen. Satu hal yang terkesan sepele, namun wah di dunia penelitian global. Bahkan, kini nama program studi Ilmu dan Teknologi Pangan dari Fakultas Teknologi Pertanian IPB semakin dikenal dunia. Lagi-lagi menjadi poin IKU perguruan tinggi.
 
"Iya karena saat ini prodi saya mengajar ini menjadi program studi berstandar internasional. Prodi kami memang sangat inovatif karena termasuk yang sudah direkognisi oleh Institut Food Technologist yang bergerak di bidang teknologi pangan yang mendunia dan kita sudah terakreditasi," ungkap Ketua Perhimpunan Penggiat Pangan Fungsional dan Nutrasetikal Indonesia itu.
 
Karena itu pula, prodi ini memiliki relasi tingkat dunia. Hal ini juga menjadi bagian IKU Perguruan Tinggi di mana prodi bekerja sama dengan mitra kelas dunia.
 
Tak jarang kini Hanny mengajar sebagai dosen tamu di Hokaido University Jepang, National University Singapore, Poznan University, dan Warsaw University di Polandia. "Saya salalu hadir dengan predikat dosen IPB, dengan itu saya terus membuat kerja sama internasional dan relasi ini menjadi keunggulan dan terus ada, memberikan dampak ke IPB," ujar dia.
 
Megah penelitian dan kilau tersebut tak ada artinya bila Cajuputs Candy hanya ada di meja laboratorium. Cajuputs Candy sebagai hasil kerja mesti berdampak dan digunakan oleh masyarakat, karena hal itu juga menjadi bagian dari IKU perguruan tinggi.
 
Menghadirkan Cajuputs Candy dengan segudang manfaatnya pun dilakukan. IPB sebagai pemilik paten, melakukan kerja sama dengan PT Sanggar Sehat Sejahtera untuk menghilirkan permen tersebut.
 
Akhirnya, setelah puluhan tahun penelitian, pada 2010 permen tersebut hadir di masyarakat. Permen itu tersedia di sejumlah toko di kawasan Bogor yang tak jauh dari IPB.
 
Sambil tertawa, Hanny berseloroh akhirnya ia berdagang lagi lewat permen.  Namun, dalam hal ini, dagangannya hadir melalui peneltian panjang yang tak pernah terbayang sebelumnya.
 
"Saya sebagai seorang dosen tidak pernah berpikiran menjadi 'pedagang'seperti ini. Tapi inilah yang harus kita lakukan hari ini, ada implementasi, kenal dengan industri dan kebutuhannya apa, tahu pasar, mengerti dagang. Kita harus benar-benar implementasi, menginovasi, membuat trobosan terus menerus," ungkap wanita kelahiran 1960 itu.
 
Paradigma itulah yang ingin ia tularkan kepada Mahasiswanya. Ia ingin generasi saat ini, mahasiswa khususnya mencintai penelitian hingga ke tulang-tulangnya.
 
"Pendidikan adalah hasil proses, pendidikan seperti itulah yang harus kita bangun, jangan membangun menara gading dan tebar pesona. Tapi hadirkan inovasi, masuk ke dunia nyata. Hadirkan kebermanfaatan untuk orang banyak, karena kalau tidak dirasakan gunanya, orang tidak akan tahu apa. Tak ada yang kepencet langsung jadi, kita harus berproses," sebut dia.

Dukungan Ditjen Diktiristek Kemendikbudristek

Hanny, IPB, mahasiswa di IPB, terus mengembangkan menggelorakan penelitian Cajuputs Candy. Kehadiran pemerintah tetap menjadi lokomotif dari ekosistem mutakhir bagi dunia pendidikan dan penelitian.
 
Untuk itu, pemerintah tak pernah berhenti mendorong dan memfasilitasi penelitian di dalam kampus. Hal inilah yang menjadi fokus Direktorat Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Ditjen Dikti Kemendikbudristek).
 
"Perguruan tinggi selalu kita dorong dan fasilitasi untuk melakukan penelitian-penelitian yang bermanfaat langsung bagi masyarakat. Salah satu fokusnya adalah dalam pertanian untuk mendukung ketahanan bahkan kedaulatan pangan secara nasional," ujar Plt Dirjen Diktiristek Kemendikbudristek, Nizam kepada Medcom.id.
 
Nizam bersyukur kerja sama antara pemerintah dan perguruan tinggi saat ini, telah banyak menghilirkan penelitian. Kini kata dia, sudah banyak penelitian di perguruan tinggi yang menghasilkan produk-produk pertanian dan pangan. Persis, yang dilakukaan Hanny.
 
"Baik yang sifatnya pemuliaan dan pengembangan benih unggul, teknologi on farm, maupun off farm, berbagai produk-produk olahan hasil pertanian juga banyak sekali dikembangkan oleh Perguruan Tinggi kita, mulai dari pengawetan hasil pertanian hingga jamu dan potensi fitofarmaka," sebut Nizam.
 
Agar produk-produk tersebut masuk ke pasar, Ditjen Diktiristek Kemendikbudristek terus mendorong agar riset perguruan tinggi menggandeng industri. Nizam menyebut hal ini sangat penting karena tidak mungkin kampus membangun lini industri sampai ke rantai distribusi, pemasaran, dan seterusnya. Sebab hal tersebut sangat kompleks dan bukan keahlian perguruan tinggi.
 
"Kampus cukup meneliti sampai menjadi produk layak produksi. Kalaupun mengembangkan mini factory, tujuannya lebih sebagai teaching factory dan uji coba produk. Bila belum industri yang terkait belum ada, bisa saja kampus melahirkan start up dari para alumninya sebagai spin off dari kampus," terang Nizam.
 
Nizam pun mengapresiasi apa yang dilakukan Hanny serta IPB. Nizam pun mengamini hal tersebut telah menambah poin IKU bagi IPB.
 
Apa yang dikerjakan IPB itu, tentunya juga masuk dalam Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Nizam menegaskan dukungan pihaknya juga termasuk pendanaan riset melalui skema matching fund.
 
"Saat ini kita bentuk konsorsium perguruan tinggi bidang pertanian untuk berbagi tugas penelitian dan pemberdayaan masyarakat dalam pertanian, termasuk melalui MBKM. Dukungan untuk itu dilakukan melalui pendanaan riset serta matching fund KedaiReka untuk kemitraan dengan masyarakat dan dunia industri," sebut Nizam.
 
Yang jelas dukungan dana ini pol-polan. Hal itu bisa dilihat dari anggaran KedaiReka Matching Fund yang disediakan mencapai Rp800 miliar tahun ini.
 
"Ini semua artinya prioritas. Saya sangat berharap agenda riset di kampus betul-betul menjawab kebutuhan dan permasalahan masyarakat serta dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan dan lintas sektor," tutup Nizam.
 
Mengulum Minyak Kayu Putih, Hangatkan IKU Perguruan Tinggi
Guru Besar IPB C Hanny Wijaya dan Rektor IPB Arif Satria. DOK Pribadi 

Efek Hanny untuk IKU IPB

Kontribusi Hanny untuk IPB sangat luar biasa. Inovasinya telah membuat bangga IPB.
 
Bagi Rektor IPB, Arif Satria, yang dilakukan Hanny turut menyumbang poin IKU bagi IPB. Karena inovasi Hanny sangat nyata.
 
"Inovasi beliau sudah nyata dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat IPB mendapat penghargaan untuk IKU. Untuk IKU overall IPB mendapat peringkat 3 pada 2021 yang diumumkan 2022 ini," jelas Arif kepada Medcom.id.
 
Sementara itu, untuk menggencarkan inovasi inovator IPB, pihaknya membangun Science Techno Park (SCT). SCT digadang-gadang sebagai tempat hilirisasi inovasi.
 
"Jadi, kami memfasilitasi inovator yang akan melakukan kerja sama dengan pihak industri untuk hilirisasi inovasinya. Tentu kami berharap inovasi Hanny dan inovator lainnya bisa terus menginspirasi dan semakin membuat kita optimis akan kemajuan bangsa. Karena kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada kekuatan inovasinya," sebut Arif.

Penelitian pangan fungsional harus terus bergulir

Penelitian tentang pangan fungsional sangat penting dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Penelitian di bidang tersebut memberikan edukasi tentang manfaat fungsional dari suatu bahan pangan tertentu.
 
"Pengembangan produk pangan fungsional dari suatu bahan pangan juga memungkinkan akan memberikan dampak ekonomi karena nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan bahan pangan pertanian tersebut," ujar pakar Teknologi Tepat Guna (TTG) Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Achmat Syarifuddin kepada Medcom.id.
 
Ia berharap penelitian dengan topik pangan fungsional harus terus berkembang. Terlebih mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan biodiversitas terbesar di dunia. Sehingga potensi berbagai macam tanaman pangan mempunyai kandungan fungsionalitas tertentu perlu terus digali.
 
"Harapan ke peneliti yang melakukan penelitian tentang pangan fungsional untuk terus konsisten dalam melakukan penelitiannya, tidak hanya penelitian dari aspek kandungan dan fungsi, namun juga dilakukan penelitian dan kajian yang komprehensif dari hulu-hilir, sehingga harapannya akan ada produk pangan fungsional yang bisa dinikmati oleh masyarakat. Jadi kolaborasi peneliti, akademisi, industri perlu dipercepat agar produk pangan fungsional dapat segera dinikmati oleh masyarakat," tutur dia.  

Kini pungguk itu sampai ke bulan

Kini pungguk itu sampai ke bulan, berkat kerja keras dan kerja cerdas. Apa yang Hanny jalani dalam dunia penelitian, telah memberi dampak besar bagi IPB, dunia pendidikan, peneltian, mahasiswa, bahkan Indonesia. Dalam perjalanan kariernya yang fokus pada bidang pangan, sebanyak 15 paten hasil karya Hanny telah disetujui. Salah satu paten tersebut ialah permen fungsional dengan nama Cajuputs Candy.
 
Ibu dari tiga orang anak ini telah menelurkan lebih dari 100 publikasi jurnal nasional dan internasional, 10 buku, dan beberapa buku bab termasuk dalam buku pegangan Kimia Pangan yang diterbitkan oleh Springer. Masa yang akan datang, ia memiliki harapan besar dengan warisan pangan fungsional Indonesia, yaitu jamu, untuk dikenal hingga ke level internasional.
 
"Mari kita buktikan dengan valid melalui ilmu pengetahuan dan teknologi akan kehebatan jamu kita. Dan kita terus menggapai dunia internasional, serta dengan bangga dan mengatakan: saya Indonesia!” ucap Hanny.
 
Baca juga:  IPB University Luncurkan 4 Hasil Penelitian Unggulan, Padi hingga Cabai  

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan