Dalam sambutannya, Arif mengatakan manfaat yang diberikan oleh inovator adalah manfaat yang sustainable (berkelanjutan), memiliki durasi yang cukup panjang dan memberikan efek yang cukup besar. Menurutnya, derajat tertinggi seseorang ada pada orang yang berilmu.
“Itulah salah satu tugas perguruan tinggi. Yakni menciptakan orang-orang yang bisa menebar ilmu dan manfaatnya agar bisa dirasakan oleh semua pihak. Oleh karena itu, IPB University berusaha untuk terus memberikan apresiasi kepada para innovator,” ujarnya dalam siaran pers IPB, Rabu, 5 Oktober 2022.
Harapannya, inovasi IPB University menjadi salah satu solusi untuk masalah pangan yang saat ini tengah mengancam 197 juta penduduk di dunia. “Ancaman pangan ini serius sekali. Maka dari itu kita harus terus berinovasi menghasilkan produk-produk yang bisa memberikan peningkatan produksi sekaligus peningkatan ketersediaan pangan kita,” terang Arif.
Pada kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University, Idat Galih Permana mewakili para Dekan Fakultas mengatakan, peluncuran ini merupakan satu keberhasilan dari riset yang dikembangkan oleh para peneliti IPB.
“Kami, perwakilan dari fakultas mengucapkan terima kasih dan selamat kepada seluruh peneliti yang begitu konsisten dalam pengembangan produk,” katanya.
Sementara itu, Kepala LPPM IPB University, Ernan Rustiadi mengatakan, IPB University sering dinobatkan sebagai perguruan tinggi yang paling produktif dalam berbagai indikator dalam hal penelitian. Ini terbukti pada klasterisasi terakhir pada tahun 2020 dimana IPB University berhasil menjadi ranking satu.
“Di dalam pe-ranking-an internasional by subject pertanian, IPB University sudah nomor 1 di Asia Tenggara. Untuk di Asia, IPB University meraih ranking 6. Jadi di Asia Tenggara tidak perlu melirik ke negara tetangga, IPB University sudah nomor 1,” imbuhnya.
Menjelaskan tentang inovasi yang diluncurikan, Ernan menambahkan, umumnya padi produktif adalah padi-padi sawah. Daratan di Indonesia berupa daratan lahan basah dan lahan kering.
Lahan-lahan paling produktif itu selama ini di lahan basah mineral. “Selain itu, kentang yang diluncurkan ini memiliki produktivitas yang tinggi Sipiwan 25 ton per hektar dan yang Sipitri 35 ton per hektar. Ini cocok untuk berbagai keperluan di antaranya kentang goreng,” jelasnya.
Sementara untuk Cabai Bonita, lanjutnya, adalah cabai non hibrida dengan produktivitas yang setara dengan produktivitas cabai hibrida. Produktivitasnya mencapai 13-15 ton per hektar dan potensinya bisa sampai 20 ton per hektar.
Kemudian terkait pakan hewan, menurutnya komponen pakan untuk ternak dan hewan kesayangan khususnya kucing biasanya berasal dari impor. Maka peneliti IPB University menawarkan produk lokal.
“Tentu dari keempat hasil penelitian unggulan yang launching hari ini akan bermanfaat untuk kita semua,” tutupnya.
Baca juga: Keunggulan Bonita, si Cabai Rawit Merah Inovasi IPB University |
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News