Pada akhirnya ketekunan meriset kelomang membuatnya diundang oleh berbagai pihak. Ia pun tercatat menjadi peneliti tamu di berbagai laboratorium di berbagai museum sejarah alam seperti (Lee Kong Chian Natural History Museum-NUS); Jepang (National Science Museum, Tokyo, Natural History Museum and Institute, Chiba), Prancis (Museum National d’Histoire Naturelle, Paris), dan Amerika Serikat (National Museum of Natural History, Smithsonian Institution, Washington DC).
Terlibat dalam berbagai ekspedisi internasional seperti “KUMEJIMA” di Okinawa, Jepang, CMBS (Comprehensive Marine Biodiversity Survey) di Singapura, 2012-dan 2013, dan SJADES (South Java Deep Sea) (Indonesia, Singapore) 2018.
Ekspedisi SJADES adalah momentum sejarah karena pertama kalinya sebuah riset eksplorasi laut dalam dipimpin oleh peneliti dari Singapura Prof. Peter Ng dan Indonesia Prof. Dwi Listyo Rahayu.
Pencapaian tersebut seakan mengabulkan impian Yoyo sebelumnya “Kami bermimpi kapan ekspedisi dilakukan di daerah kita
Southeast Asia dengan
leading orang Indonesia atau orang Singapura,” kenangnya.
Tidak hanya ekspedisi, dirinya juga berpartisipasi pada berbagai gelaran ilmiah seperti
workshop dan seminar serta menjadi editor untuk majalah/prosiding.
Jika ada satu prakarsa yang belum terwujud itu adalah memiliki penerus riset yang selama ini ia geluti. Yoyo memandang bahwa tidak banyak periset muda saat ini di Indonesia yang berminat terhadap taksonomi morfologi.
Mungkin karena pekerjaannya yang menuntutnya menghabiskan banyak waktu di belakang meja, mengamati spesimen melalui mikroskop. “Barangkali saya terlalu galak mereka pada kabur enggak mau,” ujarnya berseloroh.
Menurutnya, saat ini orang cenderung melakukan taksonomi molekuler. Meskipun ia sama sekali tidak keberatan dengan taksonomi molekuler, tapi ia tidak ingin taknonomi morfologi ditinggalkan sama sekali.
“Betul-betul kalau ada yang mau dari Indonesia yang betul-betul menekuni, saya akan serahkan semuanya,” ujarnya.