Wisudawan program Doktor UGM Chung Ji Tae. DOK UGM
Wisudawan program Doktor UGM Chung Ji Tae. DOK UGM

Teliti Gamelan Arirang, WN Korea Chung Ji Tae Dapat Gelar Doktor di UGM

Renatha Swasty • 17 November 2023 12:06
Jakarta: Chung Ji Tae, warga negara Korea Selatan, menggabungkan lagu tradisional Korea, Arirang, dengan gamelan Jawa menjadi Gamelan Arirang. Penelitian unik ini membuat Ji Tae lulus sebagai wisudawan terbaik dengan IPK 3,84 pada Wisuda Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) periode I TA 2023/2024.
 
Ji Tae mencintai musik sejak kecil di mana dia belajar musik tradisional Korea. Saat pertama kali menginjakan kaki di Indonesia pada 2011, ia terpesona dengan suara gamelan yang didengarnya dari kanal YouTube.
 
”Saya merasa suaranya sangat eksotik," ungkap Ji Tae dikutip dari laman ugm.ac.id, Jumat, 17 November 2023.

Pemain profesional alat musik Korea daegeum dan sogeum ini mengaku dulu hanya fokus pada estetika seni. Tetapi, dalam perjalanannya Chung Ji Tae merasa bosan, lalu tertantang mempelajari struktur seni, wacana seni, dan ideologi seni.
 
Tantangan ini mengantarnya memilih universitas yang memiliki jurusan yang cocok dengan minatnya, yaitu program studi Kajian Budaya dan Media di UGM.
 
Motivasinya membuat pertunjukan Gamelan Arirang dalam penelitiannya yang berjudul Poetik dan Politik Pertunjukan Gamelan Arirang: Penelitian Teknologi Diri muncul dari kritik terhadap praktik pertukaran budaya oleh seniman Korea yang selama ini masih bersifat unilateral.
 
Kritik ini memantik inspirasinya memperlihatkan harmonisasi antara Korea dan Indonesia melalui kolaborasi musik tradisional yang bersifat bilateral.
 
Pertunjukan pertama yang digelarnya adalah Gamelan Arirang: Mediasi Interkultural Seni Budaya Indonesia-Korea pada 2017 yang diselenggarakan oleh grup projek musik kolaborasi Korea dan Indonesia Gamelan Arirang di Tembi Rumah Budaya pada 26 November 2017.
 
Pertunjukan ini menjadi cikal bakal penelitiannya yang mengantarkan Chung Ji Tae mendapat gelar Doktor Program Studi Kajian Budaya dan Media UGM.
 
Ji Tae mengungkapkan tujuan pertunjukan ini untuk memperlihatkan harmonisasi antara Korea dan Indonesia, serta memperkenalkan musik tradisional Korea kepada masyarakat Yogyakarta. Sehingga, segala elemen-elemen pendukung pertunjukkan dikemas untuk merepresentasikan makna dan tujuan pertunjukan dalam wujud teks dan tanda, termasuk poster maupun media peyebar lainnya.
 
”Saya mengemas judul pertunjukan Gamelan Arirang sebagai bentuk representatif musik tradisional Korea dan Indonesia yaitu gamelan dan arirang," beber Doktor yang menghabiskan waktu 5 tahun untuk disertasinya ini.
 
Istilah gamelan sebagai petanda dan penanda, dalam semiotika, merupakan set ansembel musik perunggu dari Jawa dan Bali. Dengan kata lain, kata gamelan sebagai simbol menggambarkan pertunjukan ini berkaitan dengan musik tradisional Indonesia.
 
Sebab, gamelan adalah instrumen paling populer, baik di dalam maupun luar Indonesia. Kemudian, Arirang adalah lagu simbolik dan salah satu lagu tradisional paling populer pada musik tradisional Korea.
 
"Istilah gamelan berlawanan dengan Arirang dari Korea. Perbedaan kedua istilah ini, secara otomatis membawa klasifikasi Indonesia dan Korea dalam konsep kebangsaan, sehingga gamelan mewakili musik tradisional Indonesia dan Arirang mewakili musik tradisional Korea, yang pada akhirnya, penggabungan dua tanda ini merupakan kolaborasi musik tradisional Indonesia dan Korea,” papar dia.
 
Dalam disertasinya, Ji Tae menambahkan sub judul Mediasi Interkultural Seni Budaya Indonesia-Korea sebagai kajian penelitian yang menjelaskan bahwa konsep pertunjukan ini juga bermakna sebagai bentuk mediasi. Mediasi di sini memiliki arti pertunjukan sebagai proses komunikasi yang ditujukan untuk membantu dua orang atau kelompok yang berkonflik untuk mencapai kesepakatan atau pemecahan suatu masalah.
 
Namun, makna ini berubah menjadi mediasi budaya dalam bidang seni yang artinya menghubungkan antara kesenian dan masyarakat. Dari narasinya, judul pertunjukan Gamelan Arirang secara simbolik memperlihatkan karakteristik pertunjukan ini lebih cenderung bilateral ketimbang unilateral.
 
Selama berkarya di Indonesia, musisi lulusan National High School of Traditional Korean Arts dan The Korean Traditional Music Program, Suwon University ini kerap menyabet banyak penghargaan di bidang musik dan mengelar banyak pertunjukan solo musik sejak masa mudanya dan sudah banyak melakukan kolaborasi musik Indonesia–Korea.
 
Seperti Jing Gong di Bali dan Gamelan Arirang di Yogyakarta, termasuk mengawangi sebagai direktur berbagai pertunjukan musik di Indonesia seperti Festival Gugak Indonesia, Bali Chingudel (2013), Salmunori Jinggong (2015), KORNIA Art Company (2015), Salmunori Ciraken (2016), Gamelan Arirang Surakarta (2016), dan Gamelan Arirang Yogyakarta (2017), serta Festival Gugak Indonesia (2021). Dia juga dikenal sebagai musisi yang banyak menghadirkan pertukaran musik antar budaya di ranah akademik.
 
Ji Tae menilai masa studi di UGM merupakan pengalaman luar biasa positif. Tantangan kendala bahasa tidak menjadi penghalang untuk lulus Doktor dengan predikat terbaik.
 
Dukungan dosen dan promotor juga sangat membantunya dalam menyelesaikan studi di UGM tepat waktu. Dia mengaku sebagai mahasiswa asing, keberadaan kantor imigrasi di kampus membuatnya nyaman dan tenang karena banyak membantu untuk urusan keimigrasian.
 
Baca juga: Kenalkan Budaya Korea, Bank KB Bukopin Sponsori “Beat The Quest: 18th Korean Day” di Universitas Gajah Mada

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan