Isti berhasil mendapatkan gelar PhD dengan masa studi yang relatif cepat (1 Februari 2017 - 10 Desember 2020). Menurut Isti, hal ini bisa terjadi karena supervisor dan promotor bisa bekerja secara paralel.
"Jadi, semisal saya bekerja dengan Wendy di paper A, pada saat yang sama saya juga menulis paper B dengan Claudia, sehingga kami bisa publish paper secara efisien, tidak menunggu paper A selesai baru lanjut ke paper B," jelasnya.
Dalam disertasinya, Isti menawarkan wawasan spasial sosial tentang ketimpangan mobilitas melalui studi kasus empiris di Jakarta dan Kuala Lumpur, sebagai contoh tipikal kota-kota besar di Asia Tenggara. Kesimpulan yang ditarik adalah perbedaan kemampuan dalam melakukan mobilitas (mobility inequality) memberi pengaruh negatif bagi masyarakat marginal, umumnya perempuan, masyarakat berpenghasilan rendah, mereka dengan disabilitas.
Perbedaan kemampuan tersebut, kata dia, dipengaruhi oleh ruang terbangun. Misalnya, konfigurasi jalan, fungsi dan bentuk bangunan, dan praktik sosial, contohnya ketergantungan pada kendaraan pribadi.
Baca: Maimunah, Anak Buruh Tani dari Langkat Masuk UGM Tanpa Tes
Selama melakukan penelitian ini, penerima beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) itu mengaku bertemu banyak orang yang membantu dan memiliki interest yang sama. Ia bisa belajar hal baru, misalnya menjadi tahu gang-gang kecil di Jakarta dan Kuala Lumpur, tempat jajanan enak, dan dapat pengalaman travelling.
"Dukanya tentu saja stres ketika mengumpulkan data, misalnya data lupa tidak di-save, seharian tidak dapat responden, sudah jalan seharian tapi ternyata tidak terekam, dan pressure ketika menulis, misanya seharian stuck, dapat kritikan pedas dari reviewer yang kadang bikin down," ungkapnya.
Isti mengatakan, dukungan supervisor, teman-teman Universitas Groningen, dan perkumpulan pelajar Indonesia, serta keprofesionalitasan LPDP yang tidak pernah telat memberi uang beasiswa, ikut membantunya mengurangi stress. Sampai akhirnya, Isti bisa mencapai prestasi ini.
Direktur Nuffic Neso Indonesia, Peter van Tuijl pun mengucapkan selamat atas prestasi yang diraih oleh Isti Hidayati. Peter berharap prestasi anak bangsa ini bisa menambah motivasi para pelajar Indonesia lainnya dalam bersaing di kancah internasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News