Pemaparan Suliskania pada Pengabdian Masyarakat Program Studi Oseanografi ITB di Pameungpeuk, Garut pada tahun 2024. DOK ITB
Pemaparan Suliskania pada Pengabdian Masyarakat Program Studi Oseanografi ITB di Pameungpeuk, Garut pada tahun 2024. DOK ITB

Kisah Suliskania, Anak Tendik ITB Tembus Beasiswa S3 di Jerman dan Raih Dana Riset Internasional

Renatha Swasty • 30 Mei 2025 18:06
Jakarta: Suliskania Nurfitri paham betul seluk beluk lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB). Maklum, ayahnya merupakan tenaga kependidikan di SAPPK ITB yang pensiun di tahun 2021.
 
Hal itu pula yang membuat semangat belajarnya tumbuh sejak dini dan terus mengakar kuat. Apalagi, sang ayah sangat menanamkan semangat bahwa ITB adalah kampus terbaik di Indonesia.
 
Setiap akhir pekan, Suliskania diajak mengunjungi kampus. Bagi sang ayah, pendidikan adalah prioritas utama. Ketika Suliskania diterima di ITB melalui jalur beasiswa peminatan, itu menjadi momen yang sangat berarti bagi keluarga.

Awalnya, dia ingin masuk Program Studi Teknik Geologi. Tapi, akhirnya terjun ke program studi Oseanografi sebagai pilihan akhirnya.
 
"Saya senang sesuatu yang bisa kita lihat di alam, karena selama ini kan kalau kita belajar di kelas, ditunjukkan rumusnya seperti ini dan seperti itu. Kalau di Oseanografi, saat diajak ke lapangan, langsung ditunjukkan fenomenanya. Misalnya belajar persamaan arus, di lautan itu bisa kita lihat secara langsung," tutur dia dikutip dari laman itb.ac.id, Jumat, 30 Mei 2025.
 
Setelah menyelesaikan program fast track S1-S2 di ITB, Suliskania memutuskan mengejar gelar doktoral di Jerman. Tahun 2016 dihabiskan untuk persiapan intensif, mulai dari persiapan tes IELTS, mencari profesor pembimbing, menulis proposal, dan mendaftar beasiswa.
 
Perjuangannya membuahkan hasil. Ia meraih beasiswa DAAD dan diterima di Universitas Hamburg, dibimbing oleh PD Dr. Thomas Pohlmann.
 
Proses adaptasi di Jerman tidak mudah. Ia harus belajar bahasa Jerman untuk kebutuhan sehari-hari, meskipun kuliah dan riset dalam bahasa Inggris.
 
Suliskania tinggal di Berlin untuk kursus bahasa selama 4 bulan pada Juni-September 2017. Kemudian, memulai studi doktoral pada Oktober 2017 dan lulus pada Desember 2021.
 
“Itu benar-benar pengalaman yang sangat berharga dan saya ketemu kolega-kolega dari negara lain. Suatu experience yang tidak bisa saya dapatkan di Indonesia,” kenang dia.
 
Setelah kembali ke Indonesia pada 2022, Suliskania mulai aktif mengajar di ITB. Mata kuliah yang ia pegang antara lain Metode Numerik untuk Oseanografi, Komputasi Oseanografi, Pengantar Pemodelan Ekosistem Laut, dan Fisika Matematika untuk Oseanografi sebagai bidang yang sangat berkaitan dengan pemodelan laut.
 
Meski sempat canggung mengajar daring di awal masa pasca-pandemi, kini ia merasa semakin menikmati proses belajar-mengajar. “Kalau disuruh pilih, saya paling menikmati mengajar,” ujar dia.
 
Baca juga: Keren! Mahasiswa ITB Ini Dapat Beasiswa Riset S2 ke Belanda

Suliskania mengatakan menjadi dosen bukan hanya soal berbagi ilmu, tetapi juga mendampingi mahasiswa menemukan arah mereka. Di sela aktivitas mengajar, ia tetap aktif menulis paper, bekerja sama dengan kolega, dan membimbing tugas akhir mahasiswa.
 
Saat menempuh bangku perkuliahan, Suliskania selalu mengambil kesempatan menjadi asisten dosen setiap kali ada peluang. Baginya, peran tersebut merupakan cara efektif untuk belajar cara mengajar sekaligus memperluas interaksi dengan mahasiswa.
 
Selain aktif di ruang kelas, pengalaman kuliahnya juga banyak diwarnai dengan kegiatan lapangan. “Jadi anak Oseanografi itu tidak terus-terusan kerja di depan laptop, tapi kita juga turun ke lapangan. Itu yang bikin menyenangkan sejauh ini,” ujar dia.
 
Suliskania mengaku bila diberi kesempatan memutar waktu dan kembali ke masa kuliah, ia sangat ingin ikut unit kegiatan mahasiswa. Sebab, ia kurang aktif saat itu.
 
“Saya ikut jadi pengurus GAMAIS fakultas (LDFITB), tapi belum bisa terlalu aktif di banyak unit. Kalau dulu saya lebih aktif ke mana-mana, mungkin sekarang kolega saya bisa lebih banyak lagi,” ujar dia.
 
Namun, ia tetap bersyukur seluruh proses yang telah dilaluinya, baik suka maupun duka, karena semua pengalaman itu telah membentuk dirinya hingga berada di titik sekarang.
 
Pada Wisuda Pertama Tahun Akademik 2015/2016, Suliskania terpilih menjadi perwakilan wisudawan jenjang pascasarjana untuk menyampaikan pidato di hadapan Rektor ITB, jajaran pimpinan kampus, dan lebih dari 1.200 lulusan. Sebagai lulusan Magister dari Program Studi Sains Kebumian, ia menyampaikan pidato penuh makna yang menyentuh hati undangan.
 
Dalam pidatonya, dia mengingatkan kepada seluruh wisudawan dan wisudawati tentang pentingnya menjaga kerendahan hati setelah lulus dari kampus ITB. Ia menekankan kelulusan adalah titik awal untuk mengabdi dan berkarya bagi bangsa serta setiap keberhasilan merupakan hasil dari doa dan restu orang tua serta pertolongan Tuhan.
 
Dia berharap kampus ITB dapat terus berkembang sebagai wadah riset/penelitian, pendidikan, serta sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan belajar. Momen tersebut menjadi salah satu titik awal pengukuhan peran Suliskania sebagai sosok akademisi yang tidak hanya unggul dalam bidang ilmu, tetapi juga mampu menjadi penyampai pesan moral dan inspirasi bagi generasi muda.
 
Salah satu keberhasilannya dalam penelitian adalah meraih pendanaan riset internasional dari The Asahi Glass Foundation, Jepang, untuk studi mengenai klorofil-a dan perubahan iklim.
 

Riset Suliskania mengenai klorofil-a dan perubahan iklim mendapatkan pendanaan dari The Asahi Glass Foundation. Ini merupakan lembaga bergengsi asal Jepang yang mendukung penelitian orisinal di bidang ilmu pengetahuan alam.
 
Penelitian akan dilakukan bersama koleganya, Saat Mubarrok, Ph.D., menggunakan data CMIP6-model iklim global yang mampu menunjukkan data hindcast dan memproyeksikan skema perubahan iklim hingga tahun 2100. Dia berfokus menganalisis perubahan klorofil-a di laut selatan Jawa sebagai indikator produktivitas primer ekosistem laut.
 
Wilayah ini dipilih karena dikenal sangat produktif akibat sistem upwelling yang kuat. Data yang digunakan sangat besar dan kompleks, sehingga ia menggandeng BRIN serta kolega lain untuk mendukung kolaborasi riset tersebut.
 
Suliskania menyebut pendanaan riset ini bukan hanya sebuah prestasi pribadi, melainkan juga gerbang menuju peluang riset internasional yang lebih luas.
 
Di tengah kesibukannya sebagai dosen dan peneliti, Suliskania tetap menjaga ruang pribadi yang hangat bersama orang terkasih. Setelah menjadi ibu, prioritasnya di akhir pekan bergeser.
 
Waktu luangnya dihabiskan untuk berkumpul bersama keluarga. Meski tidak memiliki hobi yang sangat spesifik, ia menikmati kegiatan yang membuat pikiran rileks, seperti menonton film dan membaca novel.
 
Kini, waktu untuk hobi memang lebih terbatas, namun ia tetap menyempatkan diri melakukan hal-hal sederhana yang menyenangkan. Suliskania memiliki visi realistis namun tetap penuh semangat.
 
Ia berharap dalam lima tahun ke depan bisa terus mengembangkan riset, memperluas kolaborasi, dan tentu saja menyelesaikan jenjang akademik tertinggi dengan harapan menjadi guru besar.
 
“Target saya supaya bisa dapat riset yang lebih banyak lagi. Mudah-mudahan Asahi bisa jadi gerbang pertama dan kesempatan yang bagus untuk saya bisa apply pendanaan riset lainnya,” harap dia.
 
Sebagai pengajar dan peneliti, Suliskania menyadari penelitian tak harus menghasilkan temuan besar dan sempurna. Namun ia percaya, riset sekecil apa pun memiliki kontribusi berarti bagi ilmu pengetahuan.
 
“Jangan berkecil hati dengan topik yang sederhana, namanya topik riset itu tidak pernah ada yang less significant, semuanya significant,” kata dia.
 
Dia juga mengingatkan mahasiswa tidak terlalu menuntut kesempurnaan dalam tugas akhir atau skripsi. “Tugas Akhir adalah latihan bagi mahasiswa untuk meneliti, gak harus wow banget, tidak ada penelitian yang perfect. Riset itu pasti selalu ada bolongnya. Justru itu kenapa riset selalu berulang, pasti kita akan menyempurnakan lagi dan menyempurnakan lagi. Karena itu, little step sangat penting,” kata dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan