Mahasiswa Fast Track UGM, Shafira Khairunnisa Subchan dan Muhammad Faris Al Rif’at. DOK UGM
Mahasiswa Fast Track UGM, Shafira Khairunnisa Subchan dan Muhammad Faris Al Rif’at. DOK UGM

Cerita Faris dan Shafira Ikut Program Fast Track UGM, Kuliah Lagi Usai Wisuda S1

Renatha Swasty • 19 September 2024 15:37
Jakarta: Perjalanan pendidikan tinggi belum berakhir meski telah diwisuda. Khususnya, buat mahasiswa program fast track atau percepatan studi bagi jenjang sarjana (S1) langsung ke jenjang magister (S2).
 
Universitas Gadjah Mada (UGM) mewisuda 82 lulusan fast track dalam gelaran Wisuda Program Sarjana dan Sarjana Terapan periode IV Tahun Angkatan 2024/2025 pada 24-25 Agustus 2024. Kini, mereka tengah melanjutkan kuliah di jenjang pendidikan Magister.  
 
Dua di antaranya adalah Muhammad Faris Al Rif’at dari prodi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian dan Shafira Khairunnisa Subchan dari prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik. Faris bahagia dapat menyelesaikan jenjang Sarjana dengan IPK 3,93

“Mulai semester 7 di program sarjana, saat penyusunan skripsi, saya juga harus menjalani kuliah reguler untuk program magister. Senang sekali karena satu fase perjalanan pendidikan berhasil dilalui,” kata mahasiswa S2 prodi Ilmu Hama Tanaman itu dikutip dari laman ugm.ac.id, Kamis, 19 September 2024.
 
Ia memulai program fast track atau akselerasi saat di semester 7 dan 8. Dalam waktu bersamaan, ia juga menjalani kuliah mengambil 14 sks di semester 1 dan 16 sks di semester 2 pada program magister.
 
Faris mengaku harus pintar-pintar membagi waktu antara kegiatan penelitian skripsi S1 dengan kegiatan kuliah reguler S2 program fast track. “Tantangan terberat saat kuliah adalah menyesuaikan timeline waktu antara penelitian, kuliah program master, menjadi asisten peneliti dan praktikum, dan pembinaan asrama,” ungkap dia.
 
Faris memiliki kiat khusus mengatasi tumpang tindih tersebut. Ia selalu mempersiapkan bahan bacaannya sebelum memulai kelas dan kemudian menetapkan fokusnya pada kelas serta memperbanyak diskusi.
 
“Menurut saya tidak ada yang berat. saya mengerjakan penelitian skripsi di sore atau sebaliknya, walau tidak jarang ketika weekend atau hari libur saya tetap harus ke kampus atau laboratorium untuk mengerjakan,” kenang dia.
 
Topik penelitian skripsinya soal lalat buah masih menjadi hama utama penyebab kerusakan dan menghambat ekspor pada buah salak. Hasil penelitian skripsinya ini dilanjutkan pada penelitian tesis tentang pola perilaku serangan lalat buah pada salak dalam skala lapangan.
 
Ia berharap dari penelitian dasar di laboratorium dan skala lapangan dapat memberikan solusi permasalahan tersebut. “KIta ingin dari penelitian ini dapat membantu petani khususnya petani buah salak,” ujar dia.
 
Sementara itu, Shafira Khairunnisa Subchan, berhasil lulus dengan prestasi IPK 3,88. Shafira mendaftar program fast track ketika masih duduk semester 6.
 
Bagi Shafira, program ini bisa 'hemat satu tahun' untuk masa kuliah S2. Apalagi ia mendapat beasiswa selama menempuh jenjang pendidikan S2.
 
"Saya mendapat  potongan biaya kuliah sebesar 50 persen dengan syarat harus menjadi asisten dosen,” kata dia.
 
Wisudawan yang bercita-cita bekerja di bidang struktur ketekniksipilan ini memilih Magister Teknik Sipil (MTS) selaras dengan program sarjananya, yaitu Sarjana Teknik Sipil. Selain itu, sejak awal Shafira juga sudah memiliki minat pada pendalaman pengetahuan, inovasi, dan penelitian pada bidang ketekniksipilan.
 
"Saya tertarik mendalami ilmu ini karena nantinya ingin dapat berkontribusi lebih signifikan dalam proyek-proyek infrastruktur yang berdampak pada masyarakat, meningkatkan kualitas, dan efisiensi konstruksi,” ujar dia.
 
Ketertarikannya pada ilmu ketekniksipilan inilah yang menguatkan komitmennya meneruskan penelitian berjudul ”Analisis Perilaku Struktur Jembatan Pedestrian Tipe Bowstring dari Material Kayu Ulin” secara mendalam pada program magister.
 
“Inti penelitian saya di skripsi waktu itu terkait perilaku struktur jembatan kayu dengan batasan belum memperhitungkan konfigurasi sambungan kayu. Sedangkan pada tesis, penelitian lebih dispesifikkan pada sambungan kayu ulin yang dilakukan dengan metode analitik, numerik, dan eksperimen di laboratorium,” jelas dia.
 
Shafira mengatakan kendala dan hambatan utama saat menjalani program fast track terletak pada strategi belajar, strategi mencapai target, dan pola mengatur waktu. Menurutnya, tantangan terberat adalah saat harus mempertahankan prestasi akademik.
 
Banyak kendala yang dialami terutama dari segi waktu. Perjuangan juga harus sepadan. Meskipun, terasa menantang, khususnya dalam hal mengatur waktu, pola tidur, belajar, mengerjakan tugas, olahraga dan lain-lain.
 
“Tidur hanya 4-5 jam sudah menjadi makanan sehari-hari. Karena itu, tantangan terberat adalah mengatur pola hidup agar tetap sehat, cerdas, dan ceria. Awalnya memang terasa berat, tapi lama-lama juga terbiasa,” ujar dia.
 
Fast track merupakan program percepatan pembelajaran bagi mahasiswa yang merupakan pendidikan khusus dan diselenggarakan oleh UGM berdasar Peraturan Rektor UGM Nomor 23 tahun 2024. Masing-masing jenjang program fast track mensyaratkan ketentuan berbeda meliputi IPK, kemampuan bahasa Inggris, maupun kemampuan potensi akademik.
 
Program fast track bisa dibuka untuk program studi magister atau magister terapan dan program doktor atau doktor terapan. Untuk program magister atau magister terapan, syaratnya harus sudah menempuh 6 semester atau belum yudisium pada jenjang sarjana.
 
Sedangkan, untuk program doktor atau doktor terapan, syaratnya minimal telah menempuh 2 semester dan belum yudisium saat di jenjang magister.
 
Baca juga: Dirikan Sekolah Anak Muda, Alumnus UGM Raih Beasiswa IYLP ke New Zealand

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan