Ira lebih banyak membuat konten menjawab dari pertanyaan yang diajukan pengikutnya. Namun, penyampainnya tetap dikemas dengan unsur hiburan. Tujuannya agar konten yang dihasilkan tidak akan membosankan.
Meski belum genap setahun, Ira mengaku cocok bermain aplikasi TikTok. Sebab, kata dia, aplikasi ini mempermudah penggunanya untuk mengolah konten. "Berbeda dengan kalau kita pakai media sosial lain, mereka tidak membantu kita membuat videonya. Kalau di TikTok sudah ada editornya,” kata Ira.
Aplikasi ini juga dinilai lebih tepat karena menyasar kelompok usia remaja dan dewasa muda. Pasalnya, TikTok saat ini menjadi aplikasi utama bagi kelompok usia remaja dan mahasiswa. Ira menilai, setiap media sosial memiliki peran dan targetnya masing-masing.
"Kalau untuk edukasi ke Bapak/Ibu berarti harus pakai Facebook, jangan TikTok," kata Ira.
Baca: Gara-gara Kardus Bekas, Alumnus ITS Raih Penghargaan Forbes
Sebagai dosen komunikasi, Ira menilai TikTok menjadi media yang efektif untuk menyampaikan pesan, khususnya untuk kelompok remaja. Hal ini selaras dengan perspektif komunikasi, media adalah alat untuk menyampaikan pesan secara efektif.
"Karena itu, kita reach dengan apa yang mereka suka. Karena sekarang sedang happening-nya TikTok, kita manfaatkan meda itu sebagai edukator dan komunikatornya," kata Ira.
Selain sebagai media edukator, TikTok juga bisa menjadi kajian riset. Ira mengatakan, ada berbagai kajian riset yang bisa dilakukan. Mulai dari bagaimana pengaruh pesan komunikasi pada TikTok, sampai pada aspek marketing komunikasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News