Mengutip informasi dari akun Instagram @kobieducation, Adhiguna Kuncoro memiliki sejumlah rekam jejak pendidikan yang sangat memukau. Perjalanan akademiknya dimulai dengan meraih gelar S1 Teknik Informatika dari Institut Teknologi Bandung.
Selain itu, Adhiguna juga meraih gelar S2 dan S3 pada bidang Computer Science dari University of Oxford. Dia bahkan berhasil menyelesaikan S2 keduanya di bidang Language Technologies, Machine Learning, Natural Language Processing, dan Artificial Intelligence di Carnegie Mellon University.
Sebelum bergabung dengan Google DeepMind, Adhiguna memulai kariernya sebagai Intern di Accenture pada 2012, dilanjutkan sebagai Short-term Consultant di The World Bank pada 2013.
Pengalaman penelitiannya semakin berkembang ketika menjadi Research Intern di Nara Institute of Science and Technology pada 2015. Kemudian, Adhiguna melanjutkan karirnya sebagai Research Intern di University of Washington pada 2016.
Bahkan, ia juga pernah menjadi Graduate Research Assistant di Carnegie Mellon University pada 2015-2017, sebelum akhirnya bergabung sebagai Research Scientist di Google DeepMind pada 2017 hingga sekarang.
Adhiguna mengaku sempat mengalami kegagalan di dua mata kuliah saat berkuliah di University of Oxford. Minatnya, di bidang AI dan keinginannya untuk mengambil peran lebih besar mampu mendorongnya dalam melanjutkan S2 Computer Science di University of Oxford.
Namun, ternyata perjalanannya ternyata tidak semulus yang dibayangkan. “Pas di Oxford pun saya semester pertama, dua mata kuliah enggak lulus, salah satunya machine learning, topik penting dalam AI,” kata Adhiguna dikutip dari laman BBC, Sabtu 13 September 2025.
Meski mengalami kegagalan di awal, Dia tidak menyerah. Setelah menyelesaikan S2 nya, Adhiguna merasa perlu mendalami ilmunya langsung di bidang riset AI dunia. Karena itu, Adhiguna pun memutuskan untuk melanjutkan S2 keduanya di Carnegie Mellon University (CMU), Amerika Serikat.
Baca juga: Coding dan Perempuan, Ini Cerita Adhella Mentor Apple Developer Academy Bali |
Berkat kerja kerasnya, ia diperebutkan kampus top dunia seperti Harvard University dan Stanford University. Namun, Adhiguna memilih Oxford untuk S3-nya, karena tawaran menarik yakni riset doktoral sembari bekerja di Google DeepMind.
Profil kampus Adhiguna saat kuliah S2 dan S3:
1. University of Oxford, Inggris
- Berada di posisi ke-2 di UK
- Berada di posisi ke-4 di dunia
- Berada di posisi ke-5 di bidang Computer Science dunia
- Berada pada top 10 di bidang Computer Science dunia selama kurang lebih 10 tahun berturut-turut.
- Anatomy and Physiology
- Geography
- Anthropology
2. Carnegie Mellon University, Amerika Serikat
- Berada di posisi ke-16 di Amerika Serikat
- Berada di posisi ke-52 di dunia
- Berada di posisi ke-1 di bidang Computational Linguistics dunia sekaligus pusat AI dunia.
- Berada pada top 10 di bidang Computer Science dunia selama kurang lebih 10 tahun berturut-turut.
- Data Science and Artificial Intelligence
- Computer Science and Information System
- Mathematics
Sebagai tim riset inti Gemini, Adhiguna memiliki tugas untuk membuat AI semakin cerdas dan efisien. Meski begitu, Dia tetap ingin memberikan kontribusi untuk Indonesia.
"Sebagai diaspora di bidang AI, tugas kami dari dalam adalah mendorong lebih banyak kerja sama dengan negara-negara berkembang termasuk di Indonesia," katanya.
Adhiguna menyebutkan dua contoh kontribusi nyata yang telah ia lakukan yaitu mengajak kolega dari Google dan Meta untuk mengajar di Jakarta, dan membantu riset AI berbahasa Indonesia dengan resource senilai miliaran rupiah dari DeepMind dan Google.
Adhiguna menyampaikan pesan untuk anak muda Indonesia agar berani memiliki mimpi yang besar. Menurutnya, diperlukan adalah kepercayaan dan ketahanan. Baginya, orang Indonesia kepintaran yang tidak kalah dibandingkan orang dari China atau India.
Namun, ada perbedaan mendasar dalam cara bermimpi dan mengambil risiko. “Percaya dan tahan banting, kita tidak kalah pintar dibanding orang dari China atau India. Tapi mereka lebih berani bermimpi. Mereka biasa bermimpi kerja di DeepMind, jadi profesor di Harvard, menang Nobel. Orang Indonesia masih jarang punya contoh. Selain itu, mereka berani gagal dan coba lagi. Ada yang bahkan berani gadaikan rumah karena percaya pada mimpi mereka, jadi jangan takut gagal,” pesan Adhiguna.
Nah itulah sosok Adhiguna, peneliti Indonesia yang membanggakan di balik kesuksesan Gemini AI Google. Semoga kisahnya bisa menginspirasi kamu ya.
(Bramcov Stivens Situmeang)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News