Guru Penggerak SMA Plus Budi Utomo Andi Fahri dan anak muridnya. Medcom.id/Renatha Swasty
Guru Penggerak SMA Plus Budi Utomo Andi Fahri dan anak muridnya. Medcom.id/Renatha Swasty

Guru Penggerak: Kerelaan Melayani

Renatha Swasty • 24 Juni 2022 07:41
Makassar: Mengabdi menjadi seorang guru bukan perkara mudah. Sebagai orang tua kedua dari siswa, guru tak cuma dituntut memberikan materi, tetapi juga pendidikan karakter.
 
Tak semua guru mau dan mampu 'repot' mengurus murid. Apalagi, sukarela mengikuti beragam program dari pemerintah, salah satunya Guru Penggerak.
 
Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang menerapkan Merdeka Belajar dan menggerakkan seluruh ekosistem pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang berpusat pada murid. Guru Penggerak menggerakkan organisasi belajar bagi guru di sekolah dan di wilayahnya serta mengembangkan program kepemimpinan murid untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Guru Penggerak dari SMP Negeri 7 Makassar, Nasmur M T Kohar, mulanya coba-coba ikut program itu setelah diluncurkan dalam salah satu episode Guru Belajar. Mulanya, dia sama sekali tak punya bayangan.
 
Dia keget untuk menjadi Guru Penggerak mesti ada tes essai ratusan, tes skolastik, hingga wawancara. Bahkan, setelah lulus mesti mengikuti pelatihan sembilan bulan.
 
Nasmur yang sudah kecemplung, tetap meneruskan tes hingga diterima dan menjalani pelatihan panjang. "Hanya ikut saja, yang penting kami dapat. Hari pertama ikut (pelatihan) mulai berubah 'oh begini ya' yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara," kata Nasmur saat berbincang di SMP Negeri 7 Makassar, Kamis, 23 Juni 2022.
 
Nasmur menyebut semakin mengikuti banyak pelatihan, semakin membuka pikirannya. Dia mengakui selama ini ada yang kurang tepat dalam pemberian pembelajaran kepada murid-muridnya.
 
"Ilmu yang saya dapatkan bagaimana melihat murid, bagaimana berpihak pada murid. Kalau saya istilahkan omongan Bapak Ki Hadjar Dewantara menghamba pada murid, bagaiamana menuntun kodrat yang dimiliki murid. Membelajarkan anak, berpihak pada anak, bagaimana sekolah menyenangkan anak," kata Nasmur.
 

Hal itu turut dirasakan Guru Penggerak dari SMP Negeri 7 Syahriani Jarimollah. Ani menganalogikan murid sebagai pelanggan dan guru merupakan pelayan.
 
Sebagaimana dalam pekerjaan, tugas pelayan ialah melayani. "Kita jadi guru karena mereka, kalau tidak ada murid bagaimana kita ngajar? Murid itu sumber pekerjaan kita, pelanggan kita yang harus kita wujudkan kebutuhan belajar mereka sesuai pembelajaran yang diberikan sesuai karakteristiknya. Kita guru, pelayan dan mereka (murid) pelanggannya," tutur guru Matematika kelas 9 itu.  
 
Namun, menjadi Guru Penggerak tak cuma mesti melayani murid. Ada sejumlah komitmen yang mesti diikuti salah satunya menjadi Pengajar Praktik.
 
Tugas Pengajar Praktik ialah mendesiminasi apa yang didapat sebagai Guru Penggerak untuk disebarkan pada guru di sekolahnya maupun di wilayahnya. Baik Nasmur dan Ani mesti mengajarkan ilmu yang didapat kepada 60 guru di SMP Negeri 7 Makassar.
 
Nasmur mengaku itu bukan perkara mudah. "Mereka (guru lain) mendukung, tapi mendukung pasif. Mereka tidak menolak," kata Nasmur yang juga guru IPA kelas 9 itu.  
 
Namun, Nasmur dan Ani tidak menyerah. Mereka terus meyebarkan pada guru-guru lain perihal implementasi Sekolah Penggerak yang menghadirkan pembelajaran sesuai kebutuhan murid lewat Kurikulum Merdeka.
 
Keduanya bahkan sampai harus mengajar di Kelas 7 dan 8 untuk mencontohkan implementasi Kurikulum Merdeka. "Saya seperti memaksa tapi tidak terlihat memaksa," kata Ani sambil tertawa.
 
Hal yang sama juga dirasakan Guru Penggerak dari SMA Plus Budi Utomo Makassar, Andi Fahri. Dia satu-satunya Guru Penggerak di sekolah itu.
 

Dia mengaku tak mudah mesti memberikan pelatihan. Kepala Sekolah SMA Plus Budi Utomo Makassar Dede Nurohim mengaku tak mudah mengubah mindset guru-guru untuk mengimplementasikan pembelajaran baru.
 
"Guru sudah di zona nyaman dengan kondisi dan keadannya, kemudian dia harus berubah mindset sehingga kadang tidak semua guru bisa berubah menerima dengan baik program itu. Sehingga kami mesti memberikan pemahaman yang baik pada guru," beber Dede di lokasi, Rabu, 22 Juni 2022.
 
Nasmur tak cuma sibuk sebagai guru di sekolah. Statusnya sebagai Pengajar Praktik menuntut dia mesti melatih ke sekolah-sekolah lain.
 
Bahkan, dia mesti pergi ke pulau terluar Sulawesi Selatan, Pulau Langkai, untuk menyebarkan perubahan baik implementasi Kurikulum Merdeka dalam Sekolah Penggerak. Nasmur juga kerap mendapat panggilan dari sejumlah pihak.
 
"Saya ini dibilangnya laki-laki panggilan," kelakar Nasmur.
 
Kerelaan Nasmur melayani tak berhenti di situ. Saking banyaknya pertanyaan soal kesuksesan Sekolah Penggerak, Nasmur membuat microsite sendiri.
 
"Jadi, kalau ada yang bertanya saya suruh buka saja. Nanti di situ lengkap tinggal dipelajari," ungkap Nasmur.
 
Nasmur mesti ke sana ke mari lantaran saat ini Guru Penggerak di Makassar baru 105 orang. Mengajak guru-guru menjadi Guru Penggerak juga bukan hal mudah.
 
Guru kerap 'ciut' sebelum mengikuti tes Guru Penggerak. Memang, lebih banyak yang suka dilayani ketimbang melayani.
 
Baca: Buah Manis SMA Plus Budi Utomo Makassar 'Keras Kepala' Ikut Sekolah Penggerak
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan