Hal itu turut dirasakan Guru Penggerak dari SMP Negeri 7 Syahriani Jarimollah. Ani menganalogikan murid sebagai pelanggan dan guru merupakan pelayan.
Sebagaimana dalam pekerjaan, tugas pelayan ialah melayani. "Kita jadi guru karena mereka, kalau tidak ada murid bagaimana kita ngajar? Murid itu sumber pekerjaan kita, pelanggan kita yang harus kita wujudkan kebutuhan belajar mereka sesuai pembelajaran yang diberikan sesuai karakteristiknya. Kita guru, pelayan dan mereka (murid) pelanggannya," tutur guru Matematika kelas 9 itu.
Namun, menjadi Guru Penggerak tak cuma mesti melayani murid. Ada sejumlah komitmen yang mesti diikuti salah satunya menjadi Pengajar Praktik.
Tugas Pengajar Praktik ialah mendesiminasi apa yang didapat sebagai Guru Penggerak untuk disebarkan pada guru di sekolahnya maupun di wilayahnya. Baik Nasmur dan Ani mesti mengajarkan ilmu yang didapat kepada 60 guru di SMP Negeri 7 Makassar.
Nasmur mengaku itu bukan perkara mudah. "Mereka (guru lain) mendukung, tapi mendukung pasif. Mereka tidak menolak," kata Nasmur yang juga guru IPA kelas 9 itu.
Namun, Nasmur dan Ani tidak menyerah. Mereka terus meyebarkan pada guru-guru lain perihal implementasi Sekolah Penggerak yang menghadirkan pembelajaran sesuai kebutuhan murid lewat
Kurikulum Merdeka.
Keduanya bahkan sampai harus mengajar di Kelas 7 dan 8 untuk mencontohkan implementasi Kurikulum Merdeka. "Saya seperti memaksa tapi tidak terlihat memaksa," kata Ani sambil tertawa.
Hal yang sama juga dirasakan Guru Penggerak dari SMA Plus Budi Utomo Makassar, Andi Fahri. Dia satu-satunya Guru Penggerak di sekolah itu.