Jakarta: Sebagian masyarakat masih bersikap apatis terhadap dunia politik. Saking apatis, tak sedikit di antara mereka yang tak menggunakan hak pilih (golput) pada pemilihan umum (pemilu). Terutama, generasi milenial hingga generasi z (Gen Z), dalam Pemilu 2024.
Kecenderungan apatisme anak muda terhadap pemilu tahun depan cukup mengkhawatirkan. Mengingat, Pemilu 2024 akan banyak diikuti peserta pemilih usia muda dari dua generasi tersebut.
Mengutip data statistik Komisi Pemilihan Umum (KPU), jumlah daftar pemilih tetap pemilu 2024 untuk generasi milenial berada di angka 66.822.389 atau sebanyak 33,6 persen dari total pemilih. Sedangkan, jumlah daftar pemilih di kalangan Gen Z sebanyak 46.800.161 (22,85 persen).
Salah satu pemuda, Riezal Ilham Pratama turut angkat bicara mengenai kekhawatiran apatisme terhadap dunia politik. Pemuda yang masuk dalam kelompok gerakan sosial, Ubah Bareng, tersebut menyakini apatisme pemuda bisa diobati jika ada perubahan nyata yang dilakukan para calon perwakilan partai pada pemilu mendatang.
"Bisa jadi pemuda itu bukan apatis sebetulnya, tapi mereka pernah dikecewakan. Jadi kita sudah bersuara, sudah demo, sudah komen, sudah bikin postingan, tapi enggak didengar. Enggak jadi apa-apa. Bisa jadi orang-orang ini mikirnya ngapain kita bicara? Toh, enggak didengar. Kayak ngomong sama tembok. Makanya bisa jadi bukan karena apatis, tapi karena kecewa. Hal ini yang harus kita ubah dari sekarang," ujar Riezal pada program Suara Reboan di Metro TV, 4 Oktober 2023.
Menurut Riezal, salah satu perubahan yang harus dilakukan adalah mengerti dan bisa menjawab isu-isu anak muda. Misalnya, terkait isu kesejahteraan dan polusi udara.
"Misalnya soal anak muda yang mengejar wealth, kesejahteraan. Kita kejar kesejahteraan. Tapi anak muda juga pasti berpikir. Bagaimana caranya kita mau sejahtera, tapi kita enggak hidup nantinya? Karena lingkungan hidupnya sudah makin kacau. Polusi udara di mana-mana. Sekarang banyak kebakaran hutan. Belum lagi soal kekeringan, ada krisis air sekarang. Ini kan, jadi masalah. Kedua, pemuda juga harus bisa mulai mendorong. Kita bukan cuma objeknya. Partisipasi politiknya bukan cuma mencoblos, tapi juga urun gagasan. Jadi kita naikkan level demokrasinya," tuturnya.
Pernyataan serupa dikemukakan Ketua Fraksi Nasdem DPRD DKI Jakarta Wibi Andrino. Ia sepakat isu anak muda perlu diperhatikan.
"Saya sangat memperhatikan isu-isu anak muda. Karena ini masalah lintas generasi. Kalau bicara soal masalah isu-isu aspek keadilan tadi, itu pasti menyentuh. Kalau bicara tentang bagaimana anak sekolah hari ini kesulitan? Gimana anak-anak ini punya masalah apa psikolog yang ada di tempat-tempat di Puskesmas? Itu kita sampaikan," kata Wibi.
Menurutnya, anak-anak muda juga harus dilibatkan dan diberikan kepercayaan lebih dalam menyampaikan gagasan. Hal tersebut yang sudah dilakukannya dalam lingkungan DPRD DKI.
"Satu hal poin adalah anak muda hari ini enggak bisa ditakut-takutin lagi. Enggak bisa tuh diintimidasi-intimidasi. Enggak bisa. Kita harus duduk bareng, bicara bareng, ini maunya seperti apa? Terus libatkan selebar-lebarnya kolaborasi itu," tambahnya.
Wibi juga berharap agar keterbukaan dalam memberi ruang aspirasi dan gagasan bagi anak muda bisa direalisasikan lebih baik lagi ke depannya. Agar, apatisme pemuda terhadap dunia politik bisa meredup.
"Jadi ketika inklusivitas dalam hal berpolitik itu terbuka, semua itu bisa diakses dan melibatkan daripada baik generasi tua, muda, dan apapun. Itu akhirnya bahasa-bahasa politik itu adalah ruang gelap itu akan hilang. Jadi itu yang kita harapkan bahwa pada Pemilu 2024 nanti, perubahan itu hadir lewat upaya-upaya dan gagasan anak muda," katanya.
Anda dapat berpartisipasi mendorong perubahan yang lebih baik melalui website
https://reboan.id/.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((ROS))