Solo: Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo kembali menggelar simulasi pemungutan suara Pilpres 2024, Selasa, 30 Januari 2023.
Simulasi diselenggarakan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 3 Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah.
Namun pelaksanaan simulasi kedua kali ini kembali menuai protes terkait spesimen surat suara pemilihan presiden (pilpres). Pasalnya, kali ini jumlah pilihan capres-cawapres ada empat kolom.
Protes salah satunya datang dari Ketua Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPRD Solo sekaligus LO DPC PDIP Solo, YF Soekasno. Menurutnya, pelaksanaan simulasi berjalan dengan baik dan belum terlihat hal-hal di luar ketentuan.
"Hanya saja memang saat kita tanya sama pemilih yang sudah nyoblos ada yang masih menyampaikan 'Kotaknya presiden kok 4?' Itu lho tadi juga bertanya, tadi disampaikan 'Kok 4? Lha satu calon siapa?' itu menggambarkan di simulasi ini belum riil padahal seharusnya bisa dibuat mendekati riil," bebernya, di sela kegiatan.
Ia mengatakan sebelumnya pernah diundang rapat KPU terkait kritikannya soal surat suara pilpres 2 kolom. Pihaknya juga telah mengusulkan agar pilpres dibuat 3 kolom.
"Sebelumnya saya juga sudah diundang rapat KPU dan saya sudah menyampaikan ya dibuat saja kotak, tetap, kalau perlu enggak usah diberi nomor cukup kotak kosong 3. Supaya apa, supaya masyarakat mendapat gambaran kotak 3," imbuhnya.
Spesimen empat kolom tersebut diketahui saat surat suara ditempel di papan pengumuman di TPS 3. Spesimen surat suara yang diberikan kepada setiap pemilih masing-masing 5 surat suara mulai dari pilpres, DPR RI, DPD, DPRD provinsi dan DPRD tingkat kota/kabupaten.
Terkait itu, pihaknya mempertanyakan mengapa surat suara pilpres kali ini juga tidak dibuat 3 kolom. Selain itu, dalam simulasi untuk surat suara pilpres pun tidak akan dihitung. Sebab berdasarkan informasi, surat suara yang dihitung dalam proses simulasi itu hanya 2 surat suara, tidak termasuk
surat suara pilpres.
"Dan ini kenapa enggak dibuat 3 (kolom).
Wong ini nanti rencana juga enggak dihitung kok. Yang kartu pilpres enggak dihitung, artinya dibuat 3 juga enggak apa-apa. Sehingga masyarakat kan enggak seperti tadi ini. Enggak bertanya 'ini calonnya siapa lagi kok ada empat?" Padahal dia tahunya 3 (calon)," ungkapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id((MEL))