DUKUNGAN moril terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Wakil Gubernur Djarot Saiful Hidayat terus mengalir. Sepekan seusai dinyatakan kalah menurut hasil hitung cepat pilkada DKI Jakarta putaran kedua, Ahok-Djarot tidak henti-hentinya menerima dukungan moril dan apresiasi atas kinerja mereka dalam melayani warga.
Karangan bunga dari masyarakat setiap hari berdatangan ke Balai Kota DKI Jakarta sebagai bentuk simpati sekaligus dukungan moril. Menurut Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri dan Daerah DKI Jakarta Muhammad Mawardi, karangan bunga dari berbagai kalangan masyarakat itu berdatangan ke Balai Kota sejak Jumat (21/4). Gelombang kiriman bunga itu, hingga kemarin, bahkan dilaporkan belum juga berhenti sehingga memenuhi halaman, pendopo, selasar, balairung, hingga trotoar Balai Kota DKI.
Tidak kurang dari 1.000 karangan bunga dilaporkan telah diterima Basuki-Djarot. Kiriman bunga itu bentuk pemberian semangat kepada Ahok-Djarot yang dalam putaran kedua pilkada, 19 April lalu, kalah dari pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Kita sangat memahami dan menghargai ungkapan aspirasi publik melalui pengiriman rangkaian bunga kepada Ahok dan Djarot.
Kita pun ikut berempati terhadap perasaan para pendukung Basuki dan Djarot yang merasa kehilangan sosok civil servant yang melekat kepada kedua figur tersebut. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap kemenangan Anies-Sandi yang akan menggantikan posisi Basuki-Djarot, kita mencatat benar kepuasan warga Jakarta terhadap kinerja Basuki-Djarot yang menonjol. Survei menunjukkan 72% warga Jakarta puas dengan kinerja Basuki-Djarot.
Selama dua tahun Basuki-Djarot bekerja, bekerja, dan bekerja, kita melihat keduanya dengan cepat mampu menciptakan perubahan yang nyata dalam membereskan kekarut-marutan Ibu Kota. Sungai-sungai yang kotor menjadi bersih. Banjir, meskipun masih ada, segera surut dalam tempo yang terukur. Pelayanan yang cepat dan pungutan yang menguap pun kini menjadi iklim kinerja di kantor-kantor kelurahan, kecamatan, serta suku dinas kota dan provinsi.
Pendeknya, semangat good corporate governance yang selama ini diterapkan Basuki-Djarot dalam membereskan kekarut-marutan Jakarta terlihat membawa hasil. Di bidang pengelolaan anggaran, semangat yang sama juga diterapkan Basuki-Djarot. Penggunaan e-budgeting ialah salah satu milestone yang tidak boleh dilupakan dalam prestasi Basuki-Djarot.
Dengan sistem e-budgeting itu, seluruh rencana dan pelaksanaan penggunaan anggaran berjalan transparan sehingga potensi korupsi, penyelewengan, dan penyalahgunaan anggaran dapat ditekan dan bahkan dapat ditiadakan. Kita memahami kekhawatiran publik atas ketidakberlanjutan sistem pelayanan publik yang sudah demikian transparan tersebut bersamaan dengan ketidakberlanjutan jabatan Basuki-Djarot mulai Oktober mendatang.
Karena itu, kita berharap Anies-Sandi meneruskan penerapan e-budgeting dan bentuk-bentuk pelayanan publik lainnya yang selama ini demikian baik dilakukan Ahok-Djarot. Kita melihat kiriman seribuan karangan bunga ke Balai Kota DKI itu mewakili aspirasi publik tersebut. Bunga-bunga itu bukan semata mencerminkan rasa kehilangan atas perginya pelayan publik yang begitu mereka cintai. Ia juga mewakili harapan agar gubernur dan wakil gubernur yang baru meneruskan apa yang sudah dilakukan Ahok-Djarot.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
