Ketua DPR Puan Maharani mengunjungi ulama karismatik Nahdlatul Ulama TGH Turmudzi Badarudin. Istimewa.
Ketua DPR Puan Maharani mengunjungi ulama karismatik Nahdlatul Ulama TGH Turmudzi Badarudin. Istimewa.

Silaturahmi ke Tuan Guru Turmudzi Lombok, Puan Didukung Maju Pilpres 2024

Juven Martua Sitompul • 27 Agustus 2022 19:27

Kepemimpinan perempuan dalam islam memang pernah menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Ada pro dan kontra di dalamnya. Padahal, dalam Al-Qur'an jelas menyebutkan betapa besar peran perempuan sebagai pemimpin, misalnya disebutkan dalam QS al-Naml/27: 23. Tuan Guru Turmudzi mengutip firman Allah SWT.
 
"Sesungguhnya aku mendapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka. Dia dianugerahi segala sesuatu dan mempunyai singgasana yang besar," kata dia.
 
Tuan Guru Turmudzi menjelaskan mengenai kisah raja atau kepemimpinan perempuan dalam Al-Qur'an yang diceritakan dalam tiga ayat berturut-turut dalam surat al-Naml dimulai dari ayat 22, ayat 23, dan finalnya ayat 24.

Menurut Tuan Guru Turmudzi, ayat-ayat dalam surat al-Naml itulah yang menjadi dasar penerimaan Ibu Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden RI pada 2001-2003. Dia juga menyinggung sejarah Nusantara, tepatnya di Aceh yang disebut sebagai Serambi Makkah.
 
Dia mengatakan masyarakat di Aceh juga tidak pernah punya masalah terkait kepemimpinan perempuan dalam islam. Tuan Guru Turmudzi menjelaskan Aceh sebagai salah satu kerajaan islam tertua di Nusantara sekaligus salah satu wajah islam di Indonesia memperlihatkan bagaimana hak politik perempuan mendapatkan tempatnya dalam islam.
 
Tuan Guru Turmudzi menyebut alim ulama dan masyarakat Aceh tidak pernah menolak kerajaan dipimpin seorang raja perempuan atau disebut ratu. Buktinya, dalam sejarah ada empat perempuan yang pernah memimpin Kerajaan Aceh antara tahun 1641 sampai tahun 1699, yaitu Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam (1641-1675), Sri Ratu Naqiatuddin Nurul Alam (1675-1678), Sri Ratu Zaqiyatuddin Inayat Syah (1678-1688), dan Sri Ratu Zainatuddin Kamalat Syah (1688-1699).
 
Diterimanya raja perempuan dalam islam bukan tanpa alasan melainkan berdasarkan kearifan seorang ulama karismatik asli Aceh, Syaikh Abdul Rauf as-Singkili atau dikenal dengan nama Syiah Kuala (1591-1996) yang bergelar qadli malikul adil, yaitu hakim raja yang adil.
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan