Silaturahmi ke Tuan Guru Turmudzi Lombok, Puan Didukung Maju Pilpres 2024
Juven Martua Sitompul • 27 Agustus 2022 19:27
Jakarta: Ketua DPR Puan Maharani bersilaturahmi dengan ulama karismatik Tuan Guru Turmudzi Badarudin di Pondok Pesantren Qomarul Huda Bagu, Pringgarata, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Silaturahmi ini melanjutkan tradisi hubungan baik dengan para ulama yang diajarkan kakek sang Proklamator RI Seokarno (Bung Karno).
"Saya datang bersilaturahmi dengan Tuan Guru Turmuzi selain melanjutkan tradisi hubungan baik dengan para ulama yang diajarkan kakek saya Bung Karno, juga menyambung silaturahmi Ibu Megawati Soekarnoputri," kata Puan tentang kunjungannya ke pesantren Qomarul Huda, Sabtu, 27 Agustus 2022.
Puan menyebut Pondok Pesantren Qomarul Huda Bagu memiliki sejarah dalam moderasi islam dan demokrasi Indonesia. Di tempat ini, kata Puan, dulu pernah digelar Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 17-20 November 1997.
"Salah satu rekomendasi Munas tersebut adalah tentang kedudukan perempuan dalam islam," kata dia.
Dalam pertemuan itu juga, Tuan Guru Turmudzi yang mengenakan sorban, peci, dan baju serba putih menjelaskan kembali peran pondok pesantren yang dipimpinnya dalam menyelenggarakan Munas yang sangat monumental itu.
"Munas alim ulama itu seperti mengakhiri debat panjang tentang kepemimpinan perempuan dalam islam. Munas itu mengafirmasi keseteraan antara laki-laki dan perempuan dalam islam, juga mengakui kelebihan-kelebihan tertentu pada diri perempuan saat menjadi pemimpin," kata Tuan Guru Turmudzi.
Tuan Guru Turmudzi yang pernah melanjutkan pendidikan agamanya di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi selama enam tahun merupakan salah satu alim ulama yang paling mendukung keputusan Munas tersebut.
Dalam pertemuan itu juga Tuan Guru Turmudzi memberikan poin-poin penting tentang bagaimana relasi agama dan negara. Terutama, bagaimana peranan dan kedudukan kepemimpinan perempuan menurut sudut pandang islam.
Kepemimpinan perempuan dalam islam memang pernah menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Ada pro dan kontra di dalamnya. Padahal, dalam Al-Qur'an jelas menyebutkan betapa besar peran perempuan sebagai pemimpin, misalnya disebutkan dalam QS al-Naml/27: 23. Tuan Guru Turmudzi mengutip firman Allah SWT.
"Sesungguhnya aku mendapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka. Dia dianugerahi segala sesuatu dan mempunyai singgasana yang besar," kata dia.
Tuan Guru Turmudzi menjelaskan mengenai kisah raja atau kepemimpinan perempuan dalam Al-Qur'an yang diceritakan dalam tiga ayat berturut-turut dalam surat al-Naml dimulai dari ayat 22, ayat 23, dan finalnya ayat 24.
Menurut Tuan Guru Turmudzi, ayat-ayat dalam surat al-Naml itulah yang menjadi dasar penerimaan Ibu Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden RI pada 2001-2003. Dia juga menyinggung sejarah Nusantara, tepatnya di Aceh yang disebut sebagai Serambi Makkah.
Dia mengatakan masyarakat di Aceh juga tidak pernah punya masalah terkait kepemimpinan perempuan dalam islam. Tuan Guru Turmudzi menjelaskan Aceh sebagai salah satu kerajaan islam tertua di Nusantara sekaligus salah satu wajah islam di Indonesia memperlihatkan bagaimana hak politik perempuan mendapatkan tempatnya dalam islam.
Tuan Guru Turmudzi menyebut alim ulama dan masyarakat Aceh tidak pernah menolak kerajaan dipimpin seorang raja perempuan atau disebut ratu. Buktinya, dalam sejarah ada empat perempuan yang pernah memimpin Kerajaan Aceh antara tahun 1641 sampai tahun 1699, yaitu Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam (1641-1675), Sri Ratu Naqiatuddin Nurul Alam (1675-1678), Sri Ratu Zaqiyatuddin Inayat Syah (1678-1688), dan Sri Ratu Zainatuddin Kamalat Syah (1688-1699).
Diterimanya raja perempuan dalam islam bukan tanpa alasan melainkan berdasarkan kearifan seorang ulama karismatik asli Aceh, Syaikh Abdul Rauf as-Singkili atau dikenal dengan nama Syiah Kuala (1591-1996) yang bergelar qadli malikul adil, yaitu hakim raja yang adil.
Syiah Kuala adalah seorang ulama ahli tafsir dan fiqih asal Aceh yang terkenal dalam sejarah penulisan tafsir di Indonesia sebagai penulis tafsir Al-Qur'an lengkap 30 juz pertama dalam bahasa Melayu dengan judul Tarjuman al-Mustafid.
"Artinya, sekarang tidak ada lagi alasan untuk mempertentangkan kepemimpinan perempuan dalam islam untuk bangsa Indonesia. Selain landasan agama sesuai fatwa alim ulama NU, pemimpin perempuan juga memiliki landasan sejarah seperti antara lain yang diperlihatkan di Aceh. Ditambah lagi, ideologi Pancasila dan UUD 1945 sebagai konstitusi negara kita juga tidak melarang perempuan menjadi pemimpin," ucap Tuan Guru Turmudzi.
Di akhir pertemuan, Tuan Guru Turmudzi mendukung dan mendoakan Puan agar memperoleh kepercayaan rakyat dalam Pilpres 2024 dan mendapat rida Allah SWT untuk menjadi Presiden Republik Indonesia. Tuan Guru Turmudzi juga memberikan sebuah hadiah kerudung berwarna merah yang dikalungkan langsung ke Puan.
Setelah bertemu Tuan Guru Turmudzi, Puan lalu menemui para santri Ponpes Qomarul Huda Bagu. Kehadiran Puan mendapat sambutan hangat dari para santri.
Kepada Puan, para santri menyampaikan aspirasinya untuk bisa memiliki perpustakaan sebagai fasilitas sekolah dan kampus di Ponpes Qomarul Huda Bagu. Puan siap mengawal harapan para santri tersebut.
"Presiden Jokowi melalui Kepres Nomor 22 Tahun 2015 telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari Santri. Sebagai Presiden dari PDI Perjuangan telah membuktikan pengakuannya terhadap peran santri dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Pengakuan negara terhadap peran santri itu harus dibuktikan dengan kerja-kerja nyata kaum santri utamanya dalam menjaga Negara Pancasila dari berbagai rongrongan yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi lain," kata Puan.
Kehadiran Puan di Ponpes Qomarul Huda Bagu didampingi Gubernur NTB, Zulkieflimansyah dan Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah. Hadir juga anggota DPR H Rachmat Hidayat yang juga Ketua DPD PDIP NTB bersama para fungsionaris PDIP NTB lainnya.
Jakarta: Ketua DPR
Puan Maharani bersilaturahmi dengan ulama karismatik Tuan Guru Turmudzi Badarudin di Pondok Pesantren Qomarul Huda Bagu, Pringgarata, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Silaturahmi ini melanjutkan tradisi hubungan baik dengan para ulama yang diajarkan kakek sang Proklamator RI
Seokarno (Bung Karno).
"Saya datang bersilaturahmi dengan Tuan Guru Turmuzi selain melanjutkan tradisi hubungan baik dengan para ulama yang diajarkan kakek saya Bung Karno, juga menyambung silaturahmi Ibu Megawati Soekarnoputri," kata Puan tentang kunjungannya ke pesantren Qomarul Huda, Sabtu, 27 Agustus 2022.
Puan menyebut Pondok Pesantren Qomarul Huda Bagu memiliki sejarah dalam
moderasi islam dan demokrasi Indonesia. Di tempat ini, kata Puan, dulu pernah digelar Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 17-20 November 1997.
"Salah satu rekomendasi Munas tersebut adalah tentang kedudukan perempuan dalam islam," kata dia.
Dalam pertemuan itu juga, Tuan Guru Turmudzi yang mengenakan sorban, peci, dan baju serba putih menjelaskan kembali peran pondok pesantren yang dipimpinnya dalam menyelenggarakan Munas yang sangat monumental itu.
"Munas alim ulama itu seperti mengakhiri debat panjang tentang kepemimpinan perempuan dalam islam. Munas itu mengafirmasi keseteraan antara laki-laki dan perempuan dalam islam, juga mengakui kelebihan-kelebihan tertentu pada diri perempuan saat menjadi pemimpin," kata Tuan Guru Turmudzi.
Tuan Guru Turmudzi yang pernah melanjutkan pendidikan agamanya di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi selama enam tahun merupakan salah satu alim ulama yang paling mendukung keputusan Munas tersebut.
Dalam pertemuan itu juga Tuan Guru Turmudzi memberikan poin-poin penting tentang bagaimana relasi agama dan negara. Terutama, bagaimana peranan dan kedudukan kepemimpinan perempuan menurut sudut pandang islam.