Kemendagi Dorong Pengelolaan Sampah Berkonsep Kearifan Lokal
M Sholahadhin Azhar • 16 April 2022 11:48
Jakarta: Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mendorong pengelolan sampah berkonsep kearifan lokal. Salah satu kawasan yang menjadi percontohan yakni Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita), Bali.
“Kebersihan Bali sejak dari pintu kedatangan, seperti bandara dan pelabuhan, serta tempat-tempat publik lainnya akan membuat masyarakat dan wisatawan nyaman. Ini akan memberikan efek domino pada perekonomian, khususnya sektor pariwisata Bali,” kata Direktur Jenderal Bina Administrasi Wilayah Kemendagri Safrizal ZA melalui keterangan tertulis, Sabtu, 16 April 2022.
Safrizal menyebut pemerintah daerah (pemda) dan masyarakat Bali bisa menggunakan kearifan lokal dalam pengelolaan sampah. Ada konsep penanganan dengan kearifan lokal yang merujuk pada falsafah Tri Hita Karana.
Visi yang harus dikedepankan, kata dia, semesta adalah warisan untuk anak dan cucu kita di masa depan. Dia mengajak masyarakat untuk melestarikan alam dan budaya dengan mengelola sampah untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Baca: Pemulihan Pariwisata Bali, BIN Gencar Vaksinasi Booster
“Solusi yang bertumpu pada kearifan lokasi biasanya terlihat sederhana dan selalu dipandang sebelah mata karena skalanya yang kecil. Padahal, jika diteliti lebih dalam lagi, pengelolaan sampah di rumah-rumah berdasarkan inisiasi masyarakat dan komunitas ini punya dampak besar terhadap pengurangan sampah,” kata Safrizal.
Menurut dia, penanganan persoalan sampah di kawasan Sarbagita harus berkonsep ramah lingkungan, berkelanjutan, dan menggali potensi ekonomi dari daur ulang. Safrizal mengatakan sudah ada contoh pengelolaan mandiri, karena ada masyarakat di Bali yang mengelola sampah organik dengan memasukkannya ke lubang dengan panjang, lebar, dan kedalaman masing-masing 1 meter.
?“Setiap rumah biasanya memiliki dua lubang di belakang rumah. Satu lubang untuk diisi selama 1-2 bulan. Jika sudah penuh, sampah baru akan dimasukkan ke lubang sebelahnya. Nanti sampah di lubang yang lama dimanfaatkan menjadi kompos. Pengelolaan mandiri seperti ini perlu direplikasi ke daerah-daerah lain,” kata dia.
Berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Bali, jumlah sampah yang terkelola sebanyak 3.102,87 ton per hari atau 72,48 dari keseluruhan. Artinya, ada sekitar 1.178,13 ton sampah per hari yang tidak terkelola. Safrizal mengingatkan pemda-pemda Sarbagita serius menangani sampah.
Bali akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi G20 pada 15-16 November mendatang. Event besar ini harus bisa dimanfaatkan untuk promosi Bali sebagai destinasi wisata yang bersih, nyaman, dan aman kepada dunia. Ini akan membantu pemulihan sektor pariwisata yang terdampak Pandemi Covid-19.
Untuk membahas pengelolaan sampah ramah lingkungan dan berkelanjutan, Ditjen Bina Adwil Kemendagri yang tergabung dalam Tim Pendampingan Percepatan Penanganan Sampah di Provinsi Bali dan stakeholder. Mereka akan menyelenggarakan Indonesia International Waste Expo (IIWAS) “TriSenses Bali 2022” di Jimbaran, Bali, pada 17-20 April ini.
Para pejabat, tokoh masyarakat, industri, dan komunitas pecinta lingkungan, nantinya akan menggaungkan #GILAsSampah (Gerakan Inovasi Langsung Aksi untuk bersama-sama tuntaskan Sampah). Sebagai upaya mendorong perubahan paradigma pengelolaan sampah berbasis sumber dan kolaborasi antar stakeholder.
Salah satu bahasan acara yang didukung oleh lintas Kementerian/Lembaga, Pertamina, BRI, Google Cloud, SMI, Candra Asri, Elitery, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia, PLN, frost & sullivan, Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI), dan komunitas Pemerhati lingkungan dan kelompok relawan di Bali, adalah Sampah Dipilah Itu Duit.
“Kami ingin mempertemukan pemda dan masyarakat dengan industri yang sukses mendaur ulang sampah dan menghasilkan uang,” kata Safrizal.
Jakarta: Kementerian Dalam Negeri (
Kemendagri) mendorong pengelolan sampah berkonsep kearifan lokal. Salah satu kawasan yang menjadi percontohan yakni Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita), Bali.
“Kebersihan Bali sejak dari pintu kedatangan, seperti bandara dan pelabuhan, serta tempat-tempat publik lainnya akan membuat masyarakat dan wisatawan nyaman. Ini akan memberikan efek domino pada perekonomian, khususnya sektor pariwisata
Bali,” kata Direktur Jenderal Bina Administrasi Wilayah Kemendagri Safrizal ZA melalui keterangan tertulis, Sabtu, 16 April 2022.
Safrizal menyebut pemerintah daerah (pemda) dan masyarakat Bali bisa menggunakan kearifan lokal dalam
pengelolaan sampah. Ada konsep penanganan dengan kearifan lokal yang merujuk pada falsafah Tri Hita Karana.
Visi yang harus dikedepankan, kata dia, semesta adalah warisan untuk anak dan cucu kita di masa depan. Dia mengajak masyarakat untuk melestarikan alam dan budaya dengan mengelola sampah untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Baca:
Pemulihan Pariwisata Bali, BIN Gencar Vaksinasi Booster
“Solusi yang bertumpu pada kearifan lokasi biasanya terlihat sederhana dan selalu dipandang sebelah mata karena skalanya yang kecil. Padahal, jika diteliti lebih dalam lagi, pengelolaan sampah di rumah-rumah berdasarkan inisiasi masyarakat dan komunitas ini punya dampak besar terhadap pengurangan sampah,” kata Safrizal.
Menurut dia, penanganan persoalan sampah di kawasan Sarbagita harus berkonsep ramah lingkungan, berkelanjutan, dan menggali potensi ekonomi dari daur ulang. Safrizal mengatakan sudah ada contoh pengelolaan mandiri, karena ada masyarakat di Bali yang mengelola sampah organik dengan memasukkannya ke lubang dengan panjang, lebar, dan kedalaman masing-masing 1 meter.