Monumen Pancasila Sakti. Foto: Medcom.id/Faisal Abdalla.
Monumen Pancasila Sakti. Foto: Medcom.id/Faisal Abdalla.

G30S/PKI: Kudeta Berdarah Dimotori Fitnah

Siti Yona Hukmana • 26 September 2021 07:00

"Putri Jenderal Nasution gugur sebagai perisai ayahnya dan pahlawan kecil untuk menjadi saksi pengkhianatan G30S/PKI," kata M Fuad Nasar.
 
Letjen Ahmad Yani, Mayjen Harjono MT, dan Brigjen DI Pandjaitan gugur diberondong senapan pasukan Cakrabirawa saat dijemput paksa di kediamannya masing-masing. Jenazah ketiganya diseret dan dinaikkan ke atas truk untuk dibawa ke Lubang Buaya, Jakarta Timur. 
 
Sebanyak tiga jenderal lainnya juga digeret ke Lubang Buaya. Mereka disiksa hingga tewas. Penyiksaan dan penganiayaan itu diduga dilakukan oleh Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), Pemuda Rakyat, sukarelawan, dan sukarelawati yang erat hubungannya dengan PKI.

Mayat para jenderal dan perwira pertama AD korban keganasan PKI itu dibenamkan ke dalam sumur tua dekat Pangkalan TNI Angkatan Udara (AU) Halim Perdana Kusuma di Lubang Buaya. Sumur maut itu memiliki kedalaman 12 meter dan garis tengah 0,75 meter. 
 
Lokasi sumur sempit tempat dikuburnya mayat para Pahlawan Revolusi itu ditemukan pada Minggu, 3 Oktober 1965. Evakuasi mayat para jenderal dan perwira utama itu dilakukan pada Senin, 4 Oktober 1965.
 
Mayat itu dikeluarkan dalam kondisi sulit dikenali, kecuali dari pakaian yang dikenakan. Pembongkaran sumur maut di Lubang Buaya, pengangkatan mayat para jenderal dan perwira pertama, termasuk penampakan kondisi jenazah difoto satu per satu dan direkam kamera televisi di depan umum. 
 
Mayat para jenderal itu dibawa ke RSPAD dan dimandikan secara agama Islam, kecuali yang beragama Kristen. Kemudian, korban dibawa ke Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) dan disemayamkan di ruang bawah sebelah kanan. 
 
Penyiksaan fisik dan perlakuan kejam terhadap para jenderal dan seorang perwira pertama korban G30S/PKI itu dibuktikan dari laporan visum et repertum (VER) yang dibuat tim penyelidikan. Tim itu terdiri dari lima dokter, dua dari militer dan tiga lainnya guru besar terkenal dari Universitas Indonesia.
 
Para jenderal dan perwira pertama yang gugur dalam G30S/PKI mendapat kenaikan pangkat satu tingkat secara anumerta dari Presiden Soekarno. Jenderal AH Nasution menggambarkan suasana menjelang pemakaman jenazah Pahlawan Revolusi di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta Selatan, pada Selasa, 5 Oktober 1965.
 
"Kiranya belum pernah ada acara pemakaman dalam sejarah RI sampai kini yang mendapat kehormatan begitu besar dari ratusan ribu, mungkin jutaan manusia, yang merupakan lautan manusia dari MBAD dari Merdeka Utara sampai Kalibata di pinggir Jakarta Selatan. Pagi-pagi betul kami berangkat dari Kostrad di Merdeka Timur, Jenderal Soeharto menyetir Jeep, dan saya duduk di sampingnya. Di mana-mana penuh manusia, dengan sulit kami masuk ke pekarangan dan terus ke persemayaman. Air mata sudah tidak tertahan lagi. Saya berjalan pakai kruk karena kaki belum sembuh. Di ruang masuk MBAD telah hadir pula Bu Yani dan keluarga-keluarga lain dalam kebaya hitam. Suatu suasana yang sulit saya uraikan, tapi yang tidak pernah terlupakan! Selama dalam ruangan jenazah dan di ruang masuk itu perasaan saya tidak ada suara manusia, sepi dan diam semuanya. Upacara dimulai. Jenazah diusung satu per satu ke atas kendaraan panser. Lautan manusia terus tertib dan khidmat di depan MBAD. Setelah setiap jenazah ditaruh, maka saya diantar ke pintu MBAD untuk memberikan pidato pelepasan dan penghormatan," kata AH Nasution dalam buku Memenuhi Panggilan Tugas, Jilid 6: Masa Kebangkitan Orde Baru.
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan