Ilustrasi bendera merah putih ANT/Akbar Nugroho Gumay
Ilustrasi bendera merah putih ANT/Akbar Nugroho Gumay

Tapak Tilas Peristiwa 10 November 1945, Ikon Perjuangan Pemuda

Theofilus Ifan Sucipto • 06 November 2020 16:11

Ploegman menolak bahkan mengeluarkan pistol untuk mengancam Sidik dan Hariyono. Sidik berkelahi dengan Ploegman, sedangkan Hariyono pergi dari ruangan. Ploegman tewas dicekik Sidik meski akhirnya Sidik sekarat karena diserang tentara Belanda.
 
Hariyono langsung naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Ternyata pemuda lainnya, Koesno Wibowo turut berada di sana. Hariyono menginisiasi penyobekan bendera namun kepalanya terkena peluru meski akhirnya selamat. Koesno pun mengambil alih penyobekan bendera Belanda.
 
“Saat itu peristiwa di Surabaya berada di luar kontrol pimpinan revolusi, seperti Soekarno dan Amir (Syarifuddin, Menteri Penerangan),” papar Andi.

(Baca: 6 Tokoh Bakal Menerima Gelar Pahlawan Nasional)
 
Puncak konflik di Surabaya terjadi pada 30 Oktober 1945. Pimpinan Inggris di Jawa Timur, Brigadir Jenderal Mallaby, hendak melewati Jembatan Merah. Namun rombongan Mallaby berpapasan dengan kelompok milisi Indonesia.
 
Pertemuan itu menimbulkan kesalahpahaman dan terjadi aksi tembak-menembak. Mallaby tewas terkena peluru sehingga pihak Inggris marah dan mengeluarkan ultimatum oleh pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh pada rakyat Surabaya. Batas maksimalnya sampai 10 November 1945 pukul 06.00 WIB.
 
“Tuntutannya (Inggris) jelas. Kasih siapa yang tanggung jawab (atas kematian Mallaby) dan minta senjata dikembalikan. Dua hal ini tidak bisa dipenuhi dan para pemuda tidak mau,” terang Andi.
 
 
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan