Kaleidoskop 2021
Awal 2021, Duka di Udara dan Laut Hingga Bom Bunuh Diri di Pekan Suci
Renatha Swasty • 22 Desember 2021 16:16
Jakarta: Tahun 2021 dibuka dengan peristiwa pahit. Setelah digempur setahun dengan kasus covid-19, Indonesia mesti menghadapi kepedihan lain.
Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu, 9 Januari 2021. Pesawat jatuh pukul 14.40 WIB atau setelah 4 menit lepas landas.
Pencarian besar-besaran dilakuan untuk menemukan korban. Namun, tanda-tanda korban selamat tak ditemukan hingga akhir pencarian.
Sebanyak 59 dari 62 korban teridentifikasi per Selasa, 2 Maret 2021. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) hingga kini masih menginvestigasi jatuhnya pesawat.
"Diharapkan investigasi dapat diselesaikan pada pertengahan 2022," kata Kepala Sub Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam laporan Capaian Investigasi Kecelakaan Penerbangan 2021, Senin, 20 Desember 2021.
Jokowi tak ingin kecelakaan pesawat berulang
Kecelakaan pesawat ini terjadi setelah tiga tahun pesawat Lion Air JT-610 jatuh di lepas pantai Karawang pada 29 Okotber 2018. Sebanyak 189 orang meninggal dunia.
KNKT menyebut ada sembilan faktor penyebab kecelakaan pesawat itu. Antara lain, gabungan faktor mekanik, desain pesawat, kurangnya dokumentasi tentang sistem pesawat, kurangnya komunikasi dan kontrol manual antara pilot dengan kopilot, serta distraksi dalam kokpit.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak ingin kecelakaan pesawat terus terulang. Dia ingin seluruh pihak terkait belajar dari insiden jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Jokowi menegaskan bidang transportasi harus mengutamakan keselamatan. Dia memerintahkan Kementerian Perhubungan dan KNKT lebih ketat dalam pemeriksaan dan pengawasan penerbangan.
Baca: Jokowi Wanti-wanti Kemenhub Hingga KNKT Soal Keselamatan Penerbangan
"Saya minta KNKT atau Kementerian Perhubungan melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap pesawat yang akan terbang demi keselamatan masyarakat, demi keselamatan penumpang," tegas Jokowi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu, 20 Januari 2021.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan penerbangan di Indonesia sudah punya citra positif di mata dunia. Terutama, keamanan dan keselamatan.
Dari hasil laporan ICAO USOAP (Universal Safety Oversight Audit Program), indeks keselamatan penerbangan Indonesia berada di atas rata-rata negara Asia.
"Hal ini juga diikuti dengan indeks kecelakaan pesawat Indonesia yang menunjukkan perbaikan sejak 2016," kata Budi, Rabu, 3 Februari.
Budi tak ingin kecelakaan pesawat terulang. Dia berjanji pihak Kemenhub bakal meningkatkan keamanan dan keselamatan penerbangan di Tanah Air.
"Sektor transportasi udara merupakan sektor transportasi yang di satu sisi paling aman tetapi di sisi lain berisiko tinggi dan menjadi sorotan masyarakat banyak. Oleh karena itu, Kemenhub beserta stakeholder di sektor penerbangan akan terus berkomitmen meningkatkan keselamatan dan keamanan penerbangan nasional," ujar Budi.
Baca: Janji Menhub Agar Kecelakaan Pesawat tak Terulang
Duka di laut
Sektor transportasi lagi-lagi dirundung duka. Kapal selam milik TNI Angkatan Laut (AL) KRI Nanggala-402 hilang kontak saat latihan penembakan torpedo di perairan utara Bali pada Rabu dini hari, 21 April 2021. Sebanyak 53 kru gugur.
Pencarian kapal tak hanya dilakukan armada dalam negeri tapi juga luar negeri. Armada bantuan dari negara sahabat mulai HMAS Ballarat dari Australia, pesawat mata-mata penjaga maritim Amerika Serikat (AS) P-8 Poseidon, hingga kapal Rescue MV Swift dari Singapura dikerahkan.
Hasilnya, kapal selam ditemukan tenggelam di kedalaman 838 meter. Panglima Komando Armada II Laksda TNI Iwan Isnurwanto menegaskan KRI Nanggala-402 tenggelam karena kecelakaan. Kapal dipastikan tidak meledak.
"Kalau meledak kapal-kapal kami yang melakukan evakuasi dan mempunyai kemampuan sonar mendengarkan suara di dalam air, pasti mendengar karena ingat pada saat latihan penembakan dengan torpedo kepala latihan. Daerah-daerah yang di luar area penembakan tersebut sudah dijaga oleh kapal-kapal kami yang mempunyai kemampuan untuk mendeteksi suara di bawah air. Namun, ini (suara) tidak ada sehingga murni adalah ini kecelakaan, bukan meledak," kata Iwan di Lanal Denpasar, Bali, Selasa, 18 Mei 2021.
Iwan menyebut barang-barang di dalam kapal dipastikan berhamburan mengambang di atas permukaan laut bila kapal meledak. Namun, hingga saat ini tidak ada pecahan-pecahan yang muncul ke permukaan.
Baca: Bukan karena Human Error, Ini Penyebab Tenggelamnya KRI Nanggala-402
Selain itu, kapal-kapal yang melakukan kegiatan operasi laut dipastikan mendengar ledakan jika KRI Nanggala-402 benar-benar meledak. "Ini tahap yang ketiga dari empat tahap yang kami laksanakan kalau meledak kapal-kapal kami yang mempunyai kemampuan sonar mendengarkan suara di dalam air, pasti mendengar," kata dia.
Mengingat lokasi tenggelamnya berada sangat jauh, proses evakuasi membutuhkan tahapan dan mekanisme matang.
"Itu masih didiskusikan mengingat kedalamannya 838 meter, dari foto/video bawah air, arus, dan lain-lain. Semuanya akan dianalisa mendalam langkah teknologi apa yang akan dipakai," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono kepada Media Group News, Senin, 26 April 2021.
Dia menyebut TNI AL masih mencari referensi evakuasi kapal di bawah permukaan air yang dalam. Studi dibutuhkan untuk memastikan proses evaksuasi lancar.
3 janji Jokowi pada keluarga korban
Jokowi memberikan perhatian pada keluarga korban tragedi kapal selam KRI Nanggala-402. Ia menjanjikan tiga hal untuk kesejahteraan mereka.
Jokowi berjanji akan membangun rumah untuk seluruh keluarga 53 awak KRI Nanggala-402. Keluarga awak yang gugur bebas menentukan lokasi pembangunan rumah.
Presiden juga meminta Panglima TNI dan KSAL mengatur mekanisme bantuan pendidikan anak-anak dari 53 awak KRI Nanggala-402. Negara menjamin pendidikan mereka hingga perguruan tinggi.
"Pemerintah akan menjamin pendidikan putra-putri dari keluarga prajurit KRI Nanggala-402," ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin, 26 April 2021.
Jokowi juga memastikan ke-53 awak KRI Nanggala-402 akan mendapat penghargaan berupa kenaikan satu pangkat. Selain itu, ia menjamin negara akan memberi bintang jasa Jala Sena atas dedikasi, pengabdian, serta pengorbanan untuk bangsa dan negara.
Bom bunuh diri di awal pekan suci
Ledakan bom mengguncang Makassar, Sulawesi Selatan pada 28 Maret 2021 sekitar pukul 10.30 WITA. Sepasang suami istri melakukan aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan.
Bom meledak setelah ibadah Minggu Palma atau misa pembuka pekan suci Paskah selesai. Sebanyak 19 orang yang merupakan jemaat dan petugas keamanan gereja mengalami luka ringan hingga berat.
Pelaku merupakan laki-laki berinisial L dan perempuan berinisial YSF. Keduanya merupakan karyawan swasta dan baru menikah enam bulan.
Keduanya melakukan aksi bom bunuh diri dari atas sepeda motor. Pelaku sempat ingin masuk ke dalam gereja, namun diadang oleh petugas keamanan.
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan pelaku merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Baca: Waspada! Teroris Saat ini Menyasar Kaum Milenial
Pelaku L terkait dengan terduga teroris yang ditangkap di Kota Makassar, tepatnya di Villa Mutiara. Pelaku juga bagian dari jaringan yang menyerang gereja di Jolo, Filipina pada 2018.
"Bersangkutan merupakan kelompok dari beberapa pelaku yang beberapa waktu lalu, telah kita amankan," kata Listyo di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu, 28 Maret 2021.
Polisi gencar menangkap terduga teroris lain yang terlibat bom bunuh diri itu. Per 1 Juli 2021, sebanyak 58 terduga teroris bom Gereja Katedral Makassar diberangkatkan ke Jakarta.
Mereka diberangkatkan ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. "Iya (sudah dibawa ke Jakarta). Totalnya 58 orang, tujuh di antaranya perempuan," kata Kabid Humas Polda Sulsel Kombes E Zulpan di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis, 1 Juli 2021.
Teranyar pada 6 Desember 2021 buron teroris yang terlibat pengeboman Gereja Katedral Makassar berinisial MS, 22, ditangkap. Dia sehari-hari bekerja sebagai penjual somay.
Terorisme kejahatan kemanusiaan
Jokowi menegaskan aksi teroris merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. Hal tersebut merespons aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan.
"Terorisme adalah kejahatan terhadap kemanusiaan," tegas Jokowi melalui akun YouTube Sekretariat Presiden, Minggu, 28 Maret 2021.
Kepala Negara menegaskan terorisme tidak terkait dengan agama apa pun. Semua ajaran agama menolak aksi teroris, apa pun alasannya.
Baca: Jokowi: Terorisme Kejahatan Kemanusiaan
Jokowi mengajak publik bersama-sama memerangi terorisme dan radikalisme. Paham tersebut bertentangan dengan nilai agama dan kenegaraan.
"Bertentangan dengan nilai-nilai agama, nilai-nilai luhur kita sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan, dan menjunjung nilai-nilai kebhinekaan," ujar Jokowi
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas juga menegaskan tindakan itu tidak mewakili agama mana pun. Yaqut mengingatkan teror bertujuan memecah umat beragama.
"Apa pun motifnya, aksi ini tidak dibenarkan agama karena dampaknya tidak hanya pada diri sendiri juga sangat merugikan orang lain," kata Yaqut melalui keterangan tertulis, Minggu, 28 Maret 2021.
Jakarta: Tahun 2021 dibuka dengan peristiwa pahit. Setelah digempur setahun dengan kasus covid-19, Indonesia mesti menghadapi kepedihan lain.
Pesawat
Sriwijaya Air SJ-182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu, 9 Januari 2021. Pesawat jatuh pukul 14.40 WIB atau setelah 4 menit lepas landas.
Pencarian besar-besaran dilakuan untuk menemukan korban. Namun, tanda-tanda korban selamat tak ditemukan hingga akhir pencarian.
Sebanyak 59 dari 62 korban teridentifikasi per Selasa, 2 Maret 2021. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (
KNKT) hingga kini masih menginvestigasi jatuhnya pesawat.
"Diharapkan investigasi dapat diselesaikan pada pertengahan 2022," kata Kepala Sub Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam laporan Capaian Investigasi Kecelakaan Penerbangan 2021, Senin, 20 Desember 2021.
Jokowi tak ingin kecelakaan pesawat berulang
Kecelakaan pesawat ini terjadi setelah tiga tahun pesawat Lion Air JT-610 jatuh di lepas pantai Karawang pada 29 Okotber 2018. Sebanyak 189 orang meninggal dunia.
KNKT menyebut ada sembilan faktor penyebab kecelakaan pesawat itu. Antara lain, gabungan faktor mekanik, desain pesawat, kurangnya dokumentasi tentang sistem pesawat, kurangnya komunikasi dan kontrol manual antara pilot dengan kopilot, serta distraksi dalam kokpit.
Presiden Joko Widodo (
Jokowi) tak ingin kecelakaan pesawat terus terulang. Dia ingin seluruh pihak terkait belajar dari insiden jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182.
Jokowi menegaskan bidang transportasi harus mengutamakan keselamatan. Dia memerintahkan Kementerian Perhubungan dan KNKT lebih ketat dalam pemeriksaan dan pengawasan penerbangan.
Baca:
Jokowi Wanti-wanti Kemenhub Hingga KNKT Soal Keselamatan Penerbangan