Jakarta: Peristiwa G30S/PKI atau Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan peristiwa sejarah pembantaian tujuh perwira tinggi militer Indonesia. Sejarah kelam yang terjadi 56 tahun silam itu masih membekas bagi bangsa Indonesia.
Peristiwa ini menelan banyak korban jiwa karena usaha kudeta terhadap pemerintahan Presiden Soekarno. Kala itu, PKI berencana melenyapkan Negara Republik Indonesia dan menggantinya menjadi negara komunis.
Pemberontakan PKI terhadap pemerintahan Soekarno tak hanya terjadi pada 30 September 1965. Jauh sebelum itu, PKI pernah melakukan pemberontakan di Madiun, Jawa Timur, pada 1948.
Pemberontakan tersebut dipelopori oleh Amir Syarifuddin dan Muso. Mereka ingin mendirikan negara komunis dengan memproklamasikan Soviet Republik Indonesia. Kejadian ini berhasil ditumpas oleh angkatan darat pada 30 September 1948.
Selain itu, masih banyak aksi kekerasan dari organisasi-organisasi yang berada di bawah PKI, namun diisukan sebagai aksi sepihak. Aksi sepihak yang sebetulnya dilancarkan PKI itu antara lain Peristiwa Jengkol pada 15 November 1961, Peristiwa Indramayu pada 15 Oktober 1964, Peristiwa Boyolali pada November 1964, Peristiwa Kanigoro pada 13 Januari 1965, dan Peristiwa Bandar Betsi pada 14 Mei 1965.
Pemberontakan yang terjadi mencapai puncaknya pada peristiwa G30S/PKI. Berikut empat akar masalah yang melatarbelakangi peristiwa G30S/PKI dikutip dari berbagai sumber:
1. Pembentukan Angkatan Kelima
PKI yang merasa kekuatan militernya masih sangat lemah ketika menghadapi Angkatan Darat atau saat ini disebut TNI Angkatan Darat (AD), ingin membentuk Angkatan Kelima. Angkatan Kelima terdiri dari buruh dan para petani yang dipersenjatai.
Menurut M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008), pembentukan Angkatan Kelima merupakan gagasan Menteri Luar Negeri Tiongkok, Chou En-Lai, ketika mengunjungi Jakarta pada 1965. Dia menjanjikan akan memasok 100 ribu pucuk senjata untuk angkatan kelima.
Gagasan itu menjadi alasan bagi pemimpin PKI dalam memperkuat militernya dan terus mendesak pembentukan Angkatan Kelima tersebut. Pembentukan itu mendapat penolakan keras dari Angkatan Darat serta Angkatan Laut Indonesia. Angkatan Kelima hanya akan diterima jika berada di bawah komando Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
2. Nasakom
Ideologi Nasional, Agama, dan Komunis (Nasakom) yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno juga melatarbelakangi peristiwa G30S/PKI. Dikutip dari buku berjudul History of Modern Indonesia (2005) karya Vickers dan Andrian, Nasakom merupakan konsep politik yang memiliki ciri khas Demokrasi Terpimpin.
Pada 1956, Soekarno secara terbuka mengkritik demokrasi parlementer yang disebut berlawanan dengan gagasan harmoni Indonesia. Sebaliknya, Soekarno mencari sistem yang didasarkan pada sistem desa tradisional yang mengedepankan diskusi dan konsensus.
Dia mengusulkan campuran tiga unsur nasional, agama, dan komunis menjadi pemerintahan kooperatif. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga fraksi utama dalam politik Indonesia, yaitu tentara, kelompok Islam, dan komunis.
Pada Juli 1959, parlemen dibubarkan dan Soekarno mengeluarkan ketetapan konstitusi berupa dekrit Presiden. Dia mendapat dukungan penuh dari PKI. Sebaliknya, ideologi ini ditentang Angkatan Darat karena dianggap dapat melancarkan rencana PKI mendirikan negara komunis.
3. Konfrontasi dengan Malaysia
Malaysia sebagai negara federasi yang baru terbentuk pada 16 September 1963 juga menjadi akar masalah peristiwa G30S/PKI. Konfrontasi Indonesia dan Malaysia mendekatkan Soekarno dengan PKI.
Berdasarkan buku Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 7: Pasca Revolusi karya Dahana, terjadi demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur yang menyebabkan Perdana Menteri Malaysia Tunku Abdul Rahman menginjak lambang Garuda. Insiden itu menyebabkan kemurkaan Presiden Soekarno.
Dia kemudian menyerukan pembalasan dendam dengan slogan “Ganyang Malaysia” dan memerintahkan TNI AD untuk melakukannya. Letjen Ahmad Yani tidak ingin melawan Malaysia yang mendapat bantuan Inggris. Dia menganggap tentara Indonesia tidak memadai untuk berperang dalam skala itu.
Sedangkan, Kepala Staf TNI AD AH Nasution menyetujuinya karena khawatir isu Malaysia akan dimanfaatkan PKI untuk memperkuat posisinya di bidang politik Indonesia. Perbedaan pendapat ini menghasilkan peperangan yang setengah hati di Kalimantan, bahkan mengalami kegagalan. Kekecewaan Presiden Soekarno terhadap TNI AD membuatnya mencari dukungan kepada PKI.
4. Pembantaian Perwira TNI
Situasi politik Indonesia semakin genting pada September 1965. Kala itu muncul isu kudeta oleh dewan jenderal di Angkatan Darat. Menurut PKI, dewan jenderal akan mengadakan kudeta untuk menjatuhkan Presiden Soekarno dengan bantuan Amerika Serikat. Inilah yang memicu peristiwa G30S/PKI.
Soekarno disebut-sebut menanggapi isu ini dengan memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa para jenderal TNI untuk diadili. Namun dalam prosesnya, beberapa oknum pasukan yang tersulut emosi justru melepaskan tembakan, sehingga menewaskan ketujuh petinggi TNI AD. Para korban kemudian dibuang ke sumur tua atau dinamai Lubang Buaya, di Pondok Gede, Jakarta.
Jakarta:
Peristiwa G30S/PKI atau Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan peristiwa sejarah pembantaian tujuh perwira tinggi militer Indonesia. Sejarah kelam yang terjadi 56 tahun silam itu masih membekas bagi bangsa Indonesia.
Peristiwa ini menelan banyak korban jiwa karena usaha kudeta terhadap pemerintahan Presiden Soekarno. Kala itu, PKI berencana melenyapkan Negara Republik Indonesia dan menggantinya menjadi negara komunis.
Pemberontakan PKI terhadap pemerintahan Soekarno tak hanya terjadi pada 30 September 1965. Jauh sebelum itu, PKI pernah melakukan pemberontakan di Madiun, Jawa Timur, pada 1948.
Pemberontakan tersebut dipelopori oleh Amir Syarifuddin dan Muso. Mereka ingin mendirikan negara komunis dengan memproklamasikan Soviet Republik Indonesia. Kejadian ini berhasil ditumpas oleh angkatan darat pada 30 September 1948.
Selain itu, masih banyak aksi kekerasan dari organisasi-organisasi yang berada di bawah PKI, namun diisukan sebagai aksi sepihak. Aksi sepihak yang sebetulnya dilancarkan PKI itu antara lain Peristiwa Jengkol pada 15 November 1961, Peristiwa Indramayu pada 15 Oktober 1964, Peristiwa Boyolali pada November 1964, Peristiwa Kanigoro pada 13 Januari 1965, dan Peristiwa Bandar Betsi pada 14 Mei 1965.
Pemberontakan yang terjadi mencapai puncaknya pada peristiwa G30S/PKI. Berikut empat akar masalah yang melatarbelakangi peristiwa G30S/PKI dikutip dari berbagai sumber:
1. Pembentukan Angkatan Kelima
PKI yang merasa kekuatan militernya masih sangat lemah ketika menghadapi Angkatan Darat atau saat ini disebut TNI Angkatan Darat (AD), ingin membentuk Angkatan Kelima. Angkatan Kelima terdiri dari buruh dan para petani yang dipersenjatai.
Menurut M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008), pembentukan Angkatan Kelima merupakan gagasan Menteri Luar Negeri Tiongkok, Chou En-Lai, ketika mengunjungi Jakarta pada 1965. Dia menjanjikan akan memasok 100 ribu pucuk senjata untuk angkatan kelima.
Gagasan itu menjadi alasan bagi pemimpin PKI dalam memperkuat militernya dan terus mendesak pembentukan Angkatan Kelima tersebut. Pembentukan itu mendapat penolakan keras dari Angkatan Darat serta Angkatan Laut Indonesia. Angkatan Kelima hanya akan diterima jika berada di bawah komando Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
2. Nasakom
Ideologi Nasional, Agama, dan Komunis (Nasakom) yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno juga melatarbelakangi peristiwa G30S/PKI. Dikutip dari buku berjudul
History of Modern Indonesia (2005) karya Vickers dan Andrian, Nasakom merupakan konsep politik yang memiliki ciri khas Demokrasi Terpimpin.
Pada 1956, Soekarno secara terbuka mengkritik demokrasi parlementer yang disebut berlawanan dengan gagasan harmoni Indonesia. Sebaliknya, Soekarno mencari sistem yang didasarkan pada sistem desa tradisional yang mengedepankan diskusi dan konsensus.
Dia mengusulkan campuran tiga unsur nasional, agama, dan komunis menjadi pemerintahan kooperatif. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan tiga fraksi utama dalam politik Indonesia, yaitu tentara, kelompok Islam, dan komunis.
Pada Juli 1959, parlemen dibubarkan dan Soekarno mengeluarkan ketetapan konstitusi berupa dekrit Presiden. Dia mendapat dukungan penuh dari PKI. Sebaliknya, ideologi ini ditentang Angkatan Darat karena dianggap dapat melancarkan rencana PKI mendirikan negara komunis.
3. Konfrontasi dengan Malaysia
Malaysia sebagai negara federasi yang baru terbentuk pada 16 September 1963 juga menjadi akar masalah
peristiwa G30S/PKI. Konfrontasi Indonesia dan Malaysia mendekatkan Soekarno dengan PKI.
Berdasarkan buku
Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 7: Pasca Revolusi karya Dahana, terjadi demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur yang menyebabkan Perdana Menteri Malaysia Tunku Abdul Rahman menginjak lambang Garuda. Insiden itu menyebabkan kemurkaan Presiden Soekarno.
Dia kemudian menyerukan pembalasan dendam dengan slogan “Ganyang Malaysia” dan memerintahkan TNI AD untuk melakukannya. Letjen Ahmad Yani tidak ingin melawan Malaysia yang mendapat bantuan Inggris. Dia menganggap tentara Indonesia tidak memadai untuk berperang dalam skala itu.
Sedangkan, Kepala Staf TNI AD AH Nasution menyetujuinya karena khawatir isu Malaysia akan dimanfaatkan PKI untuk memperkuat posisinya di bidang politik Indonesia. Perbedaan pendapat ini menghasilkan peperangan yang setengah hati di Kalimantan, bahkan mengalami kegagalan. Kekecewaan Presiden Soekarno terhadap TNI AD membuatnya mencari dukungan kepada PKI.
4. Pembantaian Perwira TNI
Situasi politik Indonesia semakin genting pada September 1965. Kala itu muncul isu kudeta oleh dewan jenderal di Angkatan Darat. Menurut PKI, dewan jenderal akan mengadakan kudeta untuk menjatuhkan Presiden Soekarno dengan bantuan Amerika Serikat. Inilah yang memicu peristiwa G30S/PKI.
Soekarno disebut-sebut menanggapi isu ini dengan memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa para jenderal TNI untuk diadili. Namun dalam prosesnya, beberapa oknum pasukan yang tersulut emosi justru melepaskan tembakan, sehingga menewaskan ketujuh petinggi TNI AD. Para korban kemudian dibuang ke sumur tua atau dinamai Lubang Buaya, di Pondok Gede, Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(SUR)