Jakarta: Akun Twitter Ahmad Pathoni, @apathoni, mengunggah tangkapan layar salah satu penelitian dari situs Science Direct. Isinya bagian abstrak penelitian yang menyebut kandungan parasetamol di Angke sebanyak 610 nanogram per liter (ng/L) dan Ancol 420 ng/L di DKI Jakarta.
Penelusuran Medcom.id, penelitian itu tertuang di Marine Pollution Bulletin volume 169 pada Agustus 2021. Tim penelitinya, yakni Wulau Koagouw, Zainal Arifin, George W. J Olivier, dan Corina Ciocan. Mereka dari berbagai latar belakang.
Hal itu dibenarkan oleh pihak peneliti Indonesia. Berikut beberapa hal terkait penemuan kandungan paracetamol di dua area di Teluk Jakarta.
1. Kandungan paracetamol ditemukan di dua wilayah Teluk Jakarta
Tim peneliti dari BRIN dan University of Brighton UK menemukan kontaminasi air di Teluk Jakarta, yaitu di Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing. Hasil penelitian menunjukkan beberapa parameter nutrisi, seperti amonia, nitrat, dan total fosfat melebihi batas baku mutu air laut Indonesia.
Teluk Jakarta tercemar parasetamol diduga akibat konsumsi berlebihan warga. Ilustrasi/Medcom.id
Anggota tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Zainal Arifin menjelaskan kandungan parasetamol pada Muara Angke (Angke) dan Ciliwung (Ancol) diduga berasal dari obat demam yang banyak dikonsumsi masyarakat. Produk farmasi itu digunakan bebas tanpa resep dokter.
"Hasil penelitian awal yang kami lakukan ingin mengetahui apakah ada sisa parasetamol yang terbuang ke sistem perairan laut," kata Zainal, Minggu, 3 Oktober 2021.
2. Sumber sisa parasetamol di Teluk Jakarta
Menurut Zainal, sumber sisa parasetamol di Teluk Jakarta dapat berasal dari tiga sumber, yakni ekskresi akibat konsumsi berlebihan masyarakat, rumah sakit, dan industri farmasi. Parasetamol diketahui dijual bebas sehingga ada potensi pencemaran dari konsumsi warga.
Baca: Teluk Jakarta Tercemar Parasetamol Diduga Akibat Konsumsi Berlebihan Warga
"Sedangkan sumber potensi dari rumah sakit dan industri farmasi dapat diakibatkan sistem pengelolaan air limbah yang tidak berfungsi optimal sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai," jelas dia.
3. Konsentrasi parasetamol di Teluk Jakarta tertinggi di dunia
Parasetamol terdeteksi di dua situs, yakni muara Sungai Angke (610 ng/L) dan muara Sungai Ciliwung, Ancol (420 ng/L). Konsentrasi parasetamol yang tinggi meningkatkan kekhawatiran tentang risiko lingkungan terkait paparan jangka panjang terhadap organisme laut di Teluk Jakarta.
Konsentrasi parasetamol di Teluk Jakarta juga relatif tinggi jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain di belahan dunia. Kadar parasetamol di Jakarta, yakni 420-610 ng/L, sedangkan di pantai Brasil 34,6 ng/L dan pantai utara Portugis 51,2 – 584 ng/L.
4. Kontaminasi parasetamol bukan karena pandemi covid-19
Zainal Arifin membantah tercemarnya Teluk Jakarta dengan kandungan parasetamol disebabkan pandemi covid-19. Ia mengaku terlibat dalam penelitian itu sebagai pengawas.
"Jadi pada intinya itu kan risetnya 2019-an akhir. Jadi risetnya sebelum covid-19. Itu riset sebenarnya kerja sama antara lab kami di P2O, Pusat Penelitian Oseanografi, dengan rekan di Inggris," ungkap Zainal.
5. Pemerintah akan telusuri temuan kandungan parasetamol
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bakal menelusuri temuan kandungan parasetamol yang tinggi di air laut Teluk Jakarta. Termasuk, dampak parasetamol bagi kelestarian laut.
“Nanti kita dalami, telusuri di mana sumbernya, dan akan membuat kebijakan-kebijakan untuk mengatasi pencemaran itu,” kata Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Yogi Ikhwan saat dihubungi, Jumat, 1 Oktober 2021.
Yogi mengatakan kandungan parasetamol di laut masuk kategori pencemaran. Kandungan tersebut berada tidak pada tempatnya.
Jakarta: Akun Twitter Ahmad Pathoni, @apathoni, mengunggah tangkapan layar salah satu
penelitian dari situs
Science Direct. Isinya bagian abstrak penelitian yang menyebut kandungan
parasetamol di
Angke sebanyak 610 nanogram per liter (ng/L) dan Ancol 420 ng/L di DKI Jakarta.
Penelusuran
Medcom.id, penelitian itu tertuang di
Marine Pollution Bulletin volume 169 pada Agustus 2021. Tim penelitinya, yakni Wulau Koagouw, Zainal Arifin, George W. J Olivier, dan Corina Ciocan. Mereka dari berbagai latar belakang.
Hal itu dibenarkan oleh pihak peneliti Indonesia. Berikut beberapa hal terkait penemuan kandungan paracetamol di dua area di Teluk Jakarta.
1. Kandungan paracetamol ditemukan di dua wilayah Teluk Jakarta
Tim peneliti dari BRIN dan University of Brighton UK menemukan kontaminasi air di Teluk Jakarta, yaitu di Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing. Hasil penelitian menunjukkan beberapa parameter nutrisi, seperti amonia, nitrat, dan total fosfat melebihi batas baku mutu air laut Indonesia.
Teluk Jakarta tercemar parasetamol diduga akibat konsumsi berlebihan warga. Ilustrasi/Medcom.id
Anggota tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Zainal Arifin menjelaskan kandungan parasetamol pada Muara Angke (Angke) dan Ciliwung (Ancol) diduga berasal dari obat demam yang banyak dikonsumsi masyarakat. Produk farmasi itu digunakan bebas tanpa resep dokter.
"Hasil penelitian awal yang kami lakukan ingin mengetahui apakah ada sisa parasetamol yang terbuang ke sistem perairan laut," kata Zainal, Minggu, 3 Oktober 2021.
2. Sumber sisa parasetamol di Teluk Jakarta
Menurut Zainal, sumber sisa parasetamol di Teluk Jakarta dapat berasal dari tiga sumber, yakni ekskresi akibat konsumsi berlebihan masyarakat, rumah sakit, dan industri farmasi. Parasetamol diketahui dijual bebas sehingga ada potensi pencemaran dari konsumsi warga.
Baca:
Teluk Jakarta Tercemar Parasetamol Diduga Akibat Konsumsi Berlebihan Warga
"Sedangkan sumber potensi dari rumah sakit dan industri farmasi dapat diakibatkan sistem pengelolaan air limbah yang tidak berfungsi optimal sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai," jelas dia.