Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis. Istimewa
Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis. Istimewa

BNPT: Ideologi Salafi Jihadis Masih Menjadi Motif Terorisme

Siti Yona Hukmana • 22 September 2020 22:01
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) meyakini terorisme masih menjadi ancaman nyata bagi Indonesia. Ideologi salafi jihadis masih menjadi salah satu motif utama teroris.
 
"Ideologi salafi jihadis yang akan terus memainkan peran utama dalam motif teroris global," kata Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis dalam webinar Ikatan Alumni Universitas Pertahanan (Unhan), Selasa, 22 September 2020.
 
Teroris juga terus akan menggunakan internet dalam penyebaran paham radikal. Namun, teroris ke depannya juga mulai terlibat dalam perang siber.

"Yang kita khawatirkan adalah mereka bermain di instalasi listrik, jaringan kontrol, lintas udara, dan lain-lain," ujar Hendri.
 
Baca: Strategi BNPT Berantas Terorisme di Indonesia
 
Alat teror yang dipakai teroris di Indonesia juga diprediksi tak terlalu berubah. Senjata api, bahan peledak, mobil, truk, pesawat terbang masih menjadi senjata teroris menciptakan ketakukan. Dia menyebut senjata drone diprediksi akan digunakan karena alat tersebut sudah dimanfaatkan teroris di Timur Tengah.
 
"Yang kita khawatirkan lagi apabila mereka menggunakan aplikasi teknologi untuk serangan jarak jauh," ungkap Hendri.
 
 

Terorisme di Indonesia masih memanfaatkan ketimpangan ekonomi sebagai ladang perekrutan. Hendri menyebut banyak orang bergabung dengan kelompok teroris karena kesempatan kerja yang terbatas.
 
Target perekrutan masih sama, yakni pelibatan perempuan dan anak-anak. Dia menyebut sudah banyak aksi terorisme di Indonesia dilakukan oleh perempuan dan anak-anak.
 
Baca: Penanganan Terorisme Butuh Pendekatan Beragam
 
Sasaran penyerangan juga berkutat di antara aparatur negara atau pejabat, penyerangan terhadap markas penegak hukum, pelayanan strategis dan terpencil, penyerangan terhadap fasilitas ibadah dan keagamaan, hingga transportasi umum. Hendri mengakui pelindungan di transportasi umum sangat sulit dilakukan karena padat.
 
"Serta acara-acara olahraga, lokasi wisata, sekolah, tempat konser, musik jalanan, objek vital," papar dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan