Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus berupaya memberantas aksi radikalisme dan terorisme di Indonesia. Upaya yang dilakukan mulai dari pendekatan lunak, keras, hingga kerja sama internasional.
"Pendekatan lunak yaitu melalui kontra radikalisasi dan deradikalisasi dengan prinsip koordinasi lintas sektoral, pelibatan kementerian dan lembaga, partisipasi publik, serta kearifan lokal," kata Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis dalam webinar Ikatan Alumni Universitas Pertahanan (Unhan), Selasa, 22 September 2020.
Baca: Penanganan Terorisme Butuh Pendekatan Beragam
Pendekatan keras yang dilakukan berupa penegakan hukum. Upaya ini, kata dia, dilakukan deputi penindakan dan pembinaan kemampuan yang berkoordinasi dengan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri.
"Prinsip koordinasinya lintas sektoral, supremasi hukum serta melaksanakan penghormatan HAM," ujar Hendri.
BNPT juga menjalin kerja sama internasional untuk memberantas akar terorisme di Indonesia. Namun, Hendri tidak memerinci bentuk kerja sama tersebut.
Libatkan seluruh elemen masyarakat
Strategi nasional BNPT dalam mencegah terorisme mengutamakan masyarakat yang rentan terpapar. Strategi ini melibatkan unsur pemerintah, tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat,tokoh adat, tokoh pemuda, lembaga swadaya masyarakat (LSM), media, dan organisasi masyarakat.
Pelibatan unsur-unsur itu dijabarkan dalam forum koordinasi pencegahan terorisme (FKPT) yang tersebar di 32 provinsi. BNPT menargetkan FKPT hadir di Papua dan Papua Barat pada 2021.
Baca: Pengawasan Gerak Kelompok Teroris di Dunia Maya Harus Ditingkatkan
Hendri mengatakan pihaknya juga melakukan deradikalisasi atau pembinaan kepada tersangka, terdakwa, terpidana, mantan narapidana, maupun orang atau kelompok orang terpapar paham radikal. Deradikalisasi itu dilakukan di dalam lembaga pemasyarakatan (lapas), luar lapas, dan dalam lapas khusus.
"Karena dalam direktorat deradikalisasi ini ada program di dalam lapas," tutur dia.
Meski telah melakukan sejumlah upaya, Hendri tak memungkiri aksi terorisme akan terjadi di masa mendatang. Dia memprediksi salah satu motif para teroris yakni ideologi salafi jihadis.
"Ideologi salafi jihadis yang akan terus memainkan peran utama dalam motif teroris global," tutup dia.
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus berupaya memberantas aksi radikalisme dan
terorisme di Indonesia. Upaya yang dilakukan mulai dari pendekatan lunak, keras, hingga kerja sama internasional.
"Pendekatan lunak yaitu melalui kontra
radikalisasi dan deradikalisasi dengan prinsip koordinasi lintas sektoral, pelibatan kementerian dan lembaga, partisipasi publik, serta kearifan lokal," kata Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis dalam webinar Ikatan Alumni Universitas Pertahanan (Unhan), Selasa, 22 September 2020.
Baca:
Penanganan Terorisme Butuh Pendekatan Beragam
Pendekatan keras yang dilakukan berupa penegakan hukum. Upaya ini, kata dia, dilakukan deputi penindakan dan pembinaan kemampuan yang berkoordinasi dengan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror
Polri.
"Prinsip koordinasinya lintas sektoral, supremasi hukum serta melaksanakan penghormatan HAM," ujar Hendri.
BNPT juga menjalin kerja sama internasional untuk memberantas akar terorisme di Indonesia. Namun, Hendri tidak memerinci bentuk kerja sama tersebut.