Jemaah haji Hindia Belanda, di Batavia, 1929. Arsip Nasional RI/Kemenag
Jemaah haji Hindia Belanda, di Batavia, 1929. Arsip Nasional RI/Kemenag

Tekad Haji Indonesia di Masa Perang

Sobih AW Adnan • 09 September 2016 16:23
medcom.id, Jakarta: Dunia menemui masa kegelapannya. Nyawa tak lagi berharga. Rudal, bom, dan peluru bisa menjemput kematian seseorang kapan dan di mana saja. Perang dunia menyulap bumi menjadi neraka dan menebar ketakutan bagi setiap manusia. 
 
Meski berpusat di Eropa, namun Perang Dunia (PD) I yang berlangsung pada 28 Juli 1914 hingga 11 November 1918 ini membawa dampak secara global. Termasuk dalam urusan pemberangkatan haji di Hindia Belanda.
 
M. Shaleh Putuhena dalam Historiografi Haji di Indonesia menceritakan ketika PD I masih berlangsung, jemaah haji asal Indonesia hanya berjumlah 70 orang. Hitungan itu diambil dari keseluruhan jemaah yang berangkat pada musim haji 1335 Hijriah atau 1916-1917 Masehi.

"Dan 48 orang pada musim haji 1336 H/1917-1918," tulis Shaleh.
 
Tidak hanya itu, bahkan pada dua tahun sebelumnya tidak ada haji sama sekali. "Untuk beberapa tahun, sebagian kecil jemaah haji Indonesia berangkat ke Jeddah dari Bombay. Ada pula yang dari Suez," tulis dia.
 
Baca: Kapal Laut, dan Perjuangan Calon Haji Masa Lampau
 
Pada 1916, kapal haji yang biasa mengantar jemaah dari Bombay ke Jeddah mendadak langka. Sementara beberapa orang tetap bertekad memilih jalur itu demi terwujudnya perjalanan suci mereka. Atas ketelantaran ini, pemerintah India (Inggris) segera menghubungi pihak Hindia Belanda agar berkenan menarik kembali jemaah haji yang lebih memilih untuk bertahan di Bombay.
 
"Berkenaan dengan adanya 80 calon haji dari Indonesia di Bombay, maka pemerintah India meminta Konsul Jenderal Belanda di Kalkutta untuk mengambil langkah-langkah guna mencegah kedatangan calon haji dari Indonesia itu lebih banyak," tulis dia.
 
Baca: Mengenal Hajiphobia Zaman Belanda
 
Sebelum PD I berlangsung, lonjakan jumlah calon haji asal Indonesia terus terjadi hingga memasuki 1881-1882. Koloniaal Verslag mencontohkan lonjakan jemaah terjadi di Karesidenan Preanger (Priangan). Seri penerbitan statistik ekonomi Hindia Belanda itu menuliskan jumlah jemaah haji melonjak sebanyak 843 orang pada 1879.
 
"Lalu meningkat menjadi 2508 pada 1880 yang disebabkan oleh panen raya kopi pada tahun sebelumnya," tulis Shaleh.
 
Baca: Awal Mula Haji di Nusantara 
 
Inilah bukti semangat menggebu jemaah asal Indonesia. Banyak jalan menuju Mekkah. Tak peduli hujan tak peduli badai. Semangat calon haji ke Tanah Haram tak boleh diragukan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SBH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan