Jayapura: Tradisi bakar batu merupakan kegiatan memasak secara tradisional yang dilakukan suku-suku asli Papua dari wilayah pegunungan tengah. Ritual bakar batu biasanya menggunakan babi.
Demi menjaga tradisi, komunitas muslim Papua tetap melaksanakan bakar batu. Tapi hewan ternak babi yang biasa digunakan, diganti menjadi ayam atau ternak lainnya yang halal.
Tradisi bakar batu oleh komunitas muslim Papua dilakukan di Kampung Mateor, Angkasa, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, Papua. Distrik itu merupakan lokasi komunitas Muslim Papua bermukim.
Baca: Pulang dari Malaysia, Dua Pekerja Migran Positif Covid-19
"Kami tidak akan pernah melupakan adat dan budaya kami sebagai masyarakat pegunungan Papua untuk melakukan proses bakar batu. Karena proses bakar batu adalah untuk mempererat tali silahturahmi antara sesama," kata salah satu warga muslim Papua, Michael Asso, di Jayapura, Sabtu, 24 April 2021.
Dia mengatakan, muslim Papua di Kota Jayapura sudah memasuki generasi keempat. Firdaus Asso, merupakan pemuda asal Kampung Walesi, Wamena, Kabupaten Jayawijaya yang pertama kali hijrah ke Jayapura.
"Acara Bakar Batu kerap diselenggarakan tiap menyambut sesuatu yang dianggap spesial seperti Ramadan tahun ini," ujarnya.
Michael menuturkan, sebelum memulai proses bakar batu, pihak laki-laki menyiapkan tungku untuk membakar batu. Sementara perempuan menyiapkan bahan makanan yang akan dimasak dalam bakar batu, seperti ubi, singkong, pisang, ayam dan sayuran lainnya.
Ritual bakar batu merupakan cara memasak makanan dengan menggunakan batu. Batu yang digunakan dipanasi lebih dulu dengan api, lalu dipakai sebagai pemanas bahan makanan yang akan dimasak.
Sebelum makanan dimasak dengan batu, dibuat lubang kira-kira berdiameter 50 sentimeter dengan kedalaman 50 sentimeter. Makanan yang hendak dimasak tidak sembarang diletakan.
Baca: Nekat Mudik ke Semarang, Bakal Dikarantina Minimal 5 Hari
"Nah, di dalam lubang itu, urutan pertama ditaruh ilalang yang di atasnya diletakkan batu yang telah dipanasi. Ilalang berfungsi sebagai alas batu yang panas," ungkapnya.
Kemudianm di atas batu diletakkan bahan makanan yang akan dimasak. Seperti sayur, ubi-ubian, atau daging maupun ayam yang sudah dibersihkan.
"Lalu bahan makanan ditutup lagi dengan daun-daunan atau ilalang kembali. Ini agar uap panas dari batu tak keluar. Lamanya memasak dengan bakar batu berkisar dua hingga tiga jam," kata seorang muslim Papua, Bunda Najwa Asso.
Jayapura: Tradisi bakar batu merupakan kegiatan memasak secara tradisional yang dilakukan suku-suku asli Papua dari wilayah pegunungan tengah. Ritual
bakar batu biasanya menggunakan babi.
Demi menjaga tradisi, komunitas muslim Papua tetap melaksanakan bakar batu. Tapi hewan ternak babi yang biasa digunakan, diganti menjadi ayam atau ternak lainnya yang halal.
Tradisi bakar batu oleh komunitas muslim Papua dilakukan di Kampung Mateor, Angkasa, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, Papua. Distrik itu merupakan lokasi komunitas Muslim Papua bermukim.
Baca: Pulang dari Malaysia, Dua Pekerja Migran Positif Covid-19
"Kami tidak akan pernah melupakan adat dan budaya kami sebagai masyarakat pegunungan Papua untuk melakukan proses bakar batu. Karena proses bakar batu adalah untuk mempererat tali silahturahmi antara sesama," kata salah satu warga muslim Papua, Michael Asso, di Jayapura, Sabtu, 24 April 2021.
Dia mengatakan, muslim Papua di Kota Jayapura sudah memasuki generasi keempat. Firdaus Asso, merupakan pemuda asal Kampung Walesi, Wamena, Kabupaten Jayawijaya yang pertama kali hijrah ke Jayapura.
"Acara Bakar Batu kerap diselenggarakan tiap menyambut sesuatu yang dianggap spesial seperti Ramadan tahun ini," ujarnya.