Turki telah mengeluarkan teleks navigasi baru (NAVTEX) yang mengumumkan bahwa kapal penelitiannya Oruc Reis akan terus melakukan operasi seismik di dalam landas kontinen Yunani.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan bahwa negaranya tidak akan meninggalkan "hak kedaulatannya" di pulau Kastellorizo, Yunani.
Pengumuman Antalya menyebutkan bahwa latihan menembak akan dilakukan pada 9 dan 10 Desember di wilayah laut antara pulau Rhodes dan Kastellorizo ?,?Yunani. Sementara hari berikutnya dikatakan akan melakukan ‘latihan militer’ pada Senin 14 Desember di zona tenggara Yunani. Pulau Kreta.
Menanggapi pengumuman tersebut, Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel meminta Ankara untuk menghentikan "permainan ini”. Dia menambahkan bahwa agar dialog Uni Eropa-Turki harus dilakukan untuk bergerak maju.
“Ankara harus menghentikan provokasi bilateral, pernyataan agresif dan tidak hormat dengan prinsip dan aturan internasional,” ujar Michel seperti dikutip New Europe, Selasa 8 Desember 2020.
Namun, ketegangan antara kedua negara tidak berakhir di situ. Artikel dari Perdana Menteri Yunani Nikos Dendias di surat kabar ‘Ta Nea’, berjudul "Upaya Turki untuk menciptakan Yalta baru," telah memicu protes dari Ankara, dengan dua sekutu NATO yang sudah berselisih tentang sejumlah masalah.
Dalam artikelnya, Dendias menuduh Turki “melakukan operasi militer di wilayah asing, menduduki sebagian negara tetangga, mengancam perang, memperdebatkan kedaulatan dan hak kedaulatan negara-negara Eropa, mengangkut militan, mencampuri urusan internal negara lain dengan mendukung gerakan ekstremis , menginstrumentalisasi krisis migrasi, dan melanggar hak asasi manusia di dalam negeri. ”
Dia menambahkan bahwa Turki tidak hanya telah menjadi "tetangga yang sulit," tetapi juga "ancaman yang jelas bagi stabilitas Eropa, kawasan Mediterania Timur yang lebih luas dan, secara umum, dunia Arab dan Kaukasus."
Dalam sebuah pernyataan, Ankara membantah semua argumen Athena, dengan alasan bahwa Yunani-lah yang melanjutkan "aktivitas militer yang provokatif dan eskalasi" di wilayah tersebut.
"Yunani tidak dapat menyelesaikan masalah bilateral dengan Turki dengan mengandalkan orang lain, tetapi hanya dengan duduk di meja dan melalui dialog serta kerja sama dengan Turki," demikian bunyi pernyataan juru bicara Menteri Luar Negeri Turki, Hami Aksoy yang dikeluarkan pada 6 Desember.
Sementara Menlu Cavusoglu yang mendukung bahwa Athena mengejar tujuan ‘maksimalis’ di wilayah tersebut.
"Yunani, sebagai anak manja Eropa, bertujuan untuk memprovokasi sanksi Uni Eropa terhadap Turki berdasarkan klaim batas laut dan wilayah udara yang maksimal dan tidak sah," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan.
Merujuk pada KTT Uni Eropa mendatang, di mana skenario sanksi ada di atas meja, Menlu Cavusoglu menjelaskan bahwa Turki tidak akan meninggalkan apa yang disebutnya "hak berdaulat" di Kastellorizo ??atau wilayah udara yang mencakup 10 mil laut.
"Tidak ada sanksi yang akan membuat Turki mengkompromikan hak kedaulatannya di Kastellorizo ??atau wilayah udara 10 mil laut," kata Cavusoglu, melalui pernyataan Kementerian Luar Negeri Turki.
“Athena harus terlibat dalam dialog tanpa syarat dengan Ankara, lebih cepat daripada nanti,” tutur Cavusoglu.
Menteri luar negeri Uni Eropa bertemu pada Senin untuk membahas kemungkinan sanksi terhadap Turki atas eksplorasi minyak dan gas ilegal di Mediterania Timur. Secara luas disepakati bahwa Ankara tidak melakukan upaya untuk mengubah praktiknya di wilayah tersebut.
Sebelum pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas telah menekankan bahwa sementara Jerman telah "bekerja keras" untuk memfasilitasi dialog antara Ankara dan UE, "ada terlalu banyak provokasi dan ketegangan" yang menghalangi pembicaraan langsung.
"Untuk alasan ini, kami akan berbicara tentang konsekuensi apa yang harus kami ambil. Termasuk juga dengan maksud ke KTT Uni Eropa minggu ini," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News