Deretan kapal Angkatan Laut Turki di Laut Mediterania. Foto: AFP
Deretan kapal Angkatan Laut Turki di Laut Mediterania. Foto: AFP

Diancam Sanksi Embargo dari Uni Eropa, Turki Tetap Melawan

Fajar Nugraha • 08 Desember 2020 17:10
Ankara: Menjelang KTT Uni Eropa yang dijadwalkan pada 10-11 Desember, Turki diancam dengan sanksi embargo senjata. Namun Turki menegaskan tidak akan meninggalkan ‘hak kedaulatannya’.
 
Turki telah mengeluarkan teleks navigasi baru (NAVTEX) yang mengumumkan bahwa kapal penelitiannya Oruc Reis akan terus melakukan operasi seismik di dalam landas kontinen Yunani.
 
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan bahwa negaranya tidak akan meninggalkan "hak kedaulatannya" di pulau Kastellorizo, Yunani.

Pengumuman Antalya menyebutkan bahwa latihan menembak akan dilakukan pada 9 dan 10 Desember di wilayah laut antara pulau Rhodes dan Kastellorizo ?,?Yunani. Sementara hari berikutnya dikatakan akan melakukan ‘latihan militer’ pada Senin 14 Desember di zona tenggara Yunani. Pulau Kreta.
 
Menanggapi pengumuman tersebut, Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel meminta Ankara untuk menghentikan "permainan ini”. Dia menambahkan bahwa agar dialog Uni Eropa-Turki harus dilakukan untuk bergerak maju.
 
“Ankara harus menghentikan provokasi bilateral, pernyataan agresif dan tidak hormat dengan prinsip dan aturan internasional,” ujar Michel seperti dikutip New Europe, Selasa 8 Desember 2020.
 
Namun, ketegangan antara kedua negara tidak berakhir di situ. Artikel dari Perdana Menteri Yunani Nikos Dendias di surat kabar ‘Ta Nea’, berjudul "Upaya Turki untuk menciptakan Yalta baru," telah memicu protes dari Ankara, dengan dua sekutu NATO yang sudah berselisih tentang sejumlah masalah.
 
Dalam artikelnya, Dendias menuduh Turki “melakukan operasi militer di wilayah asing, menduduki sebagian negara tetangga, mengancam perang, memperdebatkan kedaulatan dan hak kedaulatan negara-negara Eropa, mengangkut militan, mencampuri urusan internal negara lain dengan mendukung gerakan ekstremis , menginstrumentalisasi krisis migrasi, dan melanggar hak asasi manusia di dalam negeri. ”
 
Dia menambahkan bahwa Turki tidak hanya telah menjadi "tetangga yang sulit," tetapi juga "ancaman yang jelas bagi stabilitas Eropa, kawasan Mediterania Timur yang lebih luas dan, secara umum, dunia Arab dan Kaukasus."
 
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan