Pohon itu menyelamatkan hidup saya, karena itu adalah satu-satunya hal yang menghalangi pandangan tentara terhadap saya.
“Mundur, mundur!” teriak rekan-rekan saya, saat peluru beterbangan setiap kali saya mencoba memeriksa denyut nadi Shireen.
Entah dari mana, seorang penduduk kamp berhasil mencapai rombongan wartawan dengan mobil dari gang yang jauh dari jangkauan tentara Israel. Dia dengan cepat menarik Hanasyha dan tubuh Shireen dan mengantar mereka ke rumah sakit.
Berniat membunuh
Menurut Hanasyha, pasukan Israel bertujuan untuk membunuh. Sejak kejadian itu, dirinya pun masih syok.“Apa yang terjadi adalah upaya yang disengaja untuk membunuh kami. Siapa pun yang menembak kami bertujuan untuk membunuh,” tegas Hanasyha.
“Dan itu adalah penembak jitu Israel yang menembak ke arah kami. Kami tidak terjebak dalam baku tembak dengan pejuang Palestina seperti yang diklaim tentara Israel,” ucapnya.
“Tidak ada pertempuran saat itu. Lokasi kejadian berada di area yang relatif terbuka, jauh dari kamp dimana pejuang Palestina tidak dapat beroperasi karena mereka akan dirugikan di sana,” tambah Hanasyha.
Sementara jenis tembakan adalah indikasi lain. Pejuang Palestina biasanya menggunakan senapan semi-otomatis yang menyemprotkan peluru secara terus menerus.
Peluru ini berbeda. Mereka sporadis dan tepat. Mereka hanya tertembak ketika salah satu dari kami bergerak. Satu peluru pada satu waktu.
“Saya tidak tahu ini akan menjadi bagaimana hari saya berlangsung tetapi saya telah mempersiapkan diri untuk mati selama beberapa waktu,” ungkapnya.
Jenin telah berada di bawah serangan intensif Israel dalam beberapa bulan terakhir. Dengan setiap serangan yang saya lakukan untuk berlindung, saya merasa akan dibunuh.
“Israel tidak membedakan antara tua dan muda, pria dan wanita, jurnalis sipil dan kombatan. Setiap orang adalah sasaran,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News