Selain negara-negara di Afrika dengan riwayat penularan pada manusia, cacar monyet juga dilaporkan pada tiga negara yang sebelumnya tidak pernah memiliki kasus pada manusia, yaitu Ghana, Maroko, dan Afrika.
Menurut Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Matshidiso Moeti, penyebaran wabah cacar monyet ini menjadi tanda yang mengkhawatirkan.
"Penyebaran cacar monyet secara geografis ke beberapa bagian Afrika di mana kasusnya belum pernah terdeteksi sebelumnya adalah tanda yang mengkhawatirkan," kata Moeti, seperti dikutip dari China.org, Jumat 1 Juli 2022.
"Sangat penting bahwa kami mendukung upaya nasional untuk meningkatkan pengawasan dan diagnosis laboratorium, yang merupakan landasan pengendalian penyakit,” imbuh Moeti.
Menurut WHO, jumlah kasus cacar monyet yang dikonfirmasi di Afrika menyumbang dua persen dari 4.500 lebih kasus di dunia.
Selama sebulan terakhir, sebanyak lima negara di Afrika telah menerima sumbangan reagen dari sejumlah mitra. Sehingga, kini telah ada 12 negara dengan kapasitas diagnostik cacar monyet. Kelompok negara lain di Afrika Barat akan menerima reagen setelah mengikuti pelatihan.
Bukan Darurat Kesehatan Global
Beberapa kasus virus cacar monyet telah dilaporkan dalam beberapa minggu terakhir di beberapa negara di Eropa dan Amerika Utara, wilayah di mana virus biasanya tidak ditemukan.Pada 25 Juni 2022, WHO menyatakan cacar monyet terbaru yang telah menyebar ke lebih dari 50 negara bukan merupakan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Interasional (PHEIC), sebuah tingkat kewaspadaan tertinggi yang dapat dikeluarkan WHO.
Meski begitu, beberapa anggota Komite Darurat WHO beranggapan bahwa risiko penularan lebih lanjut dan berlanjut ke populasi yang lebih luas tidak boleh diabaikan.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut bahwa komite tersebut bersedia untuk diadakan kembali sesuai dengan perkembangan wabah.
"Pembentukan komite itu sendiri mencerminkan meningkatnya kekhawatiran tentang penyebaran cacar monyet secara internasional," ucap Ghebreyesus pada Sabtu, 25 Juni 2022 lalu.
Komite Darurat WHO menyoroti sejumlah kondisi yang harus mendorong penilaian ulang peristiwa tersebut. Kondisi tersebut meliputi peningkatan pertumbuhan kasus yang dilaporkan dalam 21 hari ke depan, penyebaran yang signifikan ke dan di dalam negara tambahan, peningkatan jumlah kasus pada kelompok rentan, serta peningkatan morbiditas, kematian, dan jumlah rawat inap.
Ghebreyesus juga menganjurkan peningkatan pengawasan, peningkatan diagnostik, keterlibatan masyarakat dan komunikasi risiko, serta penggunaan terapi, vaksin, dan tindakan kesehatan bagi masyarakat yang tepat, termasuk pelacakan kontak dan isolasi.
Ia juga meminta negara-negara anggota PBB untuk berkolaborasi, berbagi informasi, dan terlibat dengan masyarakat yang terkena dampak. Hal ini bertujuan agar langkah-langkah keselamatan kesehatan masyarakat dapat dikomunikasikan secara cepat dan efektif.
Endemik cacar monyet secara geografis biasanya hanya terbatas di Afrika Barat dan Tengah. Sedangkan menurut WHO, identifikasi kasus cacar monyet yang dikonfirmasi dan dicurigai tanpa riwayat perjalanan ke daerah endemik di beberapa negara tidak lazim.
Cacar monyet pertama kali terdeteksi di laboratorium monyet pada tahun 1958. Penyakit ini diasumsikan menular dari hewan liar seperti tikus ke manusia, atau dari manusia ke manusia. (Nurul Hafizhah)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id