Presiden Cyril Ramaphosa menyatakan, 10 orang dilaporkan dalam kejadian ini. Dia bersumpah bahwa polisi dan tentara akan memulihkan ketertiban, dan mengimbau semua rakyat Afrika Selatan untuk bekerja sama demi perdamaian.
“Setidaknya 10 orang telah tewas dan lebih dari 490 ditangkap dalam tindakan kekerasan publik yang jarang terlihat dalam sejarah demokrasi kita," kata Ramaphosa, seperti dikutip dari New Zealand Herald, Selasa 13 Juli 2021.
Kerusuhan dimulai pekan lalu di provinsi KwaZulu-Natal setelah Zuma dipenjara karena menghina pengadilan. Kemudian massa pendukung Zuma melakukan pemblokiran jalan skala kecil di daerah asal Zuma meningkat dan menyebar ke Gauteng, provinsi terpadat di Afrika Selatan, termasuk Johannesburg, kota terbesar di negara itu.
Pasukan Pertahanan Nasional Afrika Selatan telah dikerahkan untuk membantu polisi. Tanpa menyebut Zuma, Ramaphosa mengatakan bahwa "kekerasan mungkin memang berakar pada pernyataan dan aktivitas individu dengan tujuan politik, dan dalam ekspresi frustrasi dan kemarahan”.
“Namun, apa yang kita saksikan sekarang adalah tindakan kriminalitas oportunistik dengan sekelompok orang yang menghasut kekacauan hanya sebagai kedok penjarahan dan pencurian,” tegas Ramaphosa.
Dia mengatakan akar penyebab kerusuhan adalah tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran di Afrika Selatan.

Potret kerusuhan yang terjadi di Afrika Selatan. Foto: AFP
"Momen ini sangat melegakan apa yang sudah kita ketahui: bahwa tingkat pengangguran, kemiskinan, dan ketidaksetaraan dalam masyarakat kita tidak berkelanjutan," kata Ramaphosa.