Semenjak penutupan KBRI di Sana'a Yaman pada 2015, para pelajar menghadapi kendala terkait jauhnya jarak mereka mendapatkan pelayanan kekonsuleran, misalnya dalam hal pengajuan perpanjangan paspor, legalisasi dokumen dan lain-lain.
Belum lagi misalnya ketika para pelajar berhadapan dengan otoritas di Yaman terkait pelanggaran izin tinggal, deportasi, pelajar sakit, hingga perkawinan dengan penduduk lokal.
Para pelajar juga menginginkan aktivitas kemahasiswaan dan organisasi lebih bisa diayomi secara langsung oleh Perwakilan RI di Yaman. Situasi keamanan yang stabil di Hadramaut dan lingkungan masyarakat yang tentram, religius dan damai, menjadikan pelajar Indonesia merasa betah menuntut ilmu di Yaman.
Dari tahun ke tahun antusiasme para pelajar makin meningkat untuk belajar di Yaman. Selain melalui Oman, para pelajar Indonesia juga masuk ke Yaman melalui Mesir dari tanah air. Kondisi tersebut di sisi lain menimbulkan permasalahan tersendiri, antara lain bagi pemerintah Yaman.
Dalam beberapa kasus terungkap adanya oknum yang memanfaatkan antusias belajar di Yaman dengan iming-iming lembaga pendidikan yang ternyata tidak sesuai dengan izin tinggal. Duta Besar Yaman di Hadramaut, Salim Balfakih, menyatakan keprihatinan ataa kasus-kasus tersebut. Pihaknya membutuhkan perhatian Pemerintah Indonesia terkait hal ini.
Dubes Irzan menyatakan akan berkoordinasi dengan Pemerintah pusat di Jakarta untuk mencari solusi bersama, termasuk antara lain dengan Kedutaan Yaman di Jakarta.