Kerusuhan selama dua hari di Uganda tewaskan 16 warga. Foto: AFP
Kerusuhan selama dua hari di Uganda tewaskan 16 warga. Foto: AFP

Kerusuhan Dua Hari Tewaskan 16 Warga di Uganda

Fajar Nugraha • 20 November 2020 06:44
Kampala: Sebanyak 16 orang tewas dalam dua hari bentrokan kekerasan antara pasukan keamanan Uganda dan pendukung pemimpin oposisi yang ditahan Bobi Wine. Ketegangan berkobar dua bulan sebelum pemilihan presiden.
 
Pasukan keamanan Uganda menembakkan gas air mata dan peluru karet ke pengunjuk rasa yang marah yang membakar, membarikade jalan dan menjarah toko-toko di ibu kota Kampala. Kerusuhan terjadi saat seruan untuk tenang menjelang pemilihan 14 Januari.
 
Bintang pop yang menjadi kandidat presiden Bobi Wine, yang nama aslinya adalah Robert Kyagulanyi, masih dalam penahanan setelah ditangkap pada Rabu 18 November. Wine ditangkap karena diduga melanggar langkah-langkah pencegahan virus korona pada kampanye yang dihadiri kerumunan massa.

"Korban tewas sekarang 16, dengan 45 luka-luka, beberapa luka serius," kata kepala polisi Kampala Moses Kafeero kepada AFP, Jumat 20 November 2020.
 
Sekitar 350 orang telah ditangkap karena berpartisipasi dalam tindakan kekerasan termasuk penjarahan, perusakan properti, gangguan lalu lintas, pencurian, dan perampokan selama kerusuhan, tambahnya.
 
Protes dimulai Rabu, ketika polisi mengatakan tujuh orang tewas, setelah penahanan Wine menjelang unjuk rasa. Wine dianggap sebagai penantang utama presiden veteran Yoweri Museveni yang sedang mencari masa jabatan keenam.
 
Kantong-kantong protes berlanjut sepanjang hari di Kampala dan kota-kota besar lainnya, dengan para pemuda membarikade jalan, memulai kebakaran dan terlibat dalam pertempuran dengan polisi. Sedangan polisi melemparkan gas air mata dan menembakkan peluru karet ke pengunjuk rasa, dan dalam beberapa kasus, menembakkan peluru tajam.

Luka tembak

Palang Merah pada Rabu malam mengatakan telah merawat puluhan orang yang terluka menyusul "bentrokan yang melibatkan polisi dan massa yang melakukan kerusuhan", termasuk 11 orang karena luka tembak.
 
Sementara militer dan polisi mempertahankan kehadiran yang besar, pada malam hari situasinya memburuk dengan perampokan yang terjadi dan toko-toko dijarah.
 

Seorang wartawan AFP melihat pria berkerudung menghentikan kendaraan di pinggiran Kampala, dan merampok penumpang sebelum polisi menembaki para pelaku.
 
"Ponsel, uang, dan tas tangan saya telah diambil," kata Flavia Namutebi, 42 tahun, seorang wanita pengusaha Kampala yang berada di dalam taksi yang dirampok.
 
"Mereka bilang ingin uang untuk menyelamatkan Bobi Wine,” ungkapnya.
 
Seorang pria lain yang diidentifikasi sebagai Ivan Kakawa, 29, seorang penjual sepatu, mengatakan kepada AFP, "orang-orang itu memukuli saya dan meminta saya memberi mereka uang."
 
Pengadilan Uganda mengeluarkan pernyataan yang mengatakan gedung pengadilan di pusat kota Wobulenzi, sekitar 40 kilometer utara Kampala telah dirusak oleh pengunjuk rasa.
 
Lama vs baru
Wine telah lama menjadi duri di pihak Museveni. Pria berusia 38 tahun itu menarik banyak pengikut melalui lagu-lagu pop yang menarik tentang keadilan sosial dan korupsi.
 
Banyak pemuda Uganda melihatnya sebagai juara mereka di negara yang terperosok dalam kemiskinan dan pengangguran kaum muda.
 
Museveni, mantan pemberontak berusia 76 tahun yang merebut kekuasaan pada 1986, adalah salah satu pemimpin terlama di Afrika.
 
Wine telah berulang kali ditangkap - terakhir pada 3 November setelah dia mengajukan pencalonannya untuk pemilihan - konsernya secara rutin dilarang dan unjuk rasa publiknya dibubarkan dengan gas air mata.
 

 
Di New York, Juru Bicara PBB Stephane Dujarric pada hari Kamis menyerukan pembebasan Wine.
 
"Kami menyerukan pembebasan segera para pemimpin oposisi yang ditahan, termasuk Bobi Wine, dan penting bahwa pasukan keamanan bertindak dengan cara yang menghormati prinsip-prinsip hak asasi manusia dan aturan hukum dalam menangani para pengunjuk rasa,” ujar Dujarric.
 
Kedutaan AS menerbitkan tweet yang mengatakan menyesalkan kekerasan tersebut dan menyampaikan simpatinya kepada para korban dan keluarga mereka.
 
"Kami mendesak semua pihak untuk meninggalkan kekerasan, melakukan tindakan dengan niat baik untuk mengurangi ketegangan, dan menghormati kebebasan fundamental," katanya.
 
Patrick Oboi Amuriat, kandidat dari Forum Perubahan Demokratis, juga ditahan pada Rabu, tetapi kemudian dibebaskan.
 
"Saya dapat mengatakan saya keluar dari sel polisi tetapi tidak bebas karena polisi dapat menangkap saya kapan saja seperti yang mereka lakukan," katanya kepada AFP.
 
Dia mengatakan pihaknya sedang mengkaji apakah akan melanjutkan kampanye mereka atau tidak.
 
Sebanyak dua kandidat presiden lainnya, Henry Tumukunde dan Gregory Mugisha Muntu, telah membatalkan kampanye mereka sampai badan pemilihan Uganda mengambil tindakan atas apa yang mereka sebut sebagai kebrutalan polisi terhadap kandidat oposisi.
 
Museveni tidak segera mengomentari protes tersebut, dan mengadakan rapat umum di kota Karamoja.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan