Citra satelit menunjukkan Arab Saudi kembangkan rudal balistik dengan bantuan Tiongkok. Foto: CNN
Citra satelit menunjukkan Arab Saudi kembangkan rudal balistik dengan bantuan Tiongkok. Foto: CNN

Arab Saudi Ditengarai Bangun Rudal Balistik dengan Bantuan Tiongkok

Medcom • 24 Desember 2021 14:56
Washington: Sejumlah badan intelijen Amerika Serikat (AS) menilai bahwa Arab Saudi tengah secara aktif memproduksi rudal balistiknya sendiri dengan bantuan Tiongkok. 
 
Dilansir dari CNN, Jumat 24 Desember 2021, langkah tersebut merupakan sebuah perkembangan yang dapat memiliki efek riak yang signifikan di Timur Tengah. Selain itu, memperumit upaya pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk menahan ambisi nuklir Iran, saingan regional utama Arab Saudi.
 
Menurut tiga sumber yang mengetahui intelijen terbaru, Arab Saudi diketahui telah membeli rudal balistik dari  Tiongkok di masa lalu, namun tidak pernah mampu membangunnya sendiri. Gambar satelit yang diperoleh CNN juga menunjukkan bahwa Kerajaan Arab Saudi tengah memproduksi senjata, setidaknya di satu lokasi.

Pejabat AS di berbagai lembaga, termasuk Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih (NSC), telah diberi pengarahan dalam beberapa bulan terakhir terkait intelijen rahasia yang mengungkapkan beberapa transfer skala besar teknologi rudal balistik sensitif antara Tiongkok dan Saudi, menurut dua sumber yang mengetahui penilaian terbaru. 
 
Arab Saudi Ditengarai Bangun Rudal Balistik dengan Bantuan Tiongkok
Rudal buatan Tiongkok dalam sebuah parade. Foto: AFP
 
Pemerintahan Biden diketahui tengah dihadapkan dengan pertanyaan yang semakin mendesak tentang apakah kemajuan rudal balistik Arab Saudi dapat secara dramatis mengubah dinamika kekuatan regional, dan memperumit upaya untuk memperluas persyaratan kesepakatan nuklir dengan Iran guna memasukkan pengekangan pada teknologi rudalnya sendiri.
 
Hal ini merupakan sebuah tujuan yang dimiliki bersama oleh AS, Eropa, Israel, dan sejumlah negara Teluk. Iran dan Arab Saudi adalah musuh bebuyutan dan sepertinya Iran tidak akan setuju untuk berhenti membuat rudal balistik, jika Negeri Petrodolar mulai memproduksi sendiri.
 
“Sementara perhatian yang signifikan telah difokuskan pada program rudal balistik besar Iran, pengembangan Arab Saudi dan sekarang produksi rudal balistik belum mendapat tingkat pengawasan yang sama,” kata Ahli Senjata dan Profesor di Institut Studi Internasional Middlebury (MIIS), Jeffrey Lewis.
 
“Produksi rudal balistik dalam negeri oleh Arab Saudi menunjukkan bahwa setiap upaya diplomatik untuk mengendalikan proliferasi rudal perlu melibatkan aktor regional lainnya, seperti Saudi dan Israel, yang memproduksi rudal balistik mereka sendiri,” jelas Lewis.
 

 
Setiap tanggapan AS juga dapat diperumit oleh pertimbangan diplomatik dengan Tiongkok, karena pemerintahan Biden berusaha untuk melibatkan kembali Tiongkok dalam beberapa masalah kebijakan prioritas tinggi lainnya, termasuk iklim, perdagangan, dan pandemi covid-19.
 
“Ini semua masalah kalibrasi,” ujar seorang pejabat senior pemerintah kepada CNN.
 
NSC dan Badan Intelijen Pusat (CIA) disebut menolak berkomentar. 
 
Saat ditanya apakah terdapat transfer teknologi rudal balistik sensitif baru-baru ini antara Tiongkok dan Saudi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin mengatakan dalam sebuah pernyataan, “kedua negara adalah mitra strategis yang komprehensif dan telah mempertahankan kerja sama yang bersahabat di semua bidang, termasuk di bidang perdagangan militer.”
 
“Kerja sama semacam itu tidak melanggar hukum internasional dan tidak melibatkan proliferasi senjata pemusnah massal,” tutur Wenbin.
 
Arab Saudi Ditengarai Bangun Rudal Balistik dengan Bantuan Tiongkok
Rudal buatan Tiongkok. Foto: AFP
 
Pemerintah Saudi dan Kedutaannya di AS pun tidak menanggapi permintaan komentar. CNN pertama kali melaporkan pada 2019 bahwa badan intelijen AS mengetahui, ‘Saudi bekerja sama dengan Tiongkok untuk memajukan program rudal balistiknya’.
 
Pada awalnya, pemerintahan Mantan Presiden AS, Donald Trump diketahui tidak mengungkapkan pengetahuannya terkait intelijen rahasia itu kepada anggota kunci Kongres. 
 
Hal ini membuat marah Demokrat yang menemukannya di luar saluran reguler pemerintah AS dan menyimpulkan, itu sengaja tidak disertakan dalam serangkaian pengarahan, yang mereka katakan seharusnya dilakukan.
 
Polemik tersebut memicu kritik Partai Demokrat bahwa pemerintahan Trump terlalu lunak terhadap Arab Saudi. Pakar proliferasi nuklir juga mengatakan, kurangnya tanggapan Trump mendorong Saudi untuk terus memperluas program rudal balistik mereka.
 
“Biasanya, AS akan menekan Saudi untuk tidak mengejar kemampuan ini, namun indikator pertama bahwa Saudi mengejar kemampuan ini secara asli muncul selama era Trump. Saudi atas masalah ini,” pungkas Ahli Kebijakan Nuklir dan Senjata di Carnegie Endowment for International Peace (CEIP), Ankit Panda.
 

 
Sumber mengatakan kepada CNN, beberapa anggota parlemen telah diberi pengarahan selama beberapa bulan terakhir terkait intelijen baru, tentang transfer teknologi rudal balistik antara Arab Saudi dan Tiongkok.
 
Arab Saudi Ditengarai Bangun Rudal Balistik dengan Bantuan Tiongkok
Tiongkok juga mengembangan rudal hipersonik. Foto: AFP
 
Pemerintahan Biden disebut tengah bersiap untuk memberikan sanksi kepada beberapa organisasi yang terlibat dalam transfer tersebut. Meskipun, beberapa di Capitol Hill khawatir Gedung Putih tidak mau memaksakan konsekuensi signifikan pada pemerintah Saudi atas tindakannya.
 
Mengingat keadaan negosiasi saat ini dengan Iran, program rudal Saudi dinilai dapat membuat masalah yang sudah pelik menjadi lebih sulit.
 
“Program rudal Arab Saudi yang kuat akan memperkenalkan tantangan baru untuk membatasi program rudal lainnya di kawasan itu. Sebagai contoh, rudal Iran, yang menjadi perhatian utama AS, akan lebih sulit dibatasi di masa depan tanpa kendala paralel pada program Saudi yang tengah berkembang,” ucap Panda kepada CNN.
 
Gambar satelit baru yang diperoleh CNN menunjukkan, Arab Saudi sudah membuat rudal balistik di situs yang sebelumnya dibangun dengan bantuan Tiongkok. Para ahli yang menganalisis foto dan sumber mengonfirmasi bahwa itu mencerminkan kemajuan yang konsisten dengan penilaian intelijen AS terbaru.
 
Foto satelit yang diambil oleh Planet, sebuah perusahaan pencitraan komersial, antara 26 Oktober dan 9 November menunjukkan operasi pembakaran terjadi di fasilitas dekat Dawadmi, Arab Saudi. Menurut para peneliti MIIS, ini adalah “yang pertama bukti yang jelas bahwa fasilitas tersebut beroperasi untuk memproduksi rudal.”
 
“Bukti kuncinya adalah bahwa fasilitas tersebut mengoperasikan ‘lubang pembakaran’ untuk membuang sisa propelan padat dari produksi rudal balistik,” pungkas Lewis.
 
“Melempar motor roket menghasilkan sisa propelan, yang merupakan bahaya ledakan. Fasilitas produksi rudal propelan padat seringkali memiliki lubang pembakaran dimana sisa propelan dapat dibuang dengan cara dibakar. Oleh karena itu, operasi pembakaran merupakan tanda yang kuat bahwa fasilitas tersebut secara aktif mengeluarkan motor roket padat,” tambahnya.
 
Namun, sedikit informasi terkait rudal balistik yang tengah dibangun Saudi di situs ini, termasuk detail penting seperti jangkauan dan muatan.
 
Menurut Lewis, mengingat fasilitas tersebut dibangun dengan bantuan Tiongkok dan penilaian intelijen baru yang menunjukkan Arab Saudi baru-baru ini membeli teknologi rudal balistik sensitif dari Tiongkok. Terdapat kemungkinan bahwa rudal yang diproduksi di sana adalah desain Tiongkok.
 
Disamping itu, Lewis menjelaskan, terdapat juga bukti bahwa Arab Saudi telah meminta bantuan negara lain untuk mengembangkan program rudal balistik dalam beberapa tahun terakhir. Sehingga, sulit untuk mengidentifikasi dengan tepat sistem senjata mana yang tengah dibangun. (Nadia Ayu Soraya)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan