Ayatollah Ali Khamenei dilaporkan transfer kekuasaan ke putranya. Foto: AFP
Ayatollah Ali Khamenei dilaporkan transfer kekuasaan ke putranya. Foto: AFP

Dikabarkan Sakit, Ayatollah Ali Khamenei Disebut Transfer Kekuasaan ke Anak

Fajar Nugraha • 07 Desember 2020 15:42
Teheran: Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dikabarkan telah mengalihkan kekuasaannya kepada putranya Mojtaba Khamenei. Masalah kesehatan menjadi alasannya.
 
Media Amerika Serikat (AS) Newsweek melaporkan pada Sabtu 5 Desember 2020 yang mengutip seorang jurnalis Iran, mengatakan bahwa pemimpin tertinggi membutuhkan bantuan medis segera.
 
Sebelumnya Jurnalis Iranian Momahad Ahwaze telah mengklaim di Twitter bahwa Khamenei telah mengalihkan kekuasaannya kepada putranya karena kekhawatiran tentang kesehatannya yang memburuk.

Menulis dalam bahasa Arab, Ahwaze mengatakan Khamenei telah menyerahkan kekuasaan kepada putranya, Mojtaba Khamenei.
 
"Presiden Iran Hassan Rouhani dijadwalkan bertemu pada Jumat dengan Pemimpin Iran Khamenei, pertemuan antara (Khamenei) dan Presiden Rouhani dibatalkan karena memburuknya kondisi kesehatan Khamenei," tulis Ahwaze, yang dikutip Newsweek, Senin 7 Desember 2020.
 
Ahwaze mengatakan bahwa penyebab sakitnya pemimpin tertinggi tidak diketahui. Namun pernyataan seorang pejabat senior Iran di lingkungan Khamenei menyebutkan, pemimpin tertinggi Iran itu menderita kanker prostat. Ahwaze mengklaim kondisi Khamenei memburuk dalam semalam.
 
Namun semua klaim tersebut belum bisa dikonfirmasi. Ahwaze, yang diikuti secara luas di Twitter, awal tahun ini membantu mengungkap sejauh mana wabah covid-19 Iran, bahkan ketika pihak berwenang mencoba meremehkannya.
 
Newsweek juga menyebutkan laporan yang belum terkonfirmasi bahwa Khamenei akan mengundurkan diri di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel. Terutama setelah pembunuhan ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh pada 27 November.
 
Pemimpin politik dan agama itu telah menunjukkan tanda-tanda penyakit di masa lalu dan dikabarkan menderita kanker prostat. Tetapi juga sangat tidak biasa bagi pemimpin tertinggi untuk mentransfer kekuasaan dengan cara ini.
 

 
Pejabat Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan Fakhrizadeh dan menjanjikan pembalasan. Garda Revolusi Iran (IRGC) memperingatkan tentang "balas dendam dan hukuman berat".
 
AS dan Israel adalah sekutu yang kuat dan pemerintahan Trump telah mendukung kebijakan Israel di wilayah tersebut di masa lalu. Keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir utama dengan Iran juga meningkatkan ketegangan dalam beberapa tahun terakhir.
 
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengunjungi Israel kurang dari dua minggu sebelum kematian Fahkrizadeh. Israel belum mengonfirmasi apakah mereka bertanggung jawab atas pembunuhan Fahrkrizadeh.
 
Kematian ilmuwan dan reaksi para pemimpin Iran tampaknya telah memperburuk perpecahan politik yang sudah ada sebelumnya di rezim tersebut. Secara khusus, ketidakstabilan di IRGC dipandang sebagai ancaman potensial bagi Israel ketika kelompok tersebut berusaha untuk mencapai tujuannya sendiri di tengah lanskap politik yang berpotensi berubah.
 
Dewan Keamanan Nasional Israel memperingatkan pada Jumat bahwa warga negara dan fasilitas di luar negeri dapat berisiko menyusul pembunuhan Fakhrizadeh dan niat yang dinyatakan Iran.
 
“Mengingat ancaman baru-baru ini dari unsur-unsur Iran dan dalam terang keterlibatan unsur-unsur Iran di masa lalu dalam serangan teroris di berbagai negara, ada kekhawatiran bahwa Iran akan mencoba bertindak dengan cara ini terhadap sasaran Israel," kata dewan itu dalam sebuah pernyataan.
 
"Ada kemungkinan bahwa bagian dari gelombang teror saat ini akan mencapai target yang diidentifikasi dengan Israel atau (dengan) komunitas Yahudi. Menyebut sinagog, restoran Kosher, dan museum Yahudi sebagai target potensial,” pungkas Dewan Keamanan Israel.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan