Demo perempuan Afghanistan/AFP.
Demo perempuan Afghanistan/AFP.

Jarang Terjadi, Perempuan Afghanistan Turun ke Jalan Protes Taliban

M Sholahadhin Azhar • 03 September 2021 06:09
Herat: Jarang sekali perempuan di Afghanistan turun ke jalan dan melakukan protes. Namun hal itu terjadi pada Kamis, 2 September 2021. Perempuan Afghanistan mengatakan bersedia menerima burqa jika putri mereka masih bisa bersekolah di bawah pemerintahan Taliban.
 
"Ini adalah hak kami untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan dan keamanan," teriak kelompok yang terdiri dari sekitar 50 perempuan itu, sambil melambaikan plakat di jalan-jalan kota Herat, Afghanistan bagian barat.
 
Selama masa kekuasaan pertama Taliban, sebelum digulingkan oleh invasi pimpinan Amerika Serikat pada 2001, perempuan dan anak perempuan sebagian besar tidak mendapat pendidikan dan pekerjaan.

Baca: Qatar Bekerja Sama dengan Taliban untuk Buka Kembali Bandara Kabul
 
Burqa menjadi wajib di depan umum, wanita tidak bisa meninggalkan rumah tanpa pendamping pria, dan protes jalanan tidak terpikirkan.
 
"Kami di sini untuk meminta hak kami," Fereshta Taheri, salah satu demonstran, mengatakan kepada AFP melalui telepon, Kamis, 2 September 2022.
 
"Kami bahkan siap mengenakan burqa jika mereka memberi tahu kami, tetapi kami ingin para wanita pergi ke sekolah dan bekerja," tambah fotografer dan seniman itu.
 
Herat, sebuah kota Jalur Sutra kuno yang dekat dengan perbatasan Iran, telah lama menjadi pengecualian kosmopolitan untuk pusat-pusat yang lebih konservatif, meskipun beberapa wanita sudah mengenakan burqa.
 
 
 

Ketakutan


Taliban, yang menduduki kekuasaan bulan lalu setelah kampanye militer kilat, sedang berdiskusi tentang pembentukan pemerintahan baru.
 
Mereka telah berjanji kepemimpinan mereka akan "inklusif", tetapi banyak yang meragukan perempuan akan menemukan tempat di pemerintahan baru Afghanistan.
 
"Kami mengikuti berita, dan kami tidak melihat ada wanita dalam pertemuan dan pertemuan Taliban," ujar pedemo Herat, Mariam Ebram.
 
Kelompok itu sekarang telah menjanjikan aturan yang lebih lembut. Selain itu mereka juga berjanji bahwa perempuan akan diizinkan bekerja tetapi dalam batas-batas Syariat.
 
Rebranding sedang diperlakukan dengan skeptis, dengan para ahli mempertanyakan apakah itu akan menjadi upaya jangka pendek untuk mencari pengakuan internasional dan kelanjutan dari bantuan vital.
 
Pembicaraan sedang berlangsung untuk membentuk pemerintahan, tetapi mereka tidak berbicara tentang partisipasi perempuan," kata Basira Taheri, salah satu penyelenggara protes.
 
"Kami ingin menjadi bagian dari pemerintah - tidak ada pemerintahan yang dapat dibentuk tanpa perempuan. Kami ingin Taliban mengadakan konsultasi dengan kami,” sebut seorang pedemo.
 
Dia menggambarkan bagaimana "sebagian besar wanita pekerja di Herat berada di rumah", karena ketakutan dan ketidakpastian.
 
Ebram mengatakan bahwa mereka yang telah kembali menghadapi perlawanan dari pasukan baru Taliban yang memegang kendali.
 
"Beberapa wanita, seperti dokter dan perawat yang berani kembali bekerja, mengeluh bahwa Taliban mengejek mereka," kata Ebram.
 
"Taliban tidak melihat mereka, mereka tidak berbicara dengan mereka. Mereka hanya menunjukkan wajah marah mereka kepada mereka,” jelasnya.
 
Anak-anak usia sekolah dasar termasuk perempuan telah kembali ke sekolah, tetapi Taliban mengatakan pendidikan lebih lanjut ditunda sampai setelah pembentukan pemerintahan.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ADN)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan