Para diplomat dari Prancis, Yunani, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat menghadiri upacara peringatan di kota pelabuhan Laut Merah itu. Pernyataan bersama dari kedutaan tersebut mengutuk ‘serangan pengecut’ itu.
Baca: Bom Meledak di Pemakaman Non-Muslim di Jeddah.
“Upacara tahunan untuk memperingati berakhirnya Perang Dunia I di pemakaman non-Muslim di Jeddah, dihadiri oleh beberapa konsulat, termasuk dari Prancis, menjadi target serangan IED (alat peledak improvisasi) pagi ini, yang melukai beberapa orang," kata Kementerian Luar Negeri Prancis, seperti dikutip AFP, Kamis 12 November 2020.
Pengeboman tersebut, yang menurut seorang saksi mata menyebabkan salah satu peserta yang panik bersimbah darah, terjadi ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron berusaha meredakan kemarahan Muslim atas kartun Nabi Muhammad yang dicetak oleh majalah satir Charlie Hebdo.
“Seorang polisi Yunani yang tinggal di kerajaan itu termasuk di antara mereka yang terluka. Seorang warga negara Inggris juga diduga mengalami luka-luka,” ucap sumber diplomatik Yunani kepada AFP.
Televisi pemerintah Al-Ekhbariya menambahkan, seorang polisi Arab Saudi menderita luka ringan. "Dinas keamanan (Saudi) akan meluncurkan penyelidikan atas insiden agresi selama pertemuan sejumlah konsul di Jeddah," sebut laporan Ekhbariya, mengutip gubernur wilayah Mekkah.
Darah di lokasi ledakan
Saksi mata Nadia Chaaya mengatakan, bom itu memicu kepanikan saat meledak saat konsul Prancis menyampaikan pidato di upacara tersebut."Di akhir pidato kami mendengar ledakan. Awalnya kami tidak begitu memahaminya, tetapi kami kemudian menyadari bahwa kami adalah targetnya," kata Chaaya kepada BFMTV Prancis.
"Kami panik dan khawatir akan ada ledakan kedua. Kami meninggalkan kuburan dan semua orang berpisah,” tuturnya.
Mohammed Belmaziz, saksi mata lainnya, mengatakan di tengah kekacauan dan jeritan dia melihat satu orang yang wajahnya ‘berlumuran darah’.