Banyak warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza tidak yakin adanya perubahan dalam pemerintahan Israel. Menurut mereka pemimpin nasionalis yang akan menggantikan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kemungkinan akan mengejar agenda sayap kanan yang sama.
Baca: Oposisi Selangkah Lagi Gulingkan Benjamin Netanyahu dari Kursi PM Israel.
Naftali Bennett, 49 tahun, merupakan mantan kepala organisasi pemukim utama Tepi Barat Israel dan mantan sekutu Netanyahu. Dia akan menjadi pemimpin baru negara itu di bawah koalisi tambal sulam.
Pemimpin oposisi dan sentris Yair Lapid dari Yesh Atid dan Bennett menyatakan pada Rabu malam bahwa mereka telah mencapai kesepakatan untuk membentuk pemerintahan baru. Adanya kesepakatan ini membuahkan cara untuk menggulingkan Netanyahu yang sudah menjabat setelah 12 tahun menjalankan sebagai perdana menteri.
Bassem al-Salhi, perwakilan dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mengatakan penunjukan perdana menteri itu tidak kalah ekstrem dari Netanyahu.
“Dia akan memastikan untuk mengungkapkan betapa ekstremnya dia di pemerintahan,” kata Al-Salhi, seperti dikutip Al Jazeera, Jumat 4 Juni 2021.
Bennett telah menjadi pendukung kuat untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat yang direbut dan diduduki Israel dalam perang 1967.
Namun, dalam beberapa hari terakhir Bennett tampaknya mengusulkan kelanjutan status quo, dengan beberapa pelonggaran kondisi bagi warga Palestina.
“Pemikiran saya dalam konteks ini adalah untuk mengecilkan konflik. Kami tidak akan menyelesaikannya. Tetapi di mana pun kami dapat (memperbaiki kondisi) –lebih banyak titik persimpangan, lebih banyak kualitas hidup, lebih banyak bisnis, lebih banyak industri – kami akan melakukannya.”