Pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh persulit posisi Joe Biden untuk upayakan kesepakatan nuklir dengan Iran. Foto: AFP
Pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh persulit posisi Joe Biden untuk upayakan kesepakatan nuklir dengan Iran. Foto: AFP

Pembunuhan Ilmuwan Iran Ancam Lemahkan Opsi Diplomatik Biden

Fajar Nugraha • 30 November 2020 07:15
Washington: Pembunuhan seorang ilmuwan nuklir terkemuka Iran, berisiko tidak hanya mempertajam ketegangan di seluruh kawasan tetapi juga sangat memperumit rencana Presiden terpilih AS Joe Biden untuk melanjutkan dialog dengan Iran. Serangan ini dituduhkan Teheran kepada Israel.
 
Iran menuduh musuh bebuyutan Israel berusaha menabur ‘kekacauan’ dengan membunuh Mohsen Fakhrizadeh yang berusia 59 tahun. Negeri Mullah juga secara tegas menyiratkan bahwa negara Yahudi itu bertindak dengan restu AS.
 
Baca: Pembunuhan Fakhrizadeh, Warga Iran Bakar Bendera AS dan Israel.

Washington belum secara resmi mengomentari operasi tersebut, di mana orang-orang bersenjata menargetkan mobil Fakhrizadeh di jalan di luar Teheran.
 
Tetapi Presiden Donald Trump telah me-retweet komentar orang lain tentang insiden itu. Termasuk setidaknya satu yang mengatakan bahwa ilmuwan itu telah "dicari selama bertahun-tahun oleh Mossad," badan intelijen Israel.
 
Trump pada 2018 menarik AS dari perjanjian nuklir multinasional dengan Iran, alih-alih meluncurkan kampanye ‘tekanan maksimum’ yang tampaknya akan dia kejar sampai dia meninggalkan jabatannya pada Januari.
 
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, yang baru-baru ini mengunjungi Israel, pada Jumat mengumumkan sanksi ekonomi baru terhadap beberapa perusahaan Tiongkok dan Rusia yang dituduh mendukung program rudal Iran.
 
"Pemerintahan ini akan tetap berkuasa hingga 20 Januari dan akan terus menjalankan kebijakannya," kata seorang pejabat senior AS yang bepergian dengan Pompeo saat singgah di Abu Dhabi, Minggu.
 
"Saya berharap bahwa pengaruh yang diperoleh pemerintah dengan bekerja sangat keras ini akan digunakan dengan tujuan baik untuk membuat Iran, sekali lagi, mulai berperilaku seperti negara normal,” sebut pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya, seperti dikutip AFP, Senin 30 November 2020.


Tindak pidana

Tetapi bagi beberapa pengamat Amerika Serikat, pembunuhan Fakhrizadeh adalah tindakan berbahaya yang melemahkan niat Biden untuk menawarkan Iran "jalan yang kredibel kembali ke diplomasi”. Tawaran itu dimaksudkan sebagai langkah agar Amerika Serikat bergabung kembali dengan perjanjian nuklir.
 
Mantan kepala CIA John Brennan menulis twitt Jumat bahwa pembunuhan ilmuwan itu adalah "tindakan kriminal dan sangat sembrono”.
 

“Tindakan itu berisiko pembalasan mematikan dan babak baru konflik regional,” sebut Brennan.
 
Brennan, yang memimpin badan intelijen AS dari 2013-2017, ketika Barack Obama menjadi presiden dan Biden menjadi wakil presiden, mendesak Iran untuk "menunggu kembalinya kepemimpinan Amerika yang bertanggung jawab di panggung global dan untuk menahan dorongan untuk menanggapi pelaku yang dianggap bersalah”.
 
Baca: Iran Janjikan PM Israel Respons Keras atas Kematian Fakhrizadeh.
 
Ketika AS memindahkan kelompok kapal induk yang dipimpin oleh USS Nimitz kembali ke Teluk -,sementara bersikeras bahwa ini tidak ada hubungannya dengan pembunuhan,- Jerman memperingatkan pada hari Sabtu untuk tidak melakukan ‘eskalasi’ baru.
 
"Kami menyerukan kepada semua pihak untuk menghindari mengambil tindakan apa pun yang dapat mengarah pada eskalasi baru situasi, yang sama sekali tidak kami perlukan saat ini," kata seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman kepada AFP.
 
"Beberapa minggu sebelum pemerintahan baru menjabat di Amerika Serikat, dialog yang ada dengan Iran harus dipertahankan untuk menyelesaikan melalui negosiasi konflik mengenai program nuklir Iran,” sebut pihak Jerman.


Sabotase kepentingan

Pandangan itu diakui oleh Ben Friedman, seorang spesialis pertahanan di Universitas George Washington.
 
“Pembunuhan itu adalah tindakan sabotase terhadap diplomasi dan kepentingan AS dan kemungkinan akan membantu kelompok garis keras Iran yang menginginkan senjata nuklir,” tegas Friedman.
 

 
Bagi Ben Rhodes, mantan penasihat Obama, "Ini adalah tindakan keterlaluan yang bertujuan merusak diplomasi antara pemerintahan AS yang akan datang dan Iran."
 
"Sudah waktunya untuk eskalasi tanpa henti ini berhenti,” ungkap Rhodes.
 
Beberapa analis, bagaimanapun, melihat pembunuhan di Iran sebagai memberikan pengaruh bagi pemerintahan AS yang akan datang yang dapat berguna dalam kemungkinan negosiasi dengan Teheran.
 
"Masih hampir dua bulan sebelum Joe Biden menjabat," kata Mark Dubowitz, direktur Yayasan Pertahanan Demokrasi (FDD).
 
"Banyak waktu bagi AS dan Israel untuk menimbulkan kerusakan parah pada pemerintahan di Iran dan membangun pengaruh bagi pemerintahan Biden,” pungkas Dubowitz.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan